Mereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua.
Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi rua...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . .
Kedua gadis cantik memasuki mobil Audi R8 dengan warna mencolok di parkiran sekolah. Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Memadati jalanan bersama kendaraan lain dengan alunan musik yang mengiringi.
Menatap gadis di sampingnya sekilas, "Gimana? Ada yang pernah cari ribut gak?" Manda menatap Ara dengan senyumnya.
"Engga ada Kak. Mereka sungkan sama saya"
"Mungkin karena Kak Ara bilang saya adek kakak, makanya mereka gak berani macem-macem" lanjut Manda dengan mata memperhatikan ramainya jalanan.
"Lo udah punya temen belom?"
"Ada sii yang deket satu. Namanya Fany"
Menatap Manda yang juga sedang menatapnya. "Lo harus bisa bedain mana yang tulus dan engga" Manda mengangguk mengerti.
Manda dan Fany dekat hanya sebagai teman kelas. Keduanya juga tidak menganggap hubungan mereka sebagai persahabatan. Fany yang takut dengan kuasa Ara dan Manda yang sulit untuk dekat dengan orang baru.
"Anjing, ada yang ngikutin!" umpatan Ara membuat Manda tersadar dari lamunannya. Melihat ke belakang dan benar saja, ada 4 motor yang sedang mengikuti mereka.
"Seatbelt lo kencengin. Gue mau ngebut" Manda langsung menuruti perintah Ara. Mobil melaju lebih cepat yang membuat Manda memejamkan mata dan merapalkan doa dalam hati.
Satu motor berhasil memotong jalur yang membuat Ara menghentikan mobil mendadak. Jantung Manda sudah bergemuruh sejak tadi. Wajahnya panik yang membuat Ara terkekeh.
Menepuk bahu Manda dengan kekehan yang mulai mereda. "Biasa aja dong mukanya" membuat Manda menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Ketukan berkali-kali berasal dari kaca pintu sebelah Ara. Membuat Ara mengumpat. "Sabar anjing!"
"Kak, gak usah keluar. Bahaya" Manda menahan lengan Ara yang siap membuka pintu.
"Lo sini aja. Bentar lagi juga mereka mampus" ucap Ara santai dengan seringai yang membuat Manda tertegun sesaat.
Membuka pintu lalu melangkah menuju keempat lelaki yang menghadangnya. Bersedekap dada dengan kepala sedikit terangkat.
Lelaki yang memiliki tindik mendekat, "Jadi lo pacar Gio" membuat Ara mengerti mengapa ia dihadang oleh mereka.
"Iya, emang napa?!"
"Boleh juga tuh bangsat seleranya" memindai Ara dari ujung kaki hingga ujung kepala lalu bersiul. Yang membuat 3 orang di belakangnya bersorak.
Tangan lelaki itu hampir meraih wajah Ara, namun Ara menghindar. "Gak usah nyentuh gue, bangsat!"
Tangan gadis itu terangkat yang membuat keempatnya menatap heran. Menepuk tangan dua kali tiba-tiba banyak pria berbadan tegap mengelilingi mereka.