42.

37 2 0
                                    

Neyza berjalan mondar mandir di lorong rumah sakit yang sepi. Sedangkan varel hanya terduduk dengan tangan yang sibuk menelepon orang tuanya agar segera datang.

Setelah melihat kejadian tadi, varel langsung membatalkan kepergian nya esok hari. Dia cukup terkejut melihat darel yang tiba-tiba sudah tergeletak di Jalan dengan darah yang mengucur kemana-mana.

Sebenarnya varel tahu kakak nya itu sudah pulang dari sebulan lalu. Hanya saja dia tak memberitahu neyza, varel membiarkan darel untuk menemui neyza sendiri.

Dia tahu kakak nya tidak akan mengambil langkah yang salah.

Tapi malah sekarang darel menemui neyza dengan cara seperti ini. Sangat membuat mereka semua cemas.

"neyzaa?"

Neyza berbalik dan memandang kayla beserta samuel yang memasang wajah cemas nya. Neyza berlari ke kayla lalu memeluk nya.

Neyza tak bisa lagi menyembunyikan ketakutan nya. Bohong jika dia tak berharap darel kembali, dia bahkan sangat-sangat berharap. Tapi bukan seperti ini caranya.

"bunda.. "

"bunda tahu sayang, kita tunggu dokter ya?" ujar kayla mencoba menenangkan neyza.

Neyza mengangguk lalu ikut duduk di samping varel. Laki-laki itu memandang kakak ipar nya yang sedang menangis tersedu.

Sangat terlihat betapa cintanya neyza pada darel. Darel pun demikian, hanya saja mereka berdua cukup pandai menyembunyikan nya. Keduanya sama-sama mempertahankan ego.

Pandangan mereka semua beralih ke arah pintu ruangan yang terbuka. Seorang dokter paruh baya keluar sambil membuka sarung tangan nya.

"keluarga darel?"

"saya istri nya" cela neyza.

"bisa ikut saya ke ruangan, sebentar?" tanya dokter itu dan langsung di angguki neyza.

Dia memandang kedua orang tua darel dan varel. Seperti meminta persetujuan. Setelah kayla mengangguk barulah neyza mengikuti dokter tadi masuk kedalam ruangan nya.

"bagaimana keadaan suami saya, dok?" tanya neyza yang sudah duduk di depan dokter itu.

"pasien mengalami patah tulang di kaki kiri nya, tapi sudah mendapat penanganan. Beberapa luka di lengan, paha, dan bahu juga terpaksa dijahit karena lukanya lumayan dalam" jelas dokter itu sambil menunjukkan hasil rontgen membuat tangan neyza bergetar.

Neyza pov

Aku kembali meneteskan air mata setelah mendengar penjelasan dokter itu. Semua ini salah ku, kalau saja darel tidak nekat menyelamatkan ku mungkin sekarang kaki nya masih baik-baik saja.

"apa patah kaki nya parah, dok? Setelah sembuh nanti tidak akan mempengaruhi kenormalan kaki nya, kan?" tanya ku cemas.

Aku benar-benar takut. Bagaimana jika nanti kaki nya tak bisa berjalan dengan normal lagi?

Itu hanya akan menambah rasa bersalah ku semakin besar.

"seharusnya tidak sampai mempengaruhi kenormalan kaki pasien untuk berjalan. Tapi dilihat dari keadaannya, membutuhkan waktu sekitar lima sampai delapan bulan untuk bisa pulih"

"setelah perawat selesai mengurus pasien, sudah bisa di pindahkan ke ruang inap"

"terima kasih dok"

.....

Aku keluar dari ruangan dokter dengan langkah guntai. Aku benar-benar tak habis pikir kenapa harus darel yg menyelamatkan ku.

Setelah setahun lebih dia menghilang, tiba tiba sekarang darel muncul kembali dan berhasil membuat ku takut setengah mati.

Aku berjalan ke arah ruang inap darel sambil menggenggam resep obat dari dokter. Aku berniat akan melihat dia terlebih dahulu sebelum menebus obat nya.

cklekk

"ah, akhirnya.. tolong jaga kak darel dulu, ney. Aku harus ke kantor polisi untuk mengurus kecelakaan tadi" ujar varel saat setelah aku membuka pintu.

"dimana ayah dan bunda?"

"mereka pulang untuk mengambil pakaian kak darel" Ujar varel.

"aku pergi dulu" sambung nya lalu berjalan keluar melewati ku yang masih berdiri di depan pintu.

Aku memandang punggung varel yang sudah menghilang dari lorong rumah sakit. Kini pandangan ku beralih ke arah darel yang masih tertidur di atas ranjang nya.

"darel.. "

Ya, tak ada lagi sebutan 'pak' yang ku sematkan di depan namanya. Aku benar-benar rindu pada pria ini.

"maafkan aku.."

"maaf dari awal aku tak mau mendengar penjelasan mu. Maaf jika aku terlalu egois, dan maaf.. "

"aku menyembunyikan rasa ini darimu"

Aku tak bisa lagi menahan tangis yang dari tadi ku tahan. Tangan darel kini sudah ku genggam dengan erat, seakan memberi tahu betapa aku sangat takut kehilangan nya.

Setelah setahun lebih darel menghilang, rasa ini masih ada di dalam hati ku. Darel dan segala tentang dirinya masih melekat di dalam pikiran ku.

Benar kata ku dulu, aku akan sulit untuk melupakan nya jika kami berpisah. Karena ini lah aku sangat tidak ingin ada perceraian, hal itu hanya akan menyakiti ku saja.

"maaf.. "

Aku masih menggenggam tangan darel erat-erat. Air mata ku tak bisa berhenti mengalir melihat kaki darel yang di balut gips dan lengan nya yang di perban.

Ini semua salah ku.

"neyza.."

.....

Mata neyza melotot saat melihat mata darel yang terbuka. Dia beberapa kali mengerjapkan mata lalu memandang neyza yang duduk di sebelah nya.

"neyza.. kamu tidak apa kan?"

Tangisan neyza kembali pecah. Di peluk nya darel dengan erat. Darel pun cukup terkejut dengan semua ini, dengan sedikit rasa perih di bekas jahitannya, dia membalas pelukan neyza.

"aku merindukan mu" ujar darel.

"maaf aku pergi dan tak memberi kabar apapun" sambung darel.

"maaf— "

"jangan meminta maaf terus! Disini aku yang salah, aku sudah tahu semuanya. Mulai dari masalah yuli, lalu alasan kamu pergi. Aku sudah tau, aku yg seharusnya minta maaf" potong neyza.

"maaf juga, karena ku kaki mu jadi seperti ini" sambung nya.

"tak apa, asal dirimu yang bukan terluka. Kalau misalkan kaki mu yang patah, maka aku yang akan merasa sedih" jawab darel.

Darel tersenyum. Dia memandang neyza sambil menyelipkan anak rambut istrinya yang tergerai.

"aku juga minta maaf,  neyza"

"setahun lalu aku belum berani mengatakan ini semua. Aku takut jika kamu semakin membenci ku. Tapi ternyata dugaan ku salah"

"maaf, aku bohong padamu. Sejak dulu aku tidak pernah membenci mu. Hanya saja aku dulu terlalu gengsi, dan terlambat menyadari rasa ini"

"sungguh neyza, aku tak ada niatan untuk menyakiti hati mu. Aku benar-benar mencintai mu"

"aku tahu" jawab neyza.

"jadi?"

"boleh aku minta tambahan hari?" tanya darel.

Neyza tersenyum tipis, dan memandang tangan nya yang masih di genggam erat oleh darel.

"tentu saja, pak darel" jawab neyza.

"aku minta tambahan hari.. "

"untuk seumur hidup"

.
.
.

Tamattt..

yeyyy!! iya nih beneran tamat!
gimana? ga dapet ya feel nya:(

mon maap aj brou, namany juga pemula😏

Yu, voment nya. Biar author bikin extra part 🗿🗿🗿🗿🗿

69 days with my boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang