17. The Other Side

8.7K 376 1
                                    

Baru sisi buruk yang kau tampilkan saja sudah membuatku terpana, apalagi sisi baikmu yang kau tutupi dengan rapih itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru sisi buruk yang kau tampilkan saja sudah membuatku terpana, apalagi sisi baikmu yang kau tutupi dengan rapih itu. Mungkin aku langsung memintamu menjadi istriku.

.
.
.
.

Tak terasa matahari sudah berganti dengan bulan sabit yang menawan. Bintang banyak bermunculan yang membuat gelapnya langit terlihat indah dan tidak menyeramkan. Motor besarnya terparkir di parkiran khusus karyawan. Menuju bagian belakang dan mendapat banyak sapaan.

Menuju lantai 3 yang dikhususkan sebagai ruang kerja. Meletakkan tas, jaket, sarung tangan juga melepas sepatu boothnya. Menggantinya dengan sendal slip on kesukaannya.

Menuruni tangga menuju lantai dasar. Mengenakan apron kemudian mulai mengantar pesanan pada meja nomor 13.

Setibanya di dapur setelah mengantar pesanan, "Ibu engga capek, kan udah ada kita Bu?" tanya Rani dengan tatapan khawatir yang dibalas senyuman lembut wanita yang dipanggil Ibu itu.

Menepuk pundak Rani, "Lo ini, kan udah gue ingetin panggil nama aja jangan Ibu. Berasa Ibu anak satu gue kan" membuat Rani dan yang lainnya tersenyum canggung.

"Yakan Ibu yang punya cafe. Masa kita panggil nama aja, ya gak enak" Marcel menimpali dengan tawa kecil di akhir.

"Pokoknya mulai hari ini panggil nama aja titik. Jugaan kalian lebih tua dari gue" titah pemilik cafe dengan tangan berkacak pinggang.

"Kita panggil Bu Boss aja, gimana Bu?" Randy yang baru memasuki dapur memberi saran.

Meletakkan jari di dagu pura-pura berpikir yang membuat pemilik cafe terlihat semakin cantik dengan aura bossynya. Mengangguk, "Yodah deh, daripada Ibu Ara. Iyuhhhh" yang membuat penghuni dapur tertawa.

Ya, Ara adalah pemilik Elección Cafe yang sudah berdiri sejak 4 tahun lalu. Masih baru memang, tapi sudah memiliki banyak pelanggan dan memiliki 3 cabang di kota yang sama.

Mereka bisa mengobrol dengan santai karena semua pesanan sudah diantar pada pemiliknya. Membuat mereka bisa mengobrol leluasa tanpa takut mendapatkan protes dari pengunjung.

Menuju bagian depan dengan Manda sebagai kasir. "Malem ini rame juga ya, padahal baru malam kamis bukan malming" dengan bersedekap dada, Ara memperhatikan pengunjung cafenya. Rata-rata dari mereka anak muda. Entah mahasiswa yang mengerjakan tugas, pacaran, sekedar bertemu teman, anak sekolah nongkrong, dan lainnya.

Manda yang mendengar orang di sampingnya berbicara reflek menengok. "Ehh Ibu, udah di sini aja" ucapnya dengan senyum canggung. Ya, karena Manda karyawan baru di sini. Baru berjalan 2 minggu, ia bekerja di cafe yang terkenal dikalangan anak muda.

Menatap Manda tajam, yang membuat gadis usia 16 tahun itu terkesiap. "Mulai sekarang panggil gue Bu Boss, jangan Ibu Ara lagi. Ngerti?!" yang diangguki dengan cepat oleh Manda. Manda adalah salah satu karyawan part time di cafenya. Tapi kerjanya bagus dan cekatan yang membuat Ara tidak keberatan memberi gaji lebih.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang