39.

25 2 0
                                    

"terima kasih, semoga hari mu menyenangkan"

Neyza tersenyum ramah pada semua pelanggan yang datang ke butik nya. Dia menghembuskan nafas berat, sangat lelah jika mengurus usahanya sendiri yang sudah mulai ramai ini.

Setelah setahun dia bangun dari koma, neyza memutuskan untuk benar-benar resign dari perusahaan darel dan membangun usaha sendiri.

Inilah usaha neyza, bermodalkan tabungan pendidikan nya yang masih bersisa. Dia membangun sebuah butik di ruko yang dia sewa.

Tapi baru sebulan butik nya dibuka, kini gadis itu sudah kelimpungan karena menerima banyak pesanan.

Memang lelah, sangat menguras tenaga karena harus mengerjakan semua nya sendiri. Tapi neyza juga bersyukur dengan cara ini dia tidak terus-terus an memikirkan darel.

Pria itu tidak pernah menemui nya selama setahun penuh. Darel juga tidak pernah memberikan kabar atau apapun. Bahkan jika di tanya pada kayla, dia selalu mengelak dan beralasan tidak tahu dimana keberadaan anaknya.

Neyza hanya bisa menunggu darel kembali dan memperjelas status nya sekarang. Apakah dia mau memperlurus masalah  Atau tetap hilang mencampakkan neyza seperti ini. Atau darel akan hanya datang untuk menceraikan neyza.

.....

neyza pov

"bu, kayanya neyza butuh karyawan untuk bantu neyza di butik, deh. Ternyata capek  juga mengurus semuanya sendiri" ujar ku.

"ibu kan sudah bilang dari awal, neyza. Kamu saja yg keras kepala" sahut ibu sambil menepuk pundak ku pelan. Aku hanya terkekeh.

Obrolan kami terhenti saat lonceng pintu berbunyi pertanda ada seseorang yang memasuki butik ku. Aku langsung bangkit dari duduk meninggalkan ibu yang masih meminum teh nya.

Aku tersenyum melihat siapa yang baru membuka pintu butik ku. Sedangkan pria itu, berjalan ke arah ku dengan bunga yang dia genggam.

"selamat atas usaha butik nya, bu neyza" ujar varel mengundang gelak tawa.

Aku tersenyum dan menerima bunga pemberian pria itu. Ibu juga langsung berjalan kearah kami dan membiarkan tangannya dicium oleh varel.

ya, pria itu adalah varel.

"apa kabar, varel? sudah lama ibu ga lihat kamu" ujar ibu ku membimbing varel duduk di sofa kami tadi.

"baik, bu. Buktinya sekarang badan varel makin lebar" jawab varel sambil terkekeh.

"makanan di belanda pada enak ya, rel. Buktinya kamu balik kesana lagi malah jadi gendut" sahut ibu membalas guyonan varel.

Cukup lama kami mengobrol bersama varel. Seperti biasa varel memang pintar mencairkan suasana, dari tadi dia  membangun obrolan yang membuat ibu tertawa.

"oh ya, bu. Boleh pinjam neyza nya sebentar? ga lama kok" ujar varel sambil terkekeh.

"boleh dong. Asal jangan sampai lecet ya"

"siap buk, kalau sampai lecet varel bisa di marahin habis-habis an sama kak darel" jawab varel.

"ney, aku mau bicara" bisik varel dan langsung ku anggukin.

"disini?"

"no, di tempat lain"

Kami keluar dari butik, dan berjalan ke arah mobil varel. Aku hanya diam di sebelah nya membiarkan varel membawa mobil nya ntah kemana.

Hanya beberapa menit varel membawa mobil nya, dia langsung membelokkan stir ke arah rumah sakit. Bukan, bukan rumah sakit biasa. Di atas gedung itu tertulis 'rumah sakit jiwa'

69 days with my boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang