extra part (3)

42 1 1
                                    

Cuaca di pagi hari ini sangat tidak baik, Sejak kemarin sore bumi sudah diguyur hujan membuat beberapa aktifitas terhambat. Tidak sedikit juga orang-orang lebih memilih diam di rumah dan merebahkan diri di atas kasur dengan selimut yang membalut tubuh supaya hangat.

Hal itu juga dilakukan darel dan neyza. Mereka terbangun sebelum azan subuh berkumandang, alhasil mereka harus menunggu panggilan solat itu terdengar dengan berdiam diri di atas kasur. Mereka benar-benar menikmati posisi yg nyaman. Kepala neyza yang berbaring di atas dada bidang darel dan pria itu merangkul mesra neyza sambil sesekali menciumi pucuk kepala istri nya.

neyza pov

"kenapa hujannya tak berhenti ya?" tanya ku yang masih di dalam pelukan darel sambil mendengar bunyi gemericik air yang tak berhenti dari kemarin sore.

"kamu mau keluar?" tanya darel balik.

"tidak, hanya saja aku takut acara nanti sore akan gagal karena hujan" jawab ku.

Hari ini adalah hari ulang tahun gabriel. Jadi aku berencana untuk membuat acara kecil-kecil an di halaman belakang. Tapi melihat hujan yang tak kunjung reda membuat ku cemas. Takut acaranya gagal atau hal lainnya.

"ini rahmat dari allah, sayang. Hujan bersamaan dengan hari ulang tahun biel, itu tandanya ada rezeki untuk anak kita" jawab darel seperti mencoba menenangkan ku.

"aamiin, ayo udah azan. Kamu ga pergi ke masjid?" tanya ku mulai berdiri dari kegiatan malas-malas an ini.

Satu hal lagi yang berubah dari darel adalah dia menjadi lebih rajin beribadah. Semenjak gabriel lahir, rutinitasnya setiap hari  jika dirumah adalah pergi ke masjid jika azan berkumandang. Aku pun cukup bersyukur melihat perubahan itu, darel bisa menjadi contoh yg baik untuk gabriel.

"aku masih mau peluk kamu" ucap darel merengek tak mau melepaskan tangannya dari punggung ku.

"nanti keburu mulai loh solatnya di masjid" elak ku sambil berusaha bangkit dari kasur.

"sebentar saja, kita sudah lama tak seperti ini" jawab darel semakin menelusup hidungnya ke ceruk leher ku.

"mas, buruan ih— "

"papaaa!! ayoo udah azan" teriak gabriel dari luar dengan tangan yang tak berhenti mengetuk pintu kamar ku.

"tuh, anak nya udah manggil" ucap ku pada darel yang memasang wajah masam nya. Mungkin dia merasa gagal bermesraan dengan ku lebih lama.

"iya biell, papa nya mandi dulu" ucap ku membuka pintu kamar agar anak laki-laki itu masuk.

"papa lama ih, biel kan mau cepat-cepat ke masjid" ujar biel dengan raut kesalnya.

"emang mau ngapain cepat-cepat ke masjid?"

"ada deh, biel mau minta sesuatu sama allah. Hari ini kan ulang tahun biel" ujar gabriel membuat ku tersenyum.

Aku cukup bangga karena berhasil mendidik gabriel agar tak buta dengan agama. Darel dan aku juga berprinsip agar gabriel harus hidup tak boleh jauh dari agama.

Makanya yang seperti kalian lihat, gabriel sudah terbiasa pergi ke masjid bersama papa nya. Karena anak itu tak jarang dibawa oleh darel ke masjid semenjak gabriel sudah bisa berjalan.

"jadi mama ga boleh tau nih?" goda ku.

"nanti abis pulang dari masjid, baru biel kasih tau"

Aku tertawa dan memeluk nya erat. Anak berusia enam tahun itu sungguh menggemaskan.

Darel yang baru keluar dari kamar mandi langsung memakai setelan baju koko nya dan tak lupa menutup rambutnya. Dia juga memakaikan gabriel baju yang sama dengannya.

69 days with my boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang