Mereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua.
Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi rua...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruang kosong dengan jalan masuk tanpa jalan keluar. Sekarang, kau pemiliknya.
. . . .
Seorang gadis sedang menunggu kepulangan seseorang. Orang itu berpesan akan mengatakan sesuatu malam ini. Yang membuat sang gadis uring-uringan menunggu.
Memandang lautan bintang dengan segelas coklat hangat di tangan. Memejamkan mata sejenak menikmati embusan angin malam yang membelai lembut kulitnya. Menerbangkan helaian anak rambut yang terlepas dari ikatan.
Suara pintu terbuka berbarengan dengan derap langkah. Menuju orang yang ia tunggu kehadirannya sejak tadi. Tapi orang tersebut sudah memasuki kamar mandi. Lagi-lagi ia harus menunggu.
Setelah berpakaian, lelaki itu menghampirinya. Menggenggam tangannya menuju balkon kamar. Keduanya menatap langit yang penuh dengan bintang. Keheningan melingkupi mereka. Berdeham sesaat kemudian menghadap gadis di sampingnya.
Ara menatap Gio yang terlihat sedikit gelisah. Gio menatapnya lekat. Menggenggam kedua tangannya erat. Mengembuskan napas, lalu menarik senyum tipis yang membuat Ara tertegun sesaat.
Meletakkan tangan kanan Ara di dadanya yang berdegup cepat. "Gue gatau ini namanya cinta atau apa. Karena gue belum pernah ngerasain hal seaneh ini. Ini untuk pertama kalinya dan lo adalah penyebabnya"
Menyentuh kedua sisi wajah Ara dan menatapnya dalam. "Mulai sekarang, lo gadis gue, punya gue. Gak ada yang boleh ngedeket atau bahkan ngerebut lo dari gue. Sekalinya lo masuk, udah gak ada jalan keluar di dalam sana. Ngerti?"
Gadis di depannya mengangguk, masih dengan tatapan tidak percaya. Ini kali pertama Gio mengucapkan kalimat yang begitu panjang, dan kalimat itu sangat membuatnya senang.
Ara memeluk Gio dengan erat yang dibalas sama eratnya. Langit dengan taburan bintang malam ini sebagai saksi, bahwa Gio sudah memutuskan pilihannya. Ia memilih gadis dengan predikat buruk yang sama sepertinya.
Ara sudah berjalan terlalu jauh dalam kegelapan. Maka, Gio hadir untuk menemaninya. Ya, menemani menuju setitik cahaya kebahagiaan. Mereka tidak mendapatkan kebahagiaan, maka mereka yang akan menciptakan. Bersama mungkin tidak akan terasa sulit.
Saling menatap, meresapi tatapan masing-masing. Ara mengusap rahang lelaki dengan status pacarnya. Wajah keduanya saling mendekat. Gio bergerak lebih cepat. Menemukan bibir keduanya. Menyalurkan rasa bahagia yang sulit mereka ungkapkan.
Ciuman mereka semakin dalam. Gio mengangkat Ara yang membuat gadis itu melilitkan kaki pada pinggang Gio. Medudukkan diri pada kasur kemudian ciuman mereka terlepas. Membebasakan udara memasuki paru-paru yang kekurangan oksigen.
Jidat dan hidung keduanya saling menempel. Mata mereka masih menatap dalam satu sama lain. Ara tersenyum namun senyuman itu hilang di telan bibir lelaki di depannya.