24.

19 1 0
                                    

"Adik bapak pulang ke Indonesia?" tanya neyza setelah mendengar ucapan darel yang memberitahukan berita tentang adik nya.

"ya, dan besok bunda adain acara makan malam. Jadi kamu harus—"

"berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa, kan?" potong neyza secara cepat.

Darel memandang neyza dengan datar. Ada semburat rasa tidak suka jika neyza mengatakan itu.

"kamu harus pergi bersama saya" ucap darel bermaksud menyambung ucapan nya tadi.

Neyza mengangguk. Tiba-tiba pandangan neyza beralih ke pergelangan tangan darel. Pria itu tidak lagi mengenakan gelang magnet yang mereka beli tempo lalu.

"bapak kok gak pakai gelang nya" ujar neyza.

Darel yang mendengar itu langsung mengikuti arah pandangan neyza yang melihat pergelangan tangan nya.

"oh, gelang itu hilang"

"ihh kok bisa pak!?" sahut neyza dengan kesal.

"ntah lah, saya juga lupa" ujar darel menatap datar pada neyza yang memasang raut wajah kesal.

"ihh!!"

"itu hanya sebuah gelang, neyza"

"ya terserah"

Neyza langsung izin undur diri untuk keluar dari ruangan darel. Dia sangat kesal dengan darel dan memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan nya.

Di pertigaan lorong neyza berjalan lurus melewati varel yang hendak berbelok ke arah ruangan darel. Pria itu memasang wajah bingung, ada apa dengan wanita itu?

Varel membuang pertanyaan itu lalu berjalan ke arah ruangan Darel. Ada sesuatu yang harus dia bicarakan.

"kak!!" teriak varel langsung membuka pintu ruangan darel.

"hm?"

"kok kakak gak pernah ngasih tau sih punya pegawai cantik" ujar varel membuat darel kebingungan.

"maksud kamu?"

"kemarin aku gak sengaja nabrak seseorang, dia cantik banget!"

"tapi aku lupa namanya, za..  zaa— aduh aku lupa" sambung varel sambil mengetuk kepala nya.

Darel hanya mengedikkan bahu nya acuh. Dia kembali melanjutkan pekerjaan nya tanpa memandang varel.

"apa aku jatuh cinta dengan gadis itu?" tanya varel ntah kepada siapa. Karena sekarang pandangan pria itu menatap langit-langit ruangan darel dengan kedua tangan yang di taruh di belakang kepala.

"kakak percaya cinta pada pandangan pertama, ga?" tanya varel.

"no"

"why?"  tanya varel.

"kamu hanya sebatas mengagumi nya bukan berarti cinta" jawab darel.

"hm, you're right dude. Tapi kenapa jantung ku berdetak lebih cepat saat melihatnya tadi?" tanya varel.

"oh ya? kapan kamu bertemu dengan wanita itu" sahut darel.

"tadi, sebelum aku masuk ke sini. Dan jantung ku... "

"ahhh, aku gak bisa biarin ini kak!"

"besok akan ku bawa dia ke bunda!" sambung varel.

Darel menaikkan sebelah alis nya. Ada yang aneh dengan adik nya ini. Kenapa dia tiba-tiba berubah menjadi pria yang haus cinta padahal kemarin dia mengatakan sama sekali tidak tertarik dengan wanita.

"ini bukan di Belanda, varel. Ga semua wanita di sini bisa kamu ajak kencan dadakan" ujar darel.

"jadi menurut kakak, aku harus confess dulu ke cewe itu? are you kidding me? yang ada dia malah ilfeel" jawab varel.

"kalau gitu dekati dia, jadilah pria yang romantis" jawab darel.

"cihh! emang kakak dulu romantis?"

"no" jawab darel.

"aku tiba-tiba jadi penasaran cara kakak dulu dekatin kakak ipar" ujar varel mengalihkan topik pembicaraan.

"kami di jodohkan"

"hahh!!?"

.......

Setelah kepergian Varel, Darel langsung membereskan barang nya dan bergegas pulang. Dia akan bersiap sebelum ke rumah kaila untuk makan malam bersama.

Darel melihat jam tangan nya, sudah hampir malam. Bahkan langit diluar sudah mengeluarkan semburat warna jingga. Darel yakin di jam segini neyza sudah pulang.

Tapi perkiraan nya berbanding terbalik, dia melihat neyza sedang mengobrol dengan bimo di lobi. Kedua nya seperti sedang membicarakan sesuatu yang seru, terlihat beberapa kali neyza tertawa dengan tangan yang menutup mulut nya.

Darel geram. Ini bukan pertama kali nya dia merasakan ada rasa panas di dalam hati. Akhirnya darel berjalan cepat ke arah dua insan itu dengan wajah yang menahan marah.

"bimo!" teriak darel.

"eh, kenapa pak?" tanya bimo seperti biasa dengan wajah ramah nya.

"ngapain kamu masih disini, sana pulang!"

Bimo kebingungan bukan main. Tidak biasa boss nya seperti ini. Neyza yang mendengar itu pun, ikut terkejut. Tak seharusnya darel memarahi bimo.

"lah, kenapa pak?"

"ah.. anu bim, katanya lo tadi mau kasih makan kucing kan? buruan pulang gih kasian kucing lo kelaparan di rumah" jawab neyza sambil berusaha mendorong bimo keluar.

"tapi gue gak punya kuc—"

"udah bim, buruan pulang. Ayo deh gue antar sampai parkiran" potong neyza.

"ahahaha, ga perlu ney makasih. Yauda gue duluan ya" jawab bimo dan dia langsung berjalan keluar dari lobi.

Neyza tersenyum ke arah bimo, tapi detik berikut nya dia berbalik ke arah darel dengan wajah ketakutan.

Darel memasang wajah datar. Tidak, kali ini dia seperti mengeraskan rahang nya. Benar-benar membuat bulu kuduk neyza meremang.

"maaf" ujar neyza yang tahu kesalahan nya dimana.

"sudah berapa kali saya bilang, jangan dekatin bimo! saya tidak suka!" sahut darel.

Neyza yang mendengar itu langsung merubah raut wajah nya. Kini dia tersenyum menggoda sambil menusuk pelan lengan darel dengan jari nya.

"ciee bapak cemburu..  "

" neyza!!"

"apa sayang"

Darel tak menjawab ucapan neyza. Benar-benar gila, pikir nya. Dia langsung berjalan menuju parkiran meninggalkan neyza yang masih senyum-senyum.

"dasar gadis gila!"

.
.
.
.

ahahahha gemess ya darel kalau salting😭

yu voment duluu😘

 

69 days with my boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang