15.

22 1 0
                                    

Pagi hari yang cerah ini, seperti biasa neyza sudah sibuk berkutat dengan dapur. Dia memasak nasi goreng untuk dirinya dan darel.

Setelah nasi goreng nya matang, neyza mematikan kompor dan melirik ke arah tangga. Aneh sekali darel belum turun untuk memakan sarapan nya.

apa dia sakit?

Neyza langsung membuka celemek nya dan memeriksa darel apakah pria itu masih tidur atau tidak. Neyza menaiki tangga lalu membuka pintu kamar nya.

Terlihat darel masih terbaring di ranjang dengan selimut yang menutupi tubuh nya sebatas leher. Neyza menghampiri suami nya itu dan melihat wajah darel.

Sangat pucat.

Benar perkiraan neyza tadi.

"pak?" panggil neyza.

Tidak ada jawaban, neyza mulai menepuk kaki darel berulang kali. Tapi nihil, darel tidak merespon nya.

Neyza mengulurkan tangannya ke dahi darel. Hanya panas yang di rasakan tangan neyza. Dia langsung berlari turun ke dapur untuk membawa sarapan darel dan kompres beserta obat penurun panas.

Mungkin ini akibat kemarin darel terkena hujan bersama nya. Jas milik darel dikenakan neyza membuat pria itu kedinginan semalam.

Tak butuh waktu lama neyza sudah kembali sambil membawa nampan berisi barang-barang tadi. Dia meletakkan nampan itu di atas nakas lalu mulai memeras sapu tangan yang akan di jadikan kompres.

"biar saya saja" ucap darel saat melihat tangan neyza hendak menaruh handuk basah di dahi nya.

"udah bapak diem aja" suruh neyza, dan darel menurut.

Tangan neyza masih menempel di dahi darel. Sedangkan pria itu kembali memejamkan mata. Merasakan sentuhan hangat dari tangan istri nya.

Ketika merasa dahi darel sudah tidak panas, neyza mulai mengambil nasi goreng buatan nya tadi lalu menyuapi darel dengan telaten.

Darel dengan ragu menerima suapan itu sambil memandang wajah neyza. Ntah kenapa hati darel merasa damai dan rasa sakit di tubuh nya seketika hilang saat memandang wajah istri nya.

"biasa aja liatin nya, pak. saya tau kok saya cantik" ucap neyza saat melihat darel yang daritadi melirik nya.

"jangan ge'er. Siapa juga yang liatin kamu!" ujar darel sedikit gelagapan.

Neyza terkekeh. Dia menaruh piring yang sudah kosong di atas nakas lalu mengambil obat untuk darel.

"bapak minum obat dulu, setelah itu istirahat" ucap neyza sambil memberi obat beserta segelas air. Darel menerima itu dan meminum nya.

"Nanti saya juga bilang ke bimo kalau hari ini bapak ga ke kantor" sambung neyza.

Darel melotot mendengar perkataan neyza. Dia menaruh gelas nya di atas nakas dengan kasar lalu menatap neyza tajam.

"tidak perlu! Biar saya sendiri yang bicara pada bimo" ucap darel dengan sedikit tekanan. Dia tidak suka neyza menyebut nama sekretaris nya itu.

"tenang saja, pak. Saya ga akan bilang kalau kita suami istri kok" ujar neyza.

"tidak perlu. Biar saya sendiri yang bicara nanti" jawab darel.

"ya sudah bapak tidur, saya mau berangkat ke kantor" ujar neyza dan mulai berdiri mengangkat nampan yang tadi dia bawa.

Tapi belum sempat neyza berjalan kini tangan nya tiba-tiba di cekal oleh darel. Gadis itu memandang tangan nya lalu memandang darel secara bergantian.

"jangan pergi" ucap darel.

"tapi saya harus kerja, pak"

"kamu tidak bekerja pun tidak masalah bagi saya" jawab darel tidak ingin di bantah.

"tapi pak—"

"saya bilang ngga, ya ngga neyza! Bisa tidak sehari saja kamu menurut?!" potong darel.

Neyza tersentak kaget. Kini dia menarik tangan nya paksa dari cekalan darel. Dia menatap darel datar.

"maaf"

"kalau saya tidak bekerja, kamu juga tidak boleh bekerja. Tidak ada yg memantau mu jika saya tak di kantor" sambung darel.

"jadi selama ini bapak mantau saya?! Astaga, saya bukan pencuri pak" jawab neyza.

"pokoknya kamu hari ini di rumah. Saya sakit seperti ini juga karena kamu" sahut darel tidak menjawab perkataan neyza.

"lah kok gitu?"

"terus saya sakit seperti ini karena apa?"

"karena hujan"

Darel langsung membaringkan tubuh nya dan menarik selimut hingga menutupi wajah. Kepala darel bisa-bisa pecah jika berdebat dengan neyza. Di tambah lagi kini badan nya yang kurang baik harus membalas jawaban istrinya itu.

.....

"pak, bangun" darel terbangun dari tidur nya. Neyza menarik selimut darel hingga sang empu merasa terganggu karena ulah gadis itu.

Darel mengusap wajah dan menopang tubuh nya untuk duduk. Dia membiarkan neyza menaruh nampan makanan di paha nya.

"makan dulu" ucap neyza setelah meletakkan nampan itu.

Hidung darel mencium aroma soto yang masih menghangat di depan nya. Dia mulai membuka mata sepenuhnya lalu mencicipi soto itu.

"kamu beli dimana soto nya?" tanya darel setelah mencicipi soto itu. Dan dia langsung jatuh cinta dengan rasa nya. Benar-benar lezat.

"saya bikin sendiri. Enak kan, pak?" tanya neyza.

"biasa saja" jawab darel saat mengetahui soto yang dia makan ini adalah buatan istri nya. Darel terlalu gengsi untuk berkata jujur pada neyza. Alhasil perkataan pria itu tidak sama dengan hatinya.

"ya sudah, soto yang masih di panci saya buang saja kalau bapak tidak suka" jawab neyza yang melenggang pergi.

"jangan!"

"j-ja jangan membuang-buang makanan. Saya akan habiskan nanti walau terpaksa" sambung darel sambil melanjutkan makan nya.

Neyza tersenyum, dia berjalan ke arah darel dan duduk di kursi samping pria itu. Memandang suami nya yang sedang asik memakan soto buatan nya.

"minggu depan saya ada acara reuni angkatan di kampus. Bapak izinin saya pergi kan?" tanya neyza.

"tidak" jawab darel.

"tapi saya bakal tetep pergi" sahut neyza tidak mengindahkan ucapan darel.

"kamu jangan durhaka sama suami"

"suami saya reece bibby, bukan bapak"

"suami khayalan mu itu tidak ada apa-apa nya dibandingkan saya" sahut darel sambil memasang wakah tidak suka.

"jelas dia lebih baik dari bapak. Dia ganteng, pinter nyanyi, multitalenta,"

"kamu itu istri saya, neyza!!"

"bapak cemburu ya?"

"shitt!!"

.
.
.

Darel cemburu apa sadar diri kalah saing sama reece bibby😂

Voment nya jgn lupa mniezzz!!

69 days with my boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang