"mineralnya 30 kardus, teh persegi-nya 25 kardus, cola ukuran can 18 kardus, saida ukuran can 18 kardus.
Galonnya berapa mang?" tanya Eunbi setelah mencatat quantity barang yang datang."baru 35 neng, besok siang nyusul 15."
Eunbi mengangguk mengerti, lantas menerima lampiran kertas kuning salinan dari kertas putih dan pink yang sudah ditanda tangani saat penerimaan barang.
"besok siang yang jaga Kang Ujang, nanti Acha infoin ke Kang Ujang deh biar ngga ada miss comunication."
"iya neng, atuh segala ngomong bule begitu.
Mamang mah eunte ngartos neng."Eunbi meloloskan tawa ringannya.
"nih buat eneng, anggap aja mah salam perkenalan."
Eunbi menerima cola ukuran tanggung yang disodorkan oleh seseorang yang dipanggilnya mamang.
"Seriusan buat Acha nih mang?
Duh jadi keenakan, besok kalau antar barang lagi Acha minta 2 ya ehehehe.""atuh mah jadi ngga tau diri ya, untung mah kamu geulis neng.
Kalo bentukannya kaya si ujang mah udah mamang ajak gelut."Eunbi semakin mengencangkan tawanya, bahkan sesekali ia menepuk-nepuk bahu si mamang.
"atuh neng, mamang mah bukan kasur.
dipukul-pukul begini."Eunbi meringis lebar menyatukan kedua tangannya, lantas menunduk sopan.
"ehehehe.. maaf mang kelepasan."
Eunbi menolehkan kepalanya kala mendengar suara kerincing pintu tanda pelanggan masuk.
"Mang.. Acha tinggal ya, ada yang beli kayaknya.
nanti bantu ditata didepan aja ya Mang galon-galonnya." pamit Eunbi seraya berpesan.Eunbi mendorong pintu samping dengan lengannya, memeluk buku nota juga salinan lampiran barang masuk yang berwarna kuning yang ia lipat dan dimasukan kedalam buku nota.
Ia melangkah masuk menuju meja kasir, setelah berdiri dimeja kasir ia berjongkok untuk menaruh buku nota tersebut kelaci penyimpanan.
Bunyi barang yang diletakkan dimeja kasir membuat Eunbi segera beranjak berdiri, sedikit mengaduh pusing lantaran berdiri secara tiba-tiba.
Ia menscan 5 can kopi dengan berbagai varian rasa dan memasukkannya kedalam kantong plastik putih ukuran sedang.
"totalnya 42.500 kak, ada tambah-"