Ternyata bahagiamu sederhana. Arum manis saja sudah membuatmu bahagia, bagaimana jika kuberi seisi dunia?
.
.
.
.Senja baru saja terbenam di ufuk barat. Menyisakan sedikit guratan jingga pada awan yang bergerak begitu cepat. Biasanya orang-orang akan menunda perjalanannya saat pergantian waktu. Namun keduanya sedang melaju dengan kecepatan rendah menuju apartemen elit di tengah kota.
Menyeret lengan berotot dengan susah payah agar sang empu mengikutinya. Memasukan pint dengan terburu-buru, lalu kembali menarik sekuat tenaga lelaki yang menutup rapat mulutnya.
Memaksakan lelaki itu menduduki sofa, lalu berlari kecil menuju dapur. Mengambil sekaleng cola untuk lelaki yang ada di ruang tamunya.
Meletakan cola di meja, "Duduk anteng di sini. Gue mau ganti baju dulu. Jangan coba-coba untuk ninggalin gue" peringatan dari gadis pemilik apartemen yang hanya diabaikan.
Menatap ruang tamu yang sangat rapih dengan wangi vanilla. Meraih cola, membukanya kemudian meneguknya hingga setengah.
Ini pertama kalinya ia berkunjung ke rumah lawan jenis. Bahkan sebelumnya mereka tidak saling mengenal.
Menatap sekitar sekali lagi, tapi ada yang janggal. Mana orang tuanya? Atau dia tinggal sendiri di sini?. Pertanyaan itu hanya ia utarakan dalam pikirannya saja.
Mendengar langkah terburu dari arah tangga yang membuat atensinya teralihkan. Gadis itu tampil dengan jaket kulit hitam dan hot pants. Mencepol rambutnya, yang membuat ia terlihat semakin cantik.
Dengan senyum mengembang, Ara menghampiri Gio yang masih menatapnya tanpa berkedip. Setibanya di depan lelaki itu, Ara menyentuh pipinya lalu memberi kecupan kecil.
Gio tersadar. Membuang pandangan ke arah lain yang membuat Ara terkekeh.
"Gue tau, gue cantik. Biasa aja ngeliatinnya" masih dengan kekehannya yang mulai mereda.
Gio bangkit menuju pintu, "Jangan ngambek dong. Masa pacarnya ditinggalin" ucapan Ara membuat Gio menghentikan langkahnya. Berbalik menatap gadis yang sedang tersenyum manis.
"Lo bukan pacar gue"
"Tapi lo yang ngakuin di depan Papa Arga"
Memicingkan mata, "Sejak kapan lo manggil bokap gue Papa?"
"Sejak saat ini. Ohh iya, gue juga tau bokap lo. Ya karena dia Pilot terkenal. Jadi kebanggaan negara. Right?" Gio hanya berdecih. Membuka pintu, menjauhi unit gadis itu.
"Ihh jangan ditinggalin!"
Menghentakkan kakinya, "Kenapa sih orang-orang suka ninggalin gue. Gue-kan kesepian" lirihnya. Mengejar langkah Gio yang sudah jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Teen FictionMereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua. Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi rua...