Mungkin, orang lain lebih mengertimu. Padahal tidak memiliki darah yang sama denganmu.
.
.
.
.Memasuki lift denga tangan saling menggenggam. Menjadi perbincangan dan pusat perhatian. Mereka sudah terbiasa mendapatkannya. Namun dengan topik yang sama akhir-akhir ini. Berbeda sekali dengan dulu.
Menyusuri koridor lantai 3 menuju kelas IPS 1. Keduanya mengabaikan orang di sekitar. Gio hanya mendengarkan gadisnya yang bercerita banyak hal, dan ia sangat menyukai itu. Walau Gio hanya diam, tapi Ara tau jika pacarnya itu setia mendengarkan.
Tiba di depan kelas keduanya menjadi tontonan murid kelas Ara, juga beberapa tetangga kelas yang kepo dengan interaksi mereka. Saling berhadapan dengan Ara yang tersenyum lebar.
"Ke kantin bareng. Tunggu gue nyamper" Ara mengangguk. Gio yang gemas, mengacak rambut Ara sesaat. Membuat kaum hawa yang melihat memekik. Senyum tipis Gio muncul dan keadaan sekitar semakin riuh karena terpesona.
Ara cemberut yang membuat Gio menaikan alis kanannya. "Gausah senyum di depan umum. Bolehnya depan gue aja" perkataan Ara membuat Gio melebarkan senyumnya. Gadisnya sedang cemburu ternyata. Ara bersedekap dada yang malah terlihat semakin menggemaskan.
Gio mendekat. Memegang kepala Ara lalu memberi kecupan dua kali pada dahi gadisnya. Suasana semakin riuh karena hal itu. Jantung Ara berdegup kencang. Menurutnya Gio sangat romantis. Padahal hanya kecupan biasa, tapi membuat pipinya panas dan mulai memerah.
"Sana ke kelas!" usir Ara yang dilaksanakan sang pacar. Sebelum memasuki kelas, Gio mengerling pada Ara, membuat siswi yang melihatnya histeris. Ara melotot tajam. Seketika keadaan kembali hening.
Menuju kursinya, meletakkan tas. Kemudian menepuk-nepuk pipinya yang memanas. Ara mendapat tatapan jahil dari Hanna dan Salsa.
Mendekatkan kursi pada Ara, "Gila gila gila. Baru kali ini gue liat lo salting and blushing. Sebelumnya mana pernah" Hanna menopang dagunya menatap Ara dengan senyum yang tak luntur.
"Gimana Ra, rasanya jatuh cinta?" Salsa menaik turunkan kedua alisnya. Menatap Ara yang masih tersenyum lebar.
"Rasanya aneh, tapi nyenengin"
"Geli-geli gimana gitu di sini" lanjut Ara dengan menyentuh dadanya."Kekgitu dulu ngatain gue bucin, sekarang jilat ludah sendiri" Salsa mencibir yang dibalas cengiran oleh Ara.
"Gue kapan ya?" tanya Hanna dengan tatapan menerawang.
Salsa menepuk pundaknya sesaat, "Nanti juga bakal dateng. Tapi belum waktunya aja"
"Lanjut jadi player-nya. Lo udah resmi jadi pengganti gue mulai sekarang" selesai mengucapkan itu, Ara mendapat sentilan dari Hanna pada dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Fiksi RemajaMereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua. Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi rua...