Mereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua.
Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi rua...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . .
Lagu milik DJ terkenal asal Amserdam memenuhi tempat yang sedang mereka kunjungi.
Ini malam minggu, mereka memilih Full House Club sebagai tempat menghabiskan malam. Menunggu seseorang yang akan mentraktir malam ini.
Setibanya di tempat langsung menuju teman-temannya lalu bersalaman ala lelaki.
"Udah pesen?" tanya Juna menatap yang lain.
"Udah. Kita kuras duit lo malem ini" ucap Galang dengan senyum lebar.
"Gapapa. Gue lagi seneng. Akhirnya cewek inceran dari SMA Pertiwi bisa gue dapetin" dengan senyum mengembang Juna menerawang, membayangkan wajah ayu pacar barunya itu.
"Saingan buat dapetin Ara kurang satu. Hasekk" mengepalkan tangannya, Raka menampilkan wajah senang.
Gabriel menepuk bahu Raka lalu memberi kode dengan lirikan mata. "Rival lo" sambil melirik pada Gio yang duduk tenang, Gabriel memberi senyuman mengejek pada Raka.
Menatap Gio lalu menjabat tangannya, "Mari kita bersaing secara jantan boss" ucap Raka sungguh-sungguh.
Gio memandang Raka heran. Melepaskan paksa jabat tangan mereka. "Gak minat" jawaban acuh itu membuat Raka tersenyum lebar.
Menatap sinis dengan senyum miring, "Ara gabakal mau sama lo" Raka menatap Langit sangsi.
"Bener tuh kata Langit. Mending milih boss Ara mah" Galang ikut andil memanasi. Membuat Raka bersedekap dada dengan wajah pura-pura sedih.
"Dahlah, minum aja kita. Seneng-seneng dulu malem ini sebelum senin sekolah" menuang tiap gelas dengan minuman yang berwarna kecoklatan lalu bersulang.
Di tempat yang sama. Ketiga gadis sedang memesan minuman dan mendudukan diri di bar.
Menyapa sang bartender yang sudah mengenal mereka sejak 2 tahun lalu. Mengobrol tentang liburan sekolah dan banyak hal lainnya.
Seorang pria mendekati Ara lalu menyodorkan segelas minuman. Diterima dengan baik kemudian Ara menyesapnya.
"Boleh gabung?"
"Boleh boleh" mendudukan diri di samping gadis yang menarik perhatiannya sejak tadi. Aldo memperhatikan Ara dari samping.
Merasa diperhatikan, gadis itu menengok pada orang yang duduk di sebelah kirinya. Menaikan alis dengan maksud bertanya.
"Boleh kenalan?" menyodorkan tangannya yang dipandang sekilas lalu dijabat oleh gadis di hadapannya.
"Gue Aldo Dewantara, panggil aja Aldo"
"Ara" melepaskan tangannya, Ara kembali menyesap minuman yang diberikan Aldo.
Aldo menggaruk belakang kepalanya karena sikap Ara yang cukup dingin.
Melihat samping gadis itu, menyodorkan tangannya lalu bersalaman dan berkenalan dengan Hanna juga Salsa.
"Lo keknya lebih tua dari kita. Kuliah kerja?" meletakkan gelasnya, Hanna menatap Aldo yang sedang membalas chat.
"Ohh gue kuliah semester 5" menyimpan ponselnya lalu menatap lawan bicaranya. Sesekali menatap Ara yang asik memperhatikan sekitar.
"Kalok kita baru kelas 3 SMA sii" ucap Hanna dengan cengirannya. Sedangkan Salsa, ia menatap ponsel yang berisikan pesan dari sang pacar. Yang mengatakan bahwa akan menyusulnya.
"Btw jurusan apa Bang? Ehh ini gue panggil Bang gapapa kan? Atau kakak?"
"Panggil Kakak atau nama aja deh. Berasa Abang nasgor gue dipanggil Bang"
"Ohh ya, gue jurusan teknik sipil" lanjutnya, yang diangguki Hanna.
Menyalakan rokok, melirik gadis di samping. "Kalian udah biasa ke sini? Gue liat kalian akrab sama bartendernya"
"Tempat tongkrongan ini mah. Tiap minggu juga ke sini. Udah kenal tuh bocah dari 2 tahun lalu" tunjuk Hanna pada Alex.
"Gue bukan bocah anjirr" menyentil kening Hanna yang membuat gadis itu menggerutu.
"Ohh iya, lu-kan udah mau kepala tiga. Om-om berati. Om Alex minum gue isi lagi dong" tertawa renyah, Hanna membuat Alex kesal.
Beruntung sedang banyak pelanggan. Jika tidak, Hanna akan ia beri pelajaran. Alex mengacungkan jari tengahnya.
Merangkul pundak Ara, "Lo ngapa diem aja bitch"
"Gue lagi males ngomong Na" jawabnya yang membuat Hanna menatap heran.
Menyentuh kening yang langsung ditepis oleh Ara. "Gue sehat anjing" menatap gadis di sampingnya sekilas lalu meneguk habis minumannya.
"Ya gue kira kan. Lo diem aja sii. Samping lo gak minat?" Hanna berbicara seolah-olah Aldo tidak ada di dekat mereka.
"Gak deh. Lo aja"
Meninggalkan bar lalu hilang di telan kerumunan. "Tuh anak mo kemana dah. Udahmah mulai tepar malah pergi. Kalok diculik om-om gimana?" gumam Hanna yang masih bisa didengar Aldo.
Menengok pada Salsa lalu mengedarkan pandangannya. "Lah, ini bitch satu udah ilang sama pawangnya aja. Anjirr gue sendirian mulu" dengan beberapa makian keluar dari mulutnya.
"Lo sama gue aja" ucap Aldo yang menginterupsi gerakan Hanna. Tangannya digenggam cowok itu.
Beralih pada Ara yang sedang berada di toilet wanita. Gadis itu menggerutu dan sesekali mengumpat.
"Anjing tuhh cowok. Ngasih gue minum gak kira-kira. Ini berapa persen alkoholnya sampe gue tepar gini" membasuh mulutnya, menatap pantulan dirinya di cermin.
Perutnya kembali bergejolak. Memuntahkan isi perutnya, dan kembali membersihkan mulutnya lalu meraih tissue.
Memegang kepalanya yang berdenyut. Melangkah keluar toilet. Namun langkahnya terhenti karena lengan gadis itu dicekal.
Menatap malas pria berperut buncit yang mencekalnya lalu menghempaskan tangan itu.
"Ayo ikut om. Nanti om bayar berapapun kamu mau" merapatkan dirinya pada gadis di depannya. Ara melangkah mundur.
Jika saja kepalanya tidak sakit dan pandangannya tidak buram, mungkin pria di depannya sudah ia lumpuhkan.
"Gak usah deket-deket anjing. Udah bau tanah juga" makinya yang membuat pria itu murka.
Mencengkram rahang Ara, pria itu mencoba menciumnya namun Ara berontak. Sekuat tenaga ia menghindar dengan sisa tenaganya.
Tiba-tiba pria di depannya tersungkur lalu terdengar suara benturan antar kulit yang cukup menyakitkan.
Tubuhnya melayang. Tercium bau pafrum yang cukup familiar. "Thanks" gumamnya yang masih bisa didengar orang yang menggendongnya. Kemudian gelap menyapa.
Ada yang suka Yellow Claw juga? Dah lama gak liat mereka. Kangen Nils😍