Kau menyalakan setitik harap tentang kebahagiaan. Mencoba melepaskanku dari belenggu kegelapan. Padahal dirimu terkurung dalam mimpi mengerikan yang menyesakkan.
.
.
.
.Menuju tempat yang tidak terlalu berisik lalu mengangkat panggilan yang masuk.
"Maaf mengganggu waktunya Tuan. Nona dibawa salah satu teman anda"
"Apa perlu kami bereskan juga" lanjut penelpon.
"Biarkan. Kalian bereskan saja si tua bau tanah itu"
"Baik tuan" sambungan di putus oleh orang yang dipanggil Tuan. Kemudian memasuki tempat yang ia kunjungi dengan senyum miring tercetak jelas.
🌼
Menuruni tangga, menuju ruang makan dan menatap heran pada orang yang sedang sarapan. Melanjutkan langkahnya menuju lemari pendingin. Menuang air pada gelas lalu meminumnya hingga tandas.
Pria paruh baya yang sedang ditatapnya itu bangkit, memasuki dapur kemudian membuat secangkir kopi. Sarapannya sudah beres.
Kembali ke ruang makan, menatap seorang gadis yang baru saja memasuki ruang makan dengan raut canggung.
"Duduk" titahnya pada kedua remaja yang masih berdiri memandangnya dengan ekspresi berbeda.
Gadis itu mengikuti gerakan lelaki yang ada di sampingnya. Mengambil makanan yang sudah tersaji. Terlihat sangat menggugah selera.
Ruang makan itu hening. Ditatap sedemikian rupa oleh pria paruh baya di hadapannya, membuat gadis itu risih.
"Tumben pulang" pernyataan yang keluar dari remaja laki-laki di depannya, membuat ia meletakkan cangkir yang baru ia sesap isinya.
Tersenyum tipis, "Kangen anak, makanya pulang" yang dibalas decihan remaja laki-laki di depannya.
"Namanya siapa cantik?"
"Laura Evelyn Fernandes, panggil aja Ara Om" senyum yang dipaksakan itu malah membuat Ara terlihat aneh.
"Dia pacar kamu?" menatap putra satu-satunya yang sibuk dengan makanan di piringnya.
"Iya" yang membuat gadis di sampingnya melebarkan mata, lalu menendang kecil kakinya.
Ara tersenyum canggung lalu meminum air putih pada gelasnya.
"Pake pengaman ya. Masih sekolah harus hati-hati. Sayang kalo berhenti karena hamil" ucap Argadana Darellion, Ayah dari Giorgio Altezza Darellion.
Ara yang mendengarnya terbatuk karena tersedak minum, lalu Gio mengusap punggungnya lembut. Ara menatap heran lelaki yang masih mengusapnya.
Kerasukan kah?, pikirnya nyeleneh.
"Kalian sering tidur di sini?" menatap bergantian dua remaja di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Novela JuvenilMereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua. Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi rua...