35. Revenge

5.2K 277 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.


Selamat membaca🤗










Kaki dengan alas booth hitam melangkah dengan cepat menyusuri lorong dengan pencahayaan minim. Kedua tangan terkepal kuat di sisi tubuh. Dua orang penjaga menundukan kepala tanda memberi hormat lalu membukakan pintu bercat hitam.

Menatap tajam seseorang yang tergeletak di tengah ruangan kedap suara yang berbau anyir. Menuju sisi kiri meraih tongkat baseball lalu menuju orang yang ia tatap tajam sedari tadi. Melirik sekilas pada seseorang yang menatapnya di ujung kanan. Tersenyum miring yang berarti dimulainya eksekusi.

Menggoyangkan tubuh orang tersebut dengan ujung sepatu tanpa kata lembut. Memaksanya sadar dari tidur yang hanya menenggelamkan sedikit kenyataan. Berjongkok dengan tatapan remeh.

"Jadi, lo si bangsat yang berani nyentuh Manda?!"

Orang yang diajak berbicara hanya diam. Memejamkan mata bersiap menerima siksaan dari orang yang berbeda.

"Lo tikus kecil. Berani main-main sama orang-orang di sekitar gue. Jalan keluarnya cuma dua. Bantai sampe mati atau gue biarin idup dengan kondisi cacat"

Menegakkan tubuh dengan pandangan menajam. Sirat kemarahan sangat terpancar dari diri Ara. Dulu saja Langit dia beri hukuman apalagi bajingan dengan nama Satia ini. Tidak ada kata ampun jika berhadapan dengannya.

Mengayunkan tongkat baseball dengan kuat pada punggung, kaki, kepala dan juga perut Satia. Ingatannya kembali pada tangisan Manda yang tak kunjung reda saat ia mengunjungi gadis itu. Ia juga melihat beberapa tanda di leher dan di dada Manda.

Manda sudah ia anggap seperti Violet, adiknya. Ia tidak terima orang di sekitarnya diganggu. Apalagi sampai membuat Manda takut bertemu laki-laki kecuali Langit.

Tadi ia berkunjung bersama Gio, namun Manda tidak berani menatap lelaki itu dan memintanya untuk keluar. Mengetahui hal itu membuat kemarahan Ara membesar dan berakhir menyusul Langit yang berada di ruang eksekusi ini.

Sedangkan Gio sendiri ia suruh menjaga Manda yang berada di apartemen Langit bersama Fany dan kedua sahabatnya. Anak-anak sekolah sudah dipastikan tidak mengetahui kejadian ini kecuali orang-orang di sekitar Ara dan Gio.

Pihak guru pun tidak berani berkutik karena mereka tidak bisa membantah titah dari pemilik yayasan yaitu Laura Evelyn Fernandes.

Awal mula Ara membeli yayasan tersebut karena saat kelas 10 ia sering masuk ruang BK dan berakhir dengan mendapat surat panggilan orang tua atau wali. Karena bosan dan muak dengan guru BK tersebut, ia meminta dibelikan yayasan yang menaungi sekolahnya pada Om Kevin alias ayah Langit.

Hal itulah yang membuat Ara, Hanna, Salsa, Langit dan para sahabatnya tidak dikeluarkan dari sekolah atas tingkah laku mereka.

Kembali pada Ara yang sedang menyeringai menatap mangsanya. Menginjak kuat kedua tangan yang sudah tak bertenaga. "Dua tangan ini yang ngiket dan ngejamah tubuh Manda" memaksakan ujung tongkat masuk ke mulut Satia "Mulut ini yang berani buat tanda di badan adek gue! Bangsatt!!" satu ayunan kuat mengarah ke kepala Satia untuk mengakhiri eksekusi.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang