Kaki nya tak berhenti melangkah menyusuri gelapnya lorong itu. Semua nya hitam, tidak ada warna lain disana membuat dirinya ketakutan.
Teriakan demi teriakan dia lontarkan. Tak ada suara yang terdengar. Bibirnya hanya bergerak tapi tak mengeluarkan suara apapun. Pendengaran nya juga tidak berfungsi, hanya suara desisan kencang yang daritadi menusuk telinga nya.
Dia kembali berlari, tapi anehnya tidak terasa lelah pada tubuh nya. Dan disaat bersamaan terdengar suara yang memekikkan.
Layaknya sebuah radio rusak, semua suara terdengar berulang-ulang di dalam kepala. Hanya pusing yang dirasakan, dia berlari menghindari suara yang menusuk telinga itu.
Suara klakson mobil yang terdengar keras, suara ribut kendaraan, dan teriakan yang memanggil namanya. Semua terulang berkali-kali.
"tolong!! siapapun tolong aku!!"
Lorong semakin terasa sempit. Nafas nya tercekat. Di ujung sana seperti ada cahaya yang semakin lama semakin besar.
Tapi semakin dia mendekat ke cahaya itu rasa pusing di kepala nya semakin menjadi. Seperti ada yang menarik tubuhnya ke belakang.
"TOLONGGG!!"
Sama saja, tidak ada suara yang keluar.
Dia lelah, Apakah dia harus berjalan ke arah cahaya itu atau membiarkan tubuhnya tertarik ke belakang?....
"bun, aku benar-benar rindu dengan nya" ujar darel pada kayla yang sedang memotong buah apel.
"anggap saja rasa rindu mu itu adalah hukuman, darel" jawab kayla dengan santai. Wanita itu memang masih sedikit dongkol dengan kelakuan anak nya, tapi mau bagaimana pun darel adalah darah daging nya. Sebagai ibu, kayla hanya bisa mendukung dan berdiri di belakang anaknya.
Sudah hampir dua bulan neyza masih menutup mata. Dokter sudah mengatakan neyza sudah melewati masa kritis. Keadaannya sudah membaik, tak ada lagi alat medis yang menempel di tubuh gadis itu, selain selang oksigen.
Hal ini juga membuat darel tidak sabar menunggu neyza membuka mata. Berulang kali dia menanyakan kapan istrinya itu bangun, bahkan kayla dan santi sampai menggelengkan kepala karena darel seperti bocah yang tidak sabaran menunggu giliran naik wahana.
"kamu tidak ke kantor?" tanya kayla yang mengunyah buah apelnya tadi.
"tidak bun, aku semakin malas ke kantor karena harus meninggalkan neyza"
"cih, bucin.. "
"mau makan apa nanti neyza jika kamu tidak bekerja dan jadi pengangguran!?" sambung kayla.
"tak mengapa hidup miskin, bun. Asal aku tetap bersama dengan neyza" jawab darel membuat kayla menatap takut. Anaknya terlihat aneh sekarang.
"sejak kapan kamu menjadi budak cinta seperti ini, darel! astaga bunda sampai kaget" ujar kayla berpura-pura terkejut.
"keluar lah sana, hirup udara segar. Biar pikiran mu tidak penuh dengan neyza saja" sambung kayla dan langsung di iyakan oleh darel.
....
darel pov
"kak, aku daritadi mencari mu kemana-mana. Rupanya disini" ujar varel membuyarkan lamunan ku. Dia berjalan ke arah ku dan duduk di sebelah bangku taman yang masih kosong.
Disini lah kami berdua. Duduk sambil Menyapu pandangan ke seluruh taman rumah sakit yang tidak terlalu ramai.
"tumben sekali kakak duduk disini. Ada apa?" tanya varel.
"varel.. "
"hm?"
"sepertinya aku tahu kenapa neyza belum bangun"
Kulihat varel langsung merubah posisi duduk nya dan memasang wajah terkejut. Mungkin merasa aneh karena mendengar ucapan ku yang tiba-tiba.
"maksud kakak?"
"mungkin neyza benar-benar tidak mau menemui ku lagi, rel. Seakan dengan cara ini dia menghindari ku"
"neyza menginginkan mu kak, kenapa kakak berpikiran seperti ini?" jawabnya membuat ku bimbang.
Tapi saat ku pikirkan lagi. Rasanya sangat egois jika aku memaksa neyza untuk menerima ku lagi setelah apa yang ku perbuat padanya dulu.
Kemarin dia sudah mengatakan bahwa dirinya menyerah. Dia juga sudah menyetujui ajakan ku untuk berpisah. Tapi secara tiba-tiba aku membatalkan nya berlagak seperti manusia plin-plan.
Bukankah aku egois? Hanya memikirkan diri sendiri tanpa memperhatikan keadaan neyza.
"sepertinya kami memang harus berpisah, varel. Aku tidak bisa terus-terusan memaksanya untuk kembali kepada ku"
"kak, jangan begini... "
"demi tuhan, varel. Hati ku masih terasa sakit melihat neyza berlumuran darah kemarin! Melihat dia merintih kesakitan membuat rasa bersalah itu selalu menghantui ku"
"dosa ku sudah terlalu banyak pada neyza. Aku tidak yakin dia mau memaafkan ku dan membangun segalanya dari awal. Aku tidak yakin, varel!"
"jadi apa rencana mu sekarang, kak. Aku sangat berharap bukan perpisahan yang kakak ambil"
"mungkin aku akan pergi jauh dari neyza. Membiarkan kami menyembuhkan luka masing-masing. Aku tidak ingin menyakiti nya lagi"
"karena aku tidak bisa menepati janji untuk menjaga neyza. Maka sekarang aku akan mengabulkan permintaan nya untuk menjauh dari ku" sambung ku dengan mantap.
"lalu rencana mu akan pergi kemana, kak? Apa bunda mengizinkan mu?" tanya varel.
"mungkin aku akan mengurus cabang perusahaan di thailand kemarin. Aku yakin bunda akan menyetujui nya" jawab ku dan langsung di angguki oleh varel.
"aku tidak akan menahan mu, kak. Tapi tolong pikirkan tentang neyza sekali lagi. Bagaimana jika nanti dia mencari mu dan bertanya pada ku? aku harus jawab apa?" tanya varel membuat ku menarik nafas dengan berat.
Sungguh, ini juga terasa berat bagi ku. Aku tidak tega menggantung neyza seperti ini. Tapi apa boleh buat? keadaan sekarang benar-benar tidak memungkinkan kami bersama.
Neyza yang masih kecewa kepada ku. Dan aku yang masih belum bisa memaafkan diriku sendiri.
Kami butuh waktu. Waktu untuk sendiri dan menyembuhkan luka di hati masing-masing.
"aku mohon jangan katakan aku pergi ke thailand pada neyza, rel. Kamu hanya perlu diam atau berpura-pura tidak tahu jika neyza menanyakan tentang ku" jawab ku.
Varel mengangguk dan menepuk pundak ku sambil Memberi senyuman terhangat nya. Terlihat dia sangat mendukung ku.
"baiklah, see you later, kak"
.
..
...
..
.ih darel pergi nihh??!!
wess angell angell
nih ending nya neyza berpaling ke pria lain atau darel yg kecantol cewe Thailand:v
vote aja lah yaaa😜
KAMU SEDANG MEMBACA
69 days with my boss
RomanceBerkisah tentang perjalanan neyza dan darel dalam menumbuhkan cinta di dalam pernikahan nya. Di dalam rumah tangga yang tidak berdasarkan cinta, darel membuat perjanjian. Setelah 69 hari usia pernikahan maka mereka memutuskan berpisah. Tapi apakah...