"Eunbi fikir-fikir dulu ya Bund.." cicitnya diiringi dengan ringisan pelan.
"jangan lama-lama mikirnya." balas sang Ibu yang dibalas anggukan pelan oleh Eunbi.
Di ambang pintu kamar, Ryujin menatap Kakak kesayangannya dengan tatapan mengejek juga senyum geli.
"terima aja sih Kak." serunya yang dibalas pelotottan sebal dari Eunbi.
"Ryu.. Kamu bebersih dulu sana, langsung tidur ya, inget besok kamu ada kuliah pagi." tukas sang Ibu yang dibalas pose hormat juga senyum lebar Ryujin.
Ryujin sempat melirik Eunbi, kemudian mengucap kalimat 'terima' tanpa suara sebelum bergegas menuju kamarnya.
Selepas kepergian Ryujin, sang Ibu kembali memusatkan atensinya pada Eunbi.
Mengusap penuh kelembutan surai hitam panjang Eunbi dengan senyum teduh.
"Bunda ngga ada niatan maksa kamu, tapi ngga ada salahnya kamu coba.
Kalian udah kenal dari kecil, dewasa bareng-bareng, kemana-mana bareng, bahkan Bunda yakin kalian paham sifat masing-masing."
"ya karna itu Bund.. Karna sedeket itu, aku ngerasa kalau kita lebih cocok sahabatan atau saudaraan."
Sang Ibu mengangguk paham, paham bagaimana susahnya mengubah title pertemanan menjadi hubungan yang lebih serius.
"coba kamu omongin sama dia dulu, kalau kalian sepakat buat nolak ya Ayah Bunda sama Mama Papa cuma bisa nerima keputusan kalian."
Eunbi menggigit bibir dalamnya, kemudian menghela nafas pelan.
"besok.."
".. Besok aku omongin sama orangnya." sambung Eunbi pada akhirnya.
Entah apa yang akan terjadi besok, yang pasti keputusan esok adalah keputusan yang bisa mengubah kehidupannya atau tidak sama sekali.
🐾🐾🐾
"sorry telat, udah nunggu berapa lama?" ujar seseorang yang ditunggu Eunbi 15 menit yang lalu, diakhiri dengan usapan pelan dipucuk kepalanya namun belum sempat menyentuh pucuk kepalanya, Eunbi lebih dulu menepisnya pelan.
"15 menit, lama banget sih lo.
Lumutan gue nunggunya tau." balasnya ketus.
"baru 15 menit juga, belum sampai 1 jam."
"dihh!! Ngga tau diri itu namanya, ogah gue nungguin."
