Mereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua.
Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi rua...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku sudah tak memiliki tempat pulang. Apakah kau mau menjadikan dirimu rumah bagiku yang kesepian dan membutuhkan kehangatan? Karena hidupku selalu dihampiri hujan. Jadi aku butuh kau untuk berteduh dan bersandar.
. . . .
Sudah hari ke tiga classmeeting diadakan di SMA Gardapati. Babak final pertandingan basket, kelas XI IPS 1 melawan XI IPS 3. Karena kelasnya masuk babak final, Ara dan kedua sahabatnya dengan semangat menduduki tribun paling depan.
Masing-masing pemain memasuki lapangan yang membuat gedung olahraga indor itu semakin ricuh. Saling meneriaki jagoan masing-masing.
Kelima inti Baratha--minus Langit--mewakili kelasnya yaitu IPS 3. Sementara kelas IPS 1 beranggotakan Leon, Dirga, Putra, Reno dan Reyhan.
Kedua kubu tersebut adalah anggota basket Baratha dan sering mengikuti turnamen nasional. Hal itu yang membuat penonton semakin membludak.
Saling menjabat tangan lalu membentuk formasi masing-masing. Peluit berbunyi menandakan dimulainya pertandingan.
Bola pertama segera di terjang Gio yang kemudian mendribblenya menuju daerah lawan, lalu mengoper pada Raka, dengan gesitnya Raka mengecoh Reno. Mengoper bola kembali pada Gio kemudia Gio menembakkan bola tersebut yang membuat riuh penonton semakin pecah. Dua poin untuk kelas IPS 3.
Waktu sudah berjalan beberapa menit dan pertandingan semakin memanas. Kedua tim saling mengejar skor dan tak ingin mengecewakan kelas masing-masing.
Karena kesal kelasnya selalu terkejar, Ara melangkah menuju pinggir lapangan kemudian mengambil pom-pom milik anggota cheers lalu, "IPS 1 SEMANGAT! JANGAN MAU KALAH!" dengan dua tangan terangkat bergerak heboh.
Lapangan indorpun semakin berisik dengan suara penonton.
Siswa yang menonton membelalakkan matanya karena mereka mendapat totonan gratis perut rata milik Ara, sebab seragam yang sengaja dikecilkan itu terangkat karena Ara mengangkat kedua tangannya.
Bukan hanya siswa yang menonton, tapi juga para pemain basket ikut mengalihkan pandangan menuju Ara lalu bereaksi sama.
Mata tajam seseorang menangkap sebuah gambar, swords tatto kah? gumamnya.
Permainan berakhir dengan IPS 3 sebagai pemenangnya. Perbedaan skor yang hanya satu poin membuat gemas penonton.
Tapi mereka sangat puas dengan pertandingan kali ini. Kapan lagi bisa menonton para cogan basket tanpa harus menunggu sore hari saat mereka latihan. Apalagi sekarang mereka mengenakan jersey baru.
Saat hari terakhir ujian, sebelum menuju parkiran, Gio dan para sahabatnya mencoba jersey baru tim basket yang berwarna putih itu.
Bahkan mereka sengaja tidak berganti mengenakan seragam sekolah lagi karena akan langsung ke markas. Tapi Demonic malah menyerang. Sehingga Gio tidak perlu takut jika celana sekolahnya robek karena kaki panjangnya berhasil mengenai kepala Victor. Karena Gio and the gang sedang mengenang jersey baru.
Jika IPS 3 menggunakan jersey baru, maka IPS 1 menggunakan jersey lama. Karena siapa yang berani membantah Gio, yang sudah bertitah akan mengenakan yang baru saat babak final.
🌼
Ketiganya menuju kantin dengan sesekali tertawa. Mendudukan diri di tempat biasa lalu memesan makanan masing-masing.
Sambil memakan pesanannya, "Entar malem club gak nih?" Ara dan Hanna mengangguk. Menghabiskan makanannya sembari berdiskusi akan mengenakan pakaian seperti apa.
Sementara di meja pojok, "Kan kita menang nih, traktir dong boss" Raka menatap Gio dengan tampang konyolnya. Yang lain pun ikut menyuarakan hal sama seperti Raka.
"Ambil aja"
"Traktir beneran nih boss"
Gio hanya bergumam iya, "Biyasanya juga gitu" celetuk Langit yang sudah jengah dengan tingkah Raka. Yang di sindirpun hanya nyengir kuda tanpa rasa berdosa.
Beberapa orang pergi memesan makanan dan minuman dengan jumlah banyak. Mungkin sekitar 30 anggota Baratha yang ikut merayakan kemenangan kelas bossnya.
Ini juga hal biasa bagi mereka. Gio adalah bank hidup Baratha. Ia sangat royal pada teman-temannya. Ahh bukan teman, tapi keluarga bahkan rumahnya.
Karena merekalah tempat Girgino untuk pulang.
🌼
Setibanya di kamar, Ara langsung bebersih kemudian merebahkan diri. Meraih handphone lalu membuka akun instagramnya.
Tidak ada yang menarik. Hanya angka di bagian dm yang semakin bertambah banyak.
Karena Ara sedang menjomblo sehingga banyak pria yang mengirimnya pesan. Entah untuk mengajak jalan, liburan, menjadi pacar, bahkan menyewa kamar untuk semalam.
Ara belum menemukan mangsa, sehingga ia masih betah sendiri. Ia juga baru putus seminggu yang lalu karena sudah bosan dengan lelaki keturunan Jerman yang bersekolah di SMA tetangga.
Dia bosan dan juga kesepian. Ingin merasakan saat pulang sekolah lalu cepat-cepat bebersih kemudian menuju ruang makan dan sudah disediakan makanan oleh sang Mama. Tapi itu tidak pernah ia rasakan.
Ia hanya tinggal sendiri di apartemen mewah ini. Hanya ada tukang bersih-bersih yang memasuki apartemennya seminggu sekali dan juga kedua sahabatnya.
Dimana orang tuanya? Keduanya sudah pergi meninggalkan dunia yang menyisakan dirinya dengan luka yang menganga.
Tempat pulangnya sudah berpulang. Lalu ke mana ia harus pulang dan menetap? Jika rumahnya saja tidak ada.
Malam-malamnya tidak pernah tenang, karena luka di masa kecilnya.
Luka yang memupuk dendamnya pada seseorang. Seseorang yang tidak tau keberadaannya yang masih hidup.
Tapi, hidup dalam bayang-bayang kematian ibunya, yang terbunuh di depan matanya sendiri saat ia berusia 7 tahun.