Eunbi menghentikan langkah kakinya dipertengahan tangga, memutar tubuhnya untuk kembali ke kamar yang ditempatinya saat melihat Bunda Daisy beserta suaminya, juga Inhyuk, Dokyeom dan Zoa yang saling bercengkrama.
Ia merasa tak enak hati ikut bergabung disana, memecah kehangatan yang tercipta.
"Kapan Acha ngerasain kayak gitu." Ujarnya begitu lirih.
Ia mengunci pintu kamarnya, lantas duduk diatas karpet dengan punggung bersandar pada kaki ranjang, menelengkupkan kepalanya dilutut dengan tangan memeluk kakinya.
Tak ada tangisan, hanya saja wajahnya begitu murung.
Helaan nafas panjang terus ia hembuskan, menahan sesak yang semakin hari kian menyakitkan.Kapan ia bahagia?
Kapan kebahagiaan menjemputnya?
Apa ia ditakdirkan tidak bahagia seperti ini?
Kenapa takdir begitu kejam padanya?"Mommy.. Acha kangen mereka.."
🌱🌱🌱
Eunbi duduk termenung disalah satu bangku taman, menatap lurus kearah air mancur dimana ada beberapa anak kecil bermain disana.
Entah itu menjatuhkan beberapa daun kering dipermukaan air mancur, mencelupkan kedua tangan mungilnya merasakan dinginnya air, atau saling mencipratkan air ke berbagai arah dengan tawa riang yang menghangatkan.Taman ini begitu ramai dengan orang-orang dari berbagai usia.
Memancarkan raut kebahagiaan yang jelas tercipta, namun hanya ia yang dilanda kemurungan.
Diantara banyaknya orang ditaman ini, hanya ia yang kehilangan senyumnya.Maniknya bergerak kesegala arah, menatapi satu-persatu dari mereka dengan seulas senyum getir.
Terlebih saat maniknya mendapati 1 gadis kecil yang begitu dijaga oleh 4 bocah laki-laki.
Sepasang paruh baya yang menatapinya gemas dan sepasang suami istri yang mengulas senyum hangat."Acha juga mau kayak gitu.." gumamnya dengan suara begetar.
Terlebih saat ingatan masa kecilnya terputar diotaknya.
Mengantarkan pada kejadian menyesakkan saat Kakak juga para sepupunya menjauhinya bagai virus mematikan yang patut dihindari.
Bahkan teman mainnya saat itu hanya seekor kelinci putih pemberian dari Yoona.
Kakak dan juga para sepupunya sangat enggan untuk bertukar sapa dengannya, bermain dengan meraka hanya menjadi impiannya yang tak pernah terwujud hingga sampai saat ini.Eunbi mendongakkan kepalanya saat merasakan sebuah tangan besar mengusap lembut kepalanya.
Tubuhnya sontak ber-reaksi cepat, ia beranjak bangun dengan kaki melangkah mundur."Sha.. ikut Daddy pulang ya."
Eunbi menggeleng cepat, kesesakkan yang tadi ia rasakan meluap cepat memenuhi rongga dadanya.
Bahkan air mata yang ia rasa sudah mengering, mengalir deras tanpa bisa ia bendung lagi."Jahat!"
"Sha.. kasih Daddy kese-"
"JAHAT!"
Hyunbin tau dan sangat sadar bahwa ia benar-benar sangat terlambat untuk meminta maaf pada putri bungsunya.
Dan ia tau hanya ada penolakan yang akan Eunbi berikan padanya.
Namun ia benar-benar ingin menebus semuanya, karna keegoisannya, ia melupakan fakta bahwa disinilah Eunbi yang paling tersakiti.
Bukan dirinya, ataupun anak-anaknya yang lain.
Melainkan hanya Eunbi yang paling dan jauh sangat tersakiti oleh sikap egoisnya.Hyunbin menggapai lengan Eunbi, menarik Eunbi masuk kedalam pelukannya.
Walau pukulan juga teriakan penolakan yang didapatnya.