Darel memberhentikan motor nya tepat berada di kaki bukit. Bukan bukit tinggi seperti kalian pikirkan, hanya bukit rendah yang bahkan bisa di daki anak kecil.
"bapak ngapain bawa saya kesini" tanya neyza yang mengikuti darel turun dari motor.
"saya kangen" jawab darel sambil berjalan ke atas bukit.
"kangen sama saya?"
"bukan kamu, tapi bukit ini" jawab darel kesal melihat kepedean neyza.
"mending kangenin saya aja, pak" sahut neyza sambil terkekeh.
Neyza berjalan mengikuti darel yang berada di depannya. Pria itu dengan cepat melangkahkan kaki nya meninggalkan neyza yang kesulitan mendaki dengan high heels yang dia kenakan.
"pak, tungguin!! kaki saya sakit nih!" teriak neyza membuat darel membalik tubuh nya dan menghampiri gadis itu.
"buka high heels kamu" perintah darel. Neyza pun menuruti perkataan pria itu dan menenteng high heels nya.
Darel berjongkok di depan neyza mengisyaratkan gadis itu untuk naik di belakang nya. Tapi neyza hanya diam kebingungan sambil memundurkan kaki nya.
"naik!"
"mau ngapain, pak!?"
"udah cepat naik!"
Neyza pun langsung naik ke atas punggung darel. Pria itu menggendong neyza dan kembali berjalan ke atas bukit.
"nanti bapak capek loh" ucap neyza sambil menahan detak jantung nya agar tidak terdengar oleh darel. Posisi mereka sangat dekat membuat jantung gadis itu tidak karuan berdetak di dalam sana.
"pak, turunin pak. Bapak kan masih sakit!"
"sudah kamu diam saja" jawab darel masih melangkahkan kaki nya.
Keheningan menyelimuti mereka. Neyza memeluk leher darel sesekali mencium aroma parfum yang dikenakan pria itu. Sangat memabukkan bagi neyza.
"tadi kenapa bapak bilang kangen sama bukit ini?" tanya neyza.
"dulu sewaktu kecil saya sering main disini dengan adik saya" jawab darel.
"bapak punya adik?" tanya neyza terkejut. Selama ini dia mengira jika darel itu adalah anak tunggal.
"saya punya satu adik laki-laki" jawab darel
"sekarang adik bapak dimana?"
"dia sedang kuliah di belanda" jawab darel sesekali menaikkan tubuh neyza agar tidak jatuh dari gendongan nya.
"ganteng ga?"
Pertanyaan neyza membuat langkah darel berhenti. Dia memiringkan kepala nya sambil menatap neyza tajam.
"ya elah pak, saya cuman bercanda" sambung neyza.
"nih om-om cemburu apa gimana sih"
.........
Darel menurunkan neyza saat sudah sampai di atas bukit. Gadis ini seketika terpukau dengan pemandangan dari atas bukit. Deretan atap rumah dengan jalan yang ramai menambah keindahan dari atas.
Neyza berjalan mengelilingi bukit itu, ternyata ada banyak anak kecil yang sedang bermain disini. Ada yang sedang berlari-lari dan bermain layangan.
"pak, fotoin saya dong" ujar neyza.
Darel yang mendengar itu hanya menadahkan tangan nya kepada neyza membuat gadis itu kebingungan.
"bapak minta duit?"
"handphone kamu mana?" jawab darel.
"pake handphone bapak dulu. Handphone saya kan masih di kantor" ujar neyza kesal. Karena darel semua barang-barang neyza tertinggal di kantor termasuk handphone nya.
Darel mengeluarkan handphone dari dalam saku celana nya. Membuka kamera lalu membidik ke arah neyza yang sedang berpose.
Ckrekk.
Darel langsung tersenyum melihat neyza yang terlihat manis di layar handphone nya. Tapi syukur nya neyza tidak menyadari darel ketika tersenyum.
"cantik ga, pak?" tanya neyza sambil mendekatkan tubuh nya ke arah darel.
"biasa aja" jawab darel membuat neyza mendengus.
Langkah neyza langsung berbelok ke arah ayunan yang menjuntai di bawah pohon. Darel yang melihat itu ikut menyusul neyza dan duduk di ayunan sebelahnya.
"saya baru tahu loh pak ada bukit di sekitaran sini" ucap neyza sambil mendorong ayunan yang dia duduki dengan kaki.
Darel yang mendengar itu hanya tersenyum tipis. Dia duduk diam di ayunan sambil memandang anak-anak yang sedang berlari.
"ga kerasa udah ke hari sepuluh ya, pak?" tanya neyza membuka topik.
"hah?"
"perjanjian itu" jawab neyza tersenyum kecut.
Darel langsung diam mendengar perkataan neyza. Hari begitu cepat berlalu membuat dirinya melupakan perjanjian itu.
Ternyata sudah sepuluh hari.
"kamu sedih atau bahagia?" tanya darel.
"saya ga tau pak, hari-hari saya abu-abu sekarang. Ga ada rasa sedih atau bahagia" jawab neyza sambil tertawa.
Tapi tawa itu tak sama dengan isi hati neyza. Gadis itu juga bingung dengan diri nya saat ini. Jika di katakan sedih, neyza tidak tahu apa yang membuatnya sedih. Begitupun bahagia, hidup neyza terasa datar selama menikah.
"sudah lah, pak. Jangan ngomongin itu. Kan kata bapak jalanin saja seperti tidak terjadi apa-apa. Iya kan?" tanya neyza sambil tersenyum.
Darel menatap neyza yang di sebelah nya. Rasa bersalah di hati darel kini kian bertambah setelah mendengar ucapan gadis itu.
Sebenarnya darel sudah mencoba membuka hati nya untuk neyza. Tapi sampai sekarang dia belum bisa merasakan rasa cinta saat bersama neyza. Ntah rasa itu belum ada atau darel yang tidak menyadari nya.
Bisa dikatakan hati darel belum sepenuhnya bisa menerima neyza.
"udah yuk, kita pulang" ajak neyza
Darel mengangguk lalu berjongkok di depan neyza yang masih duduk di ayunan. Neyza hanya menyiritkan alis bingung.
"ga perlu gendong lagi, pak. Saya nyeker aja biar ga sakit" ucap neyza.
"nanti kaki kamu bisa tertusuk duri rumput" sahut darel.
"ciee bapak perhatian nih yee"
"neyza!" bantah darel membuat neyza gemas ingin meninju wajah darel.
"udah ayo, pak. Keburu sore" ujar neyza lalu berjalan mendahului darel.
Darel langsung berdiri dari jongkok nya lalu mengejar gadis itu. Dia menyamakan langkah nya dengan langkah neyza.
.......
Sepanjang perjalanan menuju rumah, mereka berdua hanya diam di atas motor. Tidak ada pembicaraan di antara mereka, hanya ada hembusan angin yang mengisi keheningan.
Di tengah jalan, darel dikejutkan dengan neyza yang tiba-tiba menjatuhkan kepala nya di pundak darel. Pria itu memandang neyza dari kaca spion motor lalu tersenyum. Neyza tertidur di pundak nya.
Tanpa sadar darel menarik tangan neyza agar memeluk nya, antisipasi agar gadis itu tidak terjatuh.
Darel tetap fokus mengendarai motor ke rumah mereka. Tanpa darel sadar, sepanjang perjalanan dia tersenyum.
Cantik..
...........
....
...
..
.cantik kaya author💏
KAMU SEDANG MEMBACA
69 days with my boss
RomanceBerkisah tentang perjalanan neyza dan darel dalam menumbuhkan cinta di dalam pernikahan nya. Di dalam rumah tangga yang tidak berdasarkan cinta, darel membuat perjanjian. Setelah 69 hari usia pernikahan maka mereka memutuskan berpisah. Tapi apakah...