29. Worry

6.3K 292 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.


Selamat membaca🤗






Mengeringkan rambut dengan handuk kecil. Menengok pada ranjang tetapi tidak ada sosok gadisnya. Meletakkan handuk pada gantungan. Mengacak rambut dengan langkah menuju ruang tamu. Ternyata gadisnya sedang mengerjakan tugas sekolah. Senyumnya merekah.

Berbelok menuju dapur lalu membuat dua gelas coklat hangat. Meletakkan gelas pada meja kaca. Mengacak rambut Ara yang membuat sang empu mendengus. Memeluk dari belakang dengan hidung membaui leher Ara.

"Serius banget sampe didiemin" celetukan Gio masih saja diabaikan oleh Ara. Tugas Akuntansi milik Ara sebentar lagi selesai. Tapi ada pengganggu yang sangat tampan di belakangnya. Ara mencoba kembali fokus menghitung. Jika satu angka salah maka ia harus mengulangnya dan itu sangat merepotkan. (sering gini juga gak kalok ngerjain akuntansi. Bikin darah tinggi:v)

Gio mencoba mengambil perhatian Ara dengan mencium, mengelus, menyandarkan kepala, mengetuk jari pada punggung dan yang terakhir meniup tengkuk gadisnya dan berhasil. Ara berbalik lalu memukul pundak Gio dengan buku tugas.

"Aduuhhhhh. Ampun sayang"

"Dikit lagi aku beres. Kalok gak diem, tidur di luar!"

Gio menegakkan duduknya. "Siyap! Engga ganggu lagi!" dengan tangan pada posisi hormat. Ara tersenyum miring dan tangan menepuk pipi sang pacar.

Ara kembali berkutat pada uang yang tak nyata itu. Bergumam, berhitung,  menggaris lalu kembali menulis. Mengembuskan napas lega. Menutup buku dan membereskan perlatan tempurnya. Menyimpan dalam tas kemudian meletakkannya pada sofa. Keduanya duduk lesehan dengan alas karpet bulu di ruang tamu.

Gio kembali memeluk Ara. Menyandarkan kepala pada punggung sang pacar. "Yang bantuin belajar"

"Pelajaran apa?" menengok pada Gio yang menampilkan senyum lebar.

"Biologi. Tapi praktikum" tangan Gio mengusap perlahan perut Ara.

"Kelas kamu udah nyampe bab berapa?"

"Ini masih bab awal. Tapi aku mau praktik bagian bab akhir" dahi Ara mengerut dan alis menukik tajam.

"Ya mau praktik apa emang?"

"Kan di sekolah gamungkin ngadain jadi kita praktik sendiri. Nanti waktu ujian kan udah pinter. Ayo kita praktik bab reproduksi" terang Gio dengan senyum sumringah yang membuat Ara geram. Meraih bantal sofa lalu memukuli Gio dengan membabi buta.

"Jangan KDRT terus ngapa. Nanti cepet tua lohh" Gio tidak merasakan sakit akibat pukulan Ara karena bantal sofa yang empuk. Menjahili Ara dan melihat wajah ayunya yang memerah sangat menyenangkan.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang