6.

29 3 0
                                    

"aduhh, saya masih sibuk kerja om. Om pergi aja sendiri" ujar neyza yang berbicara di telepon.

Sementara itu yuli yang duduk di sebelah merasa heran melihat rekan kerja nya sedang mengumpat tidak jelas. Apakah neyza sedang kedatangan tamu bulanan?

"lo kenapa sih, ney?" tanya yuli.

"gapapa!!"

"lah kambing! Kok lo ngegas!!" sembur yuli yang terkejut.

"sorry yul, mood gue lagi ga enak soalnya" jawab neyza sambil memijat pangkal hidung nya.

Neyza benar-benar pusing karena darel yang tiba tiba menelpon dirinya untuk fitting baju bersama pria itu. Dan yang membuat neyza kesal adalah darel memaksa dirinya untuk izin sebentar dan meninggalkan pekerjaan nya.

Kalau gue di pecat, mau makan apa gue nanti?

Handphone neyza kembali berdering menampilkan nomor tidak di kenal menelpon nya. Pemilik nomor itu tak lain dan tak bukan adalah darel. Neyza masih belum mau menyimpan nomor pria itu.

"kenapa lagi sih om!!" ucap neyza.

"keluar! Saya ada di lobi" ujar darel dan langsung memutus sambungan telepon secara sepihak.

Neyza menghembuskan nafas gusar. Dia langsung membereskan barang-barang nya dan berjalan ke arah lobi tanpa menghiraukan teriakan yuli yang memanggilnya.

Terlihat Darel sudah berdiri sambil memasukkan kedua tangan nya di dalam saku celana. Neyza pun menghampiri pria yang berdiri arogan itu dengan wajah di tekuk.

"saya masih kerja om. Kalau nanti saya di pecat om mau tanggung jawab?" tanya neyza.

"kamu ga akan di pecat" jawab darel.

"sok tempe banget sih, emang om boss nya?" tanya neyza sedikit nyolot.

Darel tidak menjawab pertanyaan neyza. Dia langsung berjalan keluar ke arah parkiran. Di ikuti neyza yang berlari di belakang nya.

Neyza bingung melihat semua karyawan di kantor nya menunduk hormat saat darel melewati mereka. Gadis ini memandang aneh sekeliling nya lalu mengejar darel yang sudah berbelok ke arah parkiran.

"kok mereka pada nunduk sama om sih?" tanya neyza sebelum masuk ke dalam mobil darel.

Darel yang mendengar itu langsung menarik kepala neyza agar gadis itu ikut menunduk seperti karyawan tadi. Neyza terkejut di perlakukan seperti itu.

"kamu juga harus tunduk sama saya" ujar darel dingin.

"hah?"

"saya kepala direktur disini" jawab darel lalu melepas tangan nya dari kepala neyza.

Neyza masih terkejut dengan tangan yang masih memegang lehernya yang sakit. Apa maksud darel tadi? Kepala direktur? Neyza dijodohkan dengan boss nya sendiri?!

"bapak bohong kan? " tanya neyza masih tak percaya.

Darel hanya diam sambil menunjukkan kartu nama nya kepada neyza.

_________________________________

Darel putra adiwijaya
(kepala direktur adiwijaya's group)

+628 **********
________________________________

Neyza yang membaca itu membuka mata nya lebar-lebar. Dia benar-benar malu karena selama ini neyza berperilaku tidak sopan kepada boss nya, sekaligus calon suami nya sendiri.

"maaf, pak. Saya selama ini berperilaku tidak sopan. Maafkan saya sekali lagi!" ujar neyza langsung menunduk hormat. Dia benar-benar takut setelah ini darel akan murka lalu memecat nya.

"cepat masuk, saya tidak ada waktu" suruh darel dengan nada dingin. Neyza terlonjat kaget lalu masuk kedalam mobil darel. Jangan lupakan bulu kuduk neyza yang meremang ketakutan.

Sepanjang perjalanan, keduanya tak melempar percakapan sama sekali. Sangat hening, hanya suara deru mobil yang mengisi keheningan mereka.

Diam-diam neyza melirik darel yang ada di sebelah nya. Wajah datar darel semakin membuat neyza ketakutan. Bahkan neyza beberapa kali memilin baju nya hingga kusut.

"mulai sekarang jangan panggil saya om lagi, saya ini calon suami kamu" ucap angkasa mengagetkan neyza.

"baik p-pak, saya minta maaf" jawab neyza dangan gugup. Sungguh dia masih benar-benar takut dengan darel.

Mobil darel berhenti di depan sebuah butik megah di samping jalan. Dia langsung membuka sabuk pengaman nya lalu keluar meninggalkan neyza.

"astaga neyza, lain kali mulut lo ini di rem!!" ujar neyza sambil menepuk bibir nya berulang kali. Dan tentu saja tanpa sepengetahuan darel.

............

Neyza menatap tubuh nya yang sudah terbalut gaun pernikahan di cermin. Terpukau, satu kata yang berada di kepala neyza saat ini. Dia tak menyangka akan memakai gaun ini di umur yang masih muda. Ga muda-muda amat sih.

"saya suka yang ini" ujar neyza kepada satu pegawai yang membantu nya tadi.

Neyza berjalan keluar dari ruang ganti. Meminta pendapat darel mengenai gaun pernikahan nya. Dan kalian tahu respon darel apa? Dia hanya mengangguk.

Ngangguk ngangguk doang udah kaya boneka mampang

"anak setan, bukannya muji ini malah ngangguk doang" gumam neyza langsung berbalik ke ruang ganti lagi.

Tapi di sisi lain, darel benar-benar merasa terpukau memandang neyza yang terbalut dengan gaun pernikahan nya. Tapi ntah kenapa bibir darel begitu sulit untuk memuji gadis itu. Gengsi darel terlalu tinggi.

Neyza sudah mengganti gaun nya dengan baju kerja dia yang tadi. Gadis ini memasang wajah cemberut lalu berjalan ke arah tempat duduk darel.

"kenapa? Ga suka gaun nya?" tanya darel.

"suka"

"baiklah" jawab darel lalu berdiri dan berjalan keluar meninggalkan neyza.

"ya tuhan, ada dosa apa hamba sampai harus menikah dengan batu arca" ucap neyza mendramatisir.

.......

"saya mau lanjut kerja, kamu saya antar pulang" ujar darel yang masih memacu mobil nya.

"tapi saya masih ada kerjaan, pak" jawab neyza jujur.

"kerjain dirumah saja"

"lah? Kenapa?" tanya neyza lagi.

"saya gasuka lihat muka kamu di kantor" jawab darel sedikit meninju hati neyza. Sedikit sakit, neyza tak menyangka darel mengatakan kata itu pada calon istrinya sendiri. Sudah neyza tebak bahwa darel tak menyukai nya.

"saya tahu kok bapak benci sama saya, tapi jangan—"

"saya hanya belum nyaman dengan kamu" potong darel dengan enteng.

"itu artinya bapak bakal nyaman sama saya?" tanya neyza.

Darel hanya diam tak menjawab.

.
.

.
.

Tai banget si darel punya gengsi tinggi nya melebihi monas😤

Huhuhu jangan lupa voment!!

69 days with my boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang