mata coklat terangnya memandang kosong
pegunungan evandryst yang sebagiannya tertutupi es, mengingat ia berada diwilayah utara.
Bahkan rasa dingin yang kuat ia abaikan karna fikirannya melayang kekejadian beberapa saat yang lalu saat mendengar pengakuan Eunseo di Penjara bawah tanah tadi.Rasa lelah ditubuhnya ia abaikan, bahkan untuk berbaring dikasur dan memejamkan matanya saja terasa sulit.
"jika ia sudah punya istri, untuk apa ia memintaku menjadi istrinya juga?
Ahh.. Mungkin maksudnya aku dijadikan selir." gumamnya dengan seulas senyum getirnya.Eunbi tak pernah membayangkan kalau akan jadi seperti ini.
Harusnya ia menerima pinangan Pangeran Denish Jaehyun dari Kerajaan Eastfield saat itu, atau Raja Raymond Sehun dari Kerajaan Westerhield."bolehkah aku meminta bantuan pada mereka? Kabar soal Kerajaan Adelard pasti sudah sampai dipenjuru negeri." ujarnya lesu.
"berharap kalau salah satu orang yang meminangku saat itu datang menyelamatkanku dan Bunda.."
".. Tapi apa mungkin? Mengingat aku menolak mereka dengan dalih masih terlalu muda dan pencarian cinta sejatiku?" sambungnya sedih.
"merencanakan untuk kabur Akyra?"
Eunbi menoleh cepat dengan manik matanya yang membulat kala mendengar seruan Rowoon.
Mata hitam sekelam malamnya tampak memicing tajam, dengan rahang mengetat hingga urat-urat diceruk lehernya menyembul."aku memberikannmu waktu untuk memikirkan kesalahanmu, tapi kau gunakan fikiran itu untuk kabur.
Bagus sekali?!"Eunbi menelan salivanya susah payah, alarm bahaya diotaknya berbunyi kala mendengar geraman marah dari Rowoon.
"ka-kau salah paham.."
Rowoon melangkah mendekat, mencengkram kuat pergelangan tangan Eunbi, hingga membuat Eunbi mendesis kesakitan.
Kekuatan Rowoon tidak main-main, ia rasa tulangnya akan remuk kalau Eunbi tak menghentikannya dengan cepat."Aku mendengarnya Akyra!! Apa kau tidak tau kalau seluruh penerus Kandera diberi kekuatan pendengaran yang baik.
Walaupun kau mengucapkannya tanpa suara, aku bisa mendengarnya Akyra."Eunbi meganggukkan kepalanya, kemudian memukul-mukul tangan Rowoon dipergelangan tangannya dengan air mata yang menggenangi pelupuk matanya, bahkan jika Eunbi berkedip air mata itu akan lolos dan mengalir dengan derasnya.
"le-lepaskan kumohon.. I-ini sakit." mendengar suara permohonan Eunbi, Rowoon segera melepaskanya.