Mereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua.
Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi rua...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kau adalah duniaku. Jika kau pergi, bagaimana aku harus hidup?
. . .
Embusan angin yang cukup kencang membuat daun berguguran. Padahal petugas kebersihan baru saja menyapunya. Bel masuk sudah berbunyi yang membuat lingkungan sekolah sepi. Angin kencang dengan awan hitam pekat yang membuat suasana sedikit mencekam.
Mempercepat langkah menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Mendudukkan diri pada kursi pojok kanan. Menghadap jendela dan menatap gelapnya langit.
Suara kilat mulai bersahutan. Tak berapa lama hujan turun dengan derasnya. Membasahi orang-orang yang baru saja memarkirkan kendaraan.
Pagi ini akan diadakan ulangan harian Matematika yang membuatnya terpaksa masuk sekolah. Ya terpaksa karena sang pacar yang memaksanya untuk pergi ke sekolah. Jika tidak, mungkin ia masih bergelung dalam selimut dan memeluk erat gadisnya.
Semalam, gadisnya telah mengajarkan beberapa materi yang akan diujikan. Sebab itu, ia duduk tenang menunggu guru menuliskan soal ulangan yang katanya hanya 5 soal. Tapi, biasanya soal Matematika selalu beranak. Mungkin Matematika masih bersaudara dengan Biologi sehingga dapat ber-reproduksi. Entah lah.
🌼
Bel tanda istirahat baru saja berbunyi tapi kantin lantai tiga sudah dipenuhi siswa. Hawa dingin yang tersisa membuat stand bakso, soto dan makanan berkuah lainnya penuh.
"Dingin-dingin gini enaknya diangetin. Jadi kita pesen bakso aja yaa" seru Juna dan disetujui oleh yang lain.
Kali ini tugas Juna memesan makanan dan Gabriel memesan minuman. Tak berapa lama pesana mereka tiba.
Sudah menjadi hal lumrah jika mereka memesan terakhir tapi mendapat pesanan lebih dulu. Pemilik stand dan siswa Gardapati tidak ingin membuat mereka menunggu lama dan menimbulkan keributan. Jadi siswa lain akan suka rela mengalah dan bersabar.
Raka memperhatikan Gio yang sedari tadi terlihat tidak bersemangat. "Lemes amat Boss. Btw si pacar kok gak keliatan?"
Melihat Raka sekilas lalu kembali berkutat pada makanannya.
"Kacang kacang. Enak, gurih" membuat lainnya tertawa menatap Raka yang mengangkat tangan bersiap menerkam Gio.
"Iya Boss, kok Ara gak keliatan dari tadi. Gak sekolah kah?" kali ini Galang yang bertanya.
Menyudahi makannya. Menyandarkan punggung pada sandaran kursi. "Lagi gak enak badan. Tadi pagi mual-mual"
Brak!
"Jangan-jangan nihh si Ara bunting" ucap Juna dengan tampang serius. Yang membuat Gio terdiam dengan jantung berdetak kencang.
Melihat reaksi Gio, Raka memukul bahu Juna yang membuat Juna mengumpat kuat dan menjadi pusat perhatian. Galang mengode Juna agar melihat Gio. Setelahnya Juna merasa bersalah karena telah berucap seperti tadi.