23. Destiny

8.1K 328 0
                                    

Semoga bahagia selalu bersama kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga bahagia selalu bersama kita. Walau kita tidak tau, seperti apa takdir di depan sana.

.
.
.
.

Mobil mini cooper putih memasuki parkiran sekolah SMA Gardapati. Pintu mobil terbuka dan keluarlah dua gadis cantik. Salah satunya menjadi sorotan karena baru pertama kali wajah itu terlihat di sekolah. Bisik-bisik mulai tedengar yang membuat gadis itu menundukan kepala dalam.

Mengikuti langkah orang yang ada di depan dengan cepat. Memasuki lift dengan tujuan kelas 11 IPA 2. Setibanya di depan kelas, Ara menyuruh gadis itu masuk. Memasuki kelas dengan tangan saling menggenggam juga wajah gugup.

Ara yang gemas dengan gadis itu menariknya agar berdiri di depan kelas.  Menepuk tangan dua kali meminta perhatian. Padahal sedari tadi kelas hening memperhatikan keduanya di depan.

"Dia Amanda Fansisca, adek gue. Jangan ada yang macem-macem sama dia, atau hidup kalian gak bakal tenang" ucap Ara yang membuat seisi kelas hening dengan wajah tegang.

"Lo, duduk di sana" jari Ara tertuju pada meja depan yang sudah terisi oleh siswa dengan kaca mata minus. Karena takut, siswa tersebut segera berpindah pada meja ke dua. Tepat di belakang meja miliknya tadi, yang sekarang sudah menjadi milik Manda.

SMA Gardapati menggunakan tempat duduk sendiri-sendiri. Tidak seperti kebanyakan sekolah yang saling bersebelahan. Satu kelas hanya berisikan 20 siswa dengan nilai terbaik dan pangkat terbaik. Sekolah elite ini, menduduki peringkat pertama sekolah swasta terbaik di kota.

Persaingan yang sangat ketat, membuat calon siswa harus ekstra pintar atau ekstra uang. Saat tes, untuk satu kelas hanya menerima 15 siswa dan 5 siswa mandiri, dengan uang yang tidak sedikit. Manda bisa masuk kelas 11 IPA 2 karena salah satu siswa, pindah ke luar negeri saat kenaikan kelas. Sehingga, Ara dengan mudah memasukan Manda dengan uang yang ia miliki juga nilai Manda sebelumnya.

Memasuki kelas lalu melempar tas pada meja pojok belakang. Mendudukan diri kemudian menenggelamkan wajah pada lipatan tangan.

"Anak-anak bilang, lo dateng sama anak baru. Sapa?" mengangkat wajah, Ara menatap malas Salsa si kepo.

"Ada deh, kenalan gue" jawab Ara malas yang membuat Salsa mencibir.

"Anak orkay mana? Kok gampang masuk sini?" kali ini pertanyaan datang dari Hanna dengan tatapan curiga.

"Gue yang masukin"
"Pantesss" sambar Salsa dengan tangan menggebrak meja pelan.

"Pinter kek gue dia. Sayang disia-siain" decihan terdengar dari Hanna yang membuat Ara cengengesan.

"Dia kek gue. Bedanya gue banyak duit sedangkan dia engga. Harus kerja biar bisa sekolah" tutur Ara yang membuat Hanna dan Salsa terdiam.

Hanna dan Salsa menarik senyum. Menepuk bahu Ara sesaat. "Baik banget sihh sobat gue ini. Cantik, pinter, sultan, rajin foya-foya dan sombong" ketiganya tertawa karena ucapan Salsa yang kelewat benar.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang