40.

23 1 0
                                    

neyza pov

Suara klakson mobil bersautan terdengar tak henti-henti. Hujan saat ini sedang mengguyur semua jalanan kota membuat ku malas untuk sekedar keluar dari kamar.

Aku duduk di meja yang menghadap jendela kamar. Suara air menetes dari atas membuat ku termenung. Rasanya damai jika seperti ini, setidaknya hati dan pikiran ku bisa beristirahat sejenak dari segala masalah yang ku lalui belakangan ini.

Aku memandang kaktus pemberian darel di dekat jendela. Kaktus itu masih ku jaga dengan baik. Bahkan ukurannya sudah semakin besar semenjak darel memberikan pada ku.

Aku masih ingat betul pria itu memberi kaktus ini setelah pulang dari restoran bu desi.

Ah, ngomong-ngomong tentang bu desi. Bagaimana kabar wanita itu sekarang? Aku tiba-tiba jadi rindu sop buatan nya.

Mungkin setelah hujan reda, akan ku sempatkan untuk mampir ke restoran nya sebelum pergi ke butik.

......

"apa ibu masih mengenal ku?" tanya neyza pada desi yang keluar dari restoran nya.

"ahaha tentu saja, masuklah. Kenapa kamu datang hujan-hujan seperti ini" jawab desi menggenggam tangan neyza.

Neyza tersenyum sambil menutup payung nya. Menyalimi desi lalu mengikuti langkah wanita itu masuk ke dalam.

"hanya rindu dengan sop buatan ibu" ujar neyza benar apa adanya.

"yasudah duduklah disana, ibu panaskan sop nya sebentar"

Neyza berjalan ke arah meja lesehan yang pernah dia duduki dulu bersama darel. Dia duduk disana sambil memandang sekeliling restoran desi.

Tak ada yang berubah setelah setahun lebih neyza terakhir kali kesini. Hanya ada beberapa tulisan menu yang di tutup oleh lakban.

"ini, makanlah" ucap desi yang datang sambil membawa semangkuk sop panas.

"terima kasih, bu"

Neyza langsung mencicip sop buatan desi. Rasanya masih sama saat dia pertama kali jatuh cinta dengan rasanya. Pantas saja darel sangat menyukai makanan ini.

"buk, kenapa banyak menu yang di tutup lakban?" tanya neyza sambil memandang papan menu yang tertempel di dinding.

"ahh, itu.. ibu sudah tua, neyza. Ga akan kuat kalau memasak terlalu banyak makanan"

"oh ya, kabar mu bagaimana? kenapa datang sendirian kesini? dimana darel?" tanya desi.

"kabar ku baik, buk. Darel juga masih sibuk dengan pekerjaan nya" jawab neyza.

"kalian ini aneh sekali. Kemarin darel juga datang kesini sendirian, dan sekarang kamu juga datang sendirian. Ada apa dengan kalian?" tanya desi.

"kemarin darel kesini buk? kapan?"

"mungkin sebulan yang lalu. Sama seperti mu, dia datang tiba-tiba tanpa mengabari dulu" jawab desi dan neyza hanya manggut-manggut.

Berarti darel sudah pulang? Tapi kenapa dia tak menemui neyza?

"maaf kalau ibu lancang. Sebenarnya kalian ada masalah apa bagaimana?"

Neyza menatap desi. Dia yakin wanita didepannya ini mulai merasakan keanehan diantara anak tiri nya dengan neyza. Terlihat tatapannya seperti meminta penjelasan dari nya.

"Kemarin darel datang kesini keadaan nya sangat berbeda, neyza. Awalnya ibu kaget, dan berpikir kalau darel hanya lelah karena bekerja. Tapi di mata nya seperti tersirat tatapan kesedihan"

"Ibu harap bukan kamu penyebab nya, neyza" sambung desi sambil menatap neyza lekat.

Neyza menunduk, menatap sop yang masih mengebul panas di bawah wajah nya. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada desi. Itu hanya akan memperusak keadaan saja.

"tidak apa-apa jika kamu enggan bercerita. Itu masalah kalian masing-masing. Ibu hanya berpesan, jangan saling menghindar. Temui darel, bicarakan semuanya. Tidak masalah kita sebagai wanita menurunkan ego sedikit"

"iya, buk. Neyza paham"

"habiskan lah. Ibu akan membawakan satu bungkus lagi untuk kamu makan dirumah"

.......

Neyza mendorong pintu butiknya membuat suara lonceng mengagetkan dewi -asisten neyza- yang sedang sibuk mengurus tumpukan kain yang hendak dia jahit.

"eh mbak, tumben ga naik taxi?" tanya dewi melihat neyza yang sibuk mengeringkan rambutnya yang basah karena hujan.

"hemat ongkos" jawab neyza mengundang gelak tawa dewi.

"ahahaha bisa aja mbak. Oh iya, tadi ada titipan bunga untuk mbak neyza, sudah dewi taruh di meja kerja mbak" ucap dewi membuat alis neyza bertaut.

titipan bunga?

Tumben sekali ada yang memberikannya bunga. Padahal hari ini bukan hari ulang tahun atau hari penting bagi neyza.

"oh dari siapa?" tanya neyza.

"dewi ga tau mbak, tadi kurir nya cuman bilang ada titipan untuk mbak neyza" jawab dewi membuat kepala neyza mengangguk.

"mbak neyza ada gebetan, yaaa??" tanya dewi menggoda neyza.

"ada donggg"

"wihh siapa, mbak? kok dewi gatau" sahut dewi.

"tehyung"

"ihh mbakk, itu kan gebetan dewi!!" ucap dewi melotot ke arah neyza.

"ahahaha, kerja dulu yang bener, baru bisa jadi gebetan tehyung"

"siap bu boss" jawab dewi mengangkat tangannya hormat sambil terkekeh.

"saya masuk dulu ya"

"iya mbak"

Neyza membuka pintu ruangan pribadinya. Dan benar saja, ada sebuket bunga mawar putih yang tergeletak di atas meja nya.

Dia mengambil bunga itu dan membuka kertas yang diselipkan oleh si pengirim.

miss you, ney

Dua kata yang berhasil membuat neyza bingung bukan main. Tangannya bergetar, Siapa pengirim bunga ini?

.
.
.



hayolo siapa ni yg ngirimin neyza bunga mawar😻😻

Tokoh baru nih? ahh yg benerrr
xixixi voment dulu broo





69 days with my boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang