2. Interesting

13.1K 602 6
                                    

Bukan hanya mataku yang tertuju padamu, mungkin sebentar lagi hatiku yang terikat pesonamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bukan hanya mataku yang tertuju padamu, mungkin sebentar lagi hatiku yang terikat pesonamu. Ya, karena kau memang semenarik itu.

.
.
.
.

Ara menuju parkiran dengan earphone dikedua telinganya. Kedua sahabatnya sudah pulang terlebih dahulu karena supir mereka sudah menunggu. Mereka tidak membawa kendaraan karena kedapatan dari club semalam.

Matanya mengitari sekitar gerbang sekolah dan menangkap penjual cilok kesukaannya.

"Bang biyasa ya"

"Okee, siyap neng"

Duduk di kursi yang sudah disediakan dengan kepala menunduk menghadap handphone. Menggulir layar tapi tidak ada yang menarik.

"Ini neng udah jadi"

"Thanks you bang Juki"

Sambal kacang kesukaannya dan telur isian cilok memang the best. Ara sangat menyukai jajanan ini. Biar dikata jajanan bocah SD tapi Ara bodoamat.

Tak lama terdengar suara ribut dari arah kanannya. Banyak laki laki dengan seragam sekolah urakan membawa balok kayu bahkan gear motor sambil berteriak menyerukan nama Baratha.

"Haduhh mau tawuran nih neng, cepet lari neng" tapi Ara tetap diam menikmati makanannya.

"Udah kita nonton aja di sini bang, gosah ke mana-mana"

🌼

Inti Baratha berjalan di koridor sekolah menuju parkiran. Menunggangi motor masing-masing, "Mau pada ke markas apa pulang nih?" tanya Raka pada yang lain. "Markas" jawab Gio dan lainnya mengangguk.

"Woy Baratha! Keluar kalian!"

Keenamnya menuju gerbang sekolah dan Galang mengabari lewat grup jika ada serangan di depan sekolah.

Kedua geng sudah berhadapan dengan pemimpin mereka yang paling depan. Gio hanya menampilkan wajah datarnya saja untuk menyambut musuh bebuyutan geng mereka, yaitu Demonic.

"Kalian cuma berenam gak takut kalah hah?!" ucap Victor dengan senyum mengejek.

Gio hanya tersenyum tipis, "Yang ada nih ya, lo semua bakal habis sama kita berenam kek biasanya" balas Raka dengan tampang coolnya.

"Bangsat lo!" Victor hampir saja menerjang Raka, tapi dengan cepat Gio menendang perut sebelah kanannya.

"Lawan lo, gue" ucap Gio dengan smirk dan menyugar rambutnya yang sedikit panjang. Jika Pak Bowo menyadarinya, pasti rambut halusnya itu sudah dipotong asal.

"Serang!"

"Majuinnn!!"

Setelah Gio mengucapkan kata keramat itu, puluhan remaja dengan baju sekolah yang sama datang dari luar wilayah sekolah.

Mereka adalah anggota Baratha dari Divisi I yang diketuai oleh Galang Damares dengan jumlah lima puluh orang.

Untuk saat ini anggota tiap Divisi terdapat lima puluh orang sehingga anggota keseluruhan Baratha aktif berjumlah 206 orang termasuk inti Baratha.

Victor mengayunkan tinju tapi gerakannya sudah terbaca oleh Gio dan dengan mudah Gio menangkap tinju itu kemudian menghantam wajah Victor dengan tangan kanannya.

Victor mundur beberapa langkah, tidak menyia-nyiakan kesempatan emas, Gio menekan kaki kirinya sebagai tumpuan lalu mengayunkan kaki kanannya dengan cara berputar dengan titik fokus kepala sebelah kiri Victor.

"Bughh" suara keras hantaman itu mengalihkan atensi inti Baratha dengan Victor yang tergeletak tak sadarkan diri sebagai objeknya.

"Mundur lo semua! Ketua lo udah K.O!" ucap Raka dengan berkacak pinggang.

Beberapa anggota Demonic menggotong Victor, "Bilang ke dia, kalok udah bisa berantem yang bener baru ngadep gue" ucap Gio pada Galih wakil Demonic dengan mata menatap Victor sekilas.

Galih hanya mengepalkan tangannya karena ketua mereka dihina musuh. Tapi dia tidak bisa menyerang Gio begitu saja. Karena Galih sangat tau perbedaan kekuatan mereka berdua seperti apa.

"Bubar, bubar"

"Tiap nyerang kalah mulu tapi kok gak malu, cihh" ucap Raka dengan sengaja mengeraskan suaranya.

Pertempuran kali ini berjalan cukup singkat dan tidak memakan korban luka serius. Dari kubu Baratha pun tidak ada yang terluka.

Dari kejauhan seorang gadis berjalan dengan santainya dan dengan otomatis kerumunan Baratha menyingkir.

Tidak peduli dengan siulan dan godaan yang didapatnya, Ara berjalan menuju mobilnya yang masih terparkir apik dalam sekolah.

Dua kancing teratas yang selalu terbuka dan dua pearching pada telinga kiri juga sepatu yang berwarna putih. Ara melangkah dengan dagu sedikit terangkat, yang membuatnya terkesan angkuh.

Tapi, malah menambah aura kecantikannya. Melangkahkan kaki jenjangnya bak model Paris Fashion Week.

"Mau gue anterin gak Ra?" mendekati Ara, Juna hanya mendapatkan lirikan sinis dari gadis itu.

"Bajingan! Juna gercep amat masalah cecan. Dasar playboy cap bunglon" sungut Raka yang kalah cepat.

Ara menghentikan langkahnya tepat di hadapan Gio dan inti Baratha. Melipat tangannya di depan dada dengan tampang angkuhnya menatap Juna.

Mata para lelaki di depannya langsung melebar karena dengan pose seperti itu membuat dadanya semakin membusung.

Kucing mana yang menolak jika di beri ikan?

Ara paham dan tau tatapan itu, ia sudah sering mendapatkannya. Ia mendekat pada Juna, bukannya melihat wajah sempurna Ara, Juna malah memperhatikan belahan dada yang terlihat milik gadis itu. Ara hanya tersenyum miring.

Menyentuh rahang kanan Juna kemudian mendekatkan wajahnya, "Gue gak mau panas-panasan naik motor yang jok belakangnya tiap hari ganti penghuni sayang" ucap Ara kemudian menyibakkan rambutnya yang mengenai wajah Juna yang sudah memerah.

Ara meninggalkan kumpulan itu, menyisakan suara ricuh meledek Juna. Baru kali ini sang playboy Gardapati ditolak seorang gadis.

Tidak ada yang menyadari, bahwa salah satu dari lelaki di sana menampilkan senyum miringnya, menarik.









Jes

13 Agustus 2021

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang