Sore itu langit tampak mendung dan hujan mulai turun rintik-rintik, gelegar guntur dengan kilat menandakan bahwa hujan akan turun dengan derasnya.
Saat itu Eunbi tengah menunggu bus dihalte, ia duduk dengan tangan mendekap folder berisi tugas-tugas pekerjaannya.
Tubuhnya sedikit mengigil begitu merasakan sapuan angin menerpa tubuhnya, mengingat ia hanya mengenakan kaos lengan pendek tanpa jaket.Selagi menunggu bus, manik hazel Eunbi mengedar kesekitar.
Memerhatikan beberapa orang yang mulai berlarian menghindari rintikan air hujan yang kian bertambah deras.
Tak lama bus yang ditunggunya datang, namun ketika ia hendak berdiri.
Bunyi bedebum keras dan ledakan terdengar, efek dari dua mobil mewah yang bertabrakkan tak jauh dari halte tempatnya berdiri.
Orang-orang yang berada tak jauh dari tempat kejadian berlari mengerumuni kecelakaan tersebut dan beberapa orang mulai menelepon ambulance.
Ada tiga korban tergeletak diaspal dengan luka yang cukup parah, satu perempuan dewasa yang tak sadarkan diri dengan kondisi kaki kiri dan tangan kanan robek dan patah.
Satu laki-laki dewasa diambang kesadaran dengan dada kiri tertancap pecahan kaca mobil akibat ledakan.
Satu anak laki-laki sekitaran umur 10 tahun yang menangis dengan tangan kiri tertimpa ban mobil yang kini sudah diangkat oleh salah seorang warga.
Dan satu pria seumurannya yang masih berada didalam mobil, ia terhimpit badan mobil dikursi kemudi namun dalam keadaan sadar.Orang-orang sekitar membantu pria tersebut keluar dari dalam mobil, setelah berhasil pria tersebut dengan santainya keluar dari dalam mobil dengan dahi robek, tangan kanan dan paha kiri tertancap pecahan kaca mobil dan tulang kering kirinya yang mengeluarkan banyak darah.
Ia membungkuk dalam berterima kasih pada orang-orang yang membantunya, lalu dengan santainya menarik pecahan kaca dipaha dan tangan kanannya hingga darahnya mengucur keluar dengan deras.
Orang-orang disekitar yang melihat kejadian itu sampai dibuat melotot tak percaya dan tubuh bergidik ngeri, termasuk dengan Eunbi.Tak lama 3 ambulance datang ketempat kecelakaan, dua ambulance lebih dulu membawa ketiga keluarga kecil itu.
Sementara satu ambulance menunggu pria tersebut yang bersikukuh bahwa ia tidak apa-apa.
Tanpa sadar kaki Eunbi melangkah menghampiri pria tersebut, ia mengabaikan fakta bahwa hujan turun cukup deras."kau perlu kerumah sakit."
Pria tersebut menoleh dengan sebelah alis terangkat, sementara dua petugas ambulance menatap Eunbi penuh permohonan.
"aku akan menemanimu." ujar Eunbi menarik lengan kiri pria tersebut yang tak terluka kedalam ambulance.
"Hey!! Kau siapa?!!!"
🏥🏥🏥
Doyoung memutar tubuh Eunbi dengan perasaan panik luar biasa.
Ia menatap horror kaos putih yang dikenakan Eunbi terdapat banyak sekali noda darah."apa yang terjadi padamu?!!"
Eunbi menyingkirkan tangan Doyoung dari bahunya, lalu ia menangkup wajah Doyoung dengan sebelah tangannya dan mengarahkan kepalanya kearah pria yang melangkah dengan santainya mengikuti salah seorang suster untuk memasuki ruangan operasi.
"yang harus kau tangani itu dia bukan aku."
Tak ada pergerakan dari Doyoung, Eunbi mendorong tubuh Doyoung unyuk segera keruang operasi.
Setelah Doyoung masuk, Eunbi menunggu dikursi besi didepan ruang operasi dengan raut berfikir."he can't feel pain." gumamnya begitu mengingat serangkaian kejadian yang dilihatnya tadi.
"ergh! Seharusnya aku mengambil jurusan kedokteran saat itu!!
Kalau saja aku tidak takut pada jarum suntik, sekarang aku pasti sudah menjadi Dokter seperti Doyung."