"Rayen.. Ada apa?" tanya Eunbi begitu melihat pintu gerbang ramai oleh anak-anak kecil yang berteriak meminta dibukakan pintu gerbang kastil.
"Salam Yang mulia Ratu Akyra." salam Rayen dengan penih khidmat.
"YANG MULIA RATU AKYRA!!!"
belum sempat Rayen menjelaskan tentang kehadiran anak-anak tersebut, anak-anak tersebut berseru memanggil nama Eunbi diantara celah pintu gerbang yang sedikit terbuka.
"buka saja pintu gerbangnya." ujar Eunbi yang tentu saja diangguki patuh oleh Rayen.
"baik, Yang mulia."
Eunbi melangkah menghampiri kumpulan anak-anak kecil tersebut, yang masing-masing membawa segenggam bunga daffodil putih yang masih basah, sepertinya baru saja dipetik.
Dengan aba-aba Rayen, pintu gerbang terbuka dan ketika terbuka manik coklat terang Eunbi menangkap gadis yang usianya mungkin lebih muda dari-nya tengah berlari menghampiri sang Kakak yang kesulitan membawa hasil buruannya dan beberapa kali terlibat pertengkaran kecil.
"aku tidak hilang, buktinya sekarang aku bersama kakak."
Eunbi terkekeh pelan kala melihat bagaimana gemasnya sang Kakak menjitak kepala adiknya.
"iya.. Karna aku kembali lagi untuk mencarimu, coba kalau aku terus berjalan tanpa menyadari kau yang hilang tiba-tiba!
Ayah dan Bunda pasti akan membunuhku, kalau anak kesayangannya hilang dihutan.""Kak Madana jangan berbicara seperti itu, Ayah dan Bunda juga sayang pada Kakak."
"aku hanya bercanda, sudah jangan sedih seperti itu."
"berarti besok-besok aku boleh ikut lagi?"
"tapi kejadian tadi jangan sampai terulang lagi?"
Lengkung senyum Eunbi terulas sendu kala menatap dua orang tersebut.
"aku rindu Kak Xavier." gumamnya, kala mengingat moment keduanya dengan sang Kakak.
Atensi Eunbi teralihkan pada kumpulan anak-anak kecil yang menggenggam sebuket bunga daffodil putih yang mengerubunginya.
Berebutan untuk memberikan bunga tersebut pada Eunbi, yang tentu saja diterima-nya dengan senang hati.