Eunbi mengulas senyumnya kala melihat bagaimana damainya wajah Hyunjin ketika tertidur.
Wajahnya benar-benar polos dan tenang, tak ada kesan dingin dan juga tatapan mata tajam atau datar yang menyebalkan menurutnya."kejadian apa yang membuatmu memiliki penyakit langka ini." tanya Eunbi menopangkan dagunya pada sebelah tangannya.
Sejak pernyataannya sore itu, sejak itu pula Hyunjin menyuruh Eunbi untuk tinggal di rumahnya.
Menyuruhnya untuk membuktikan kata-kata yang dilontarkannya.
Tapi Eunbi sudah pasti menolaknya, ia belum gila untuk menerima tawaran Hyunjin sore itu.
Hubungan mereka hanya sebatas atasan dan karyawan, yang merangkap menjadi caregiver.
Dan juga ia masih sayang dengan jantungnya, Hyunjin terlalu bersinar untuk dilihatnya setiap saat.
Jantungnya tidak siap harus selalu berdetak kencang tanpa henti jika harus berdekatan dengan Hyunjin.Tubuh Eunbi berjengit pelan disertai dengan kelopak mata mengerjap begitu melihat mata Hyunjin yang semulanya terpejam terbuka tiba-tiba.
Ia menelan salivanya susah payah kala tatapan mata Hyunjin kian intens menatapnya."tidak sopan memandangi orang yang tertidur."
"e-eo.. Aku hanya ingin membangunkanmu." balasnya yang kini sudah beranjak dari posisi berjongkoknya.
"kapan kau datang?" tanya Hyunjin seraya menyisir helaian rambutnya kebelakang dan mampu membuat Eunbi memalingkan wajahnya.
"double combo attack! Astaga jantungku!"
"apa begitu susah menjawabnya?"
"ba-baru 15 menit yang lalu."
Bola mata Eunbi melebar begitu melihat dada Hyunjin yang terbentuk sempurna terekspos berkat kancing kemejanya yang tidak terkancing, atau bisa dibilang sengaja tidak dikancing selama ia tidur.
"triple combo attack! Kuatkan hatimu Eunbi!"
Sementara sebelah alis Hyunjin terangkat, ia menyibak selimut yang menutupi kakinya.
Mengancing kancing kemejanya dan menyisakan dua kancing teratas yang dibiarkan tidak dkancing."dan selama 15 menit kau memandangiku."
Eunbi menggelengkan cepat kepalanya dengan bola mata bergerak gelisah.
"ti-tidak, huh pede sekali."
Seringaian penuh ejekan terulas dibibir Hyunjin, ia melangkah mendekati Eunbi lalu mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya saling berhadapan.
"lalu bagaimana dengan ini?" tanya Hyunjin menunjuk pipi Eunbi yang merona merah.
Spontan Eunbi menangkup sisi wajahnya dengan panik.
"pipimu memerah."
"cu-cuaca diluar panas, jadi wajahku cepat memerah." kilah Eunbi.
Hyunjin menolehkan kepalanya keluar jendela, lalu setelahnya menyeringai tipis.
"berbohong, huh? Diluar hujan Hwang Eunbi." balas Hyunjin seraya mengusak pucuk kepala Eunbi.