Follow dulu sebelum baca!
Aretha Khanza Zayna. Ikhlas menerima perjodohan yang disusun oleh orang tuanya dengan seorang pria yang sedikit pun tidak ia ketahui.
Rezvano Arkan Rabbani. Hanya nama itu yang Aretha ketahui, sementara wajah dari pria ters...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ingat jangan sampai berlebihan menyukai seseorang karena apapun yang berlebihan itu terkadang hasilnya tidak baik."
~Senior Halalku~
Fakultas pertanian, baru saja selangkah kaki Aretha memasuki fakultas tersebut, dirinya sudah dibuat heran dengan tatapan orang-orang yang tertuju kepadanya.
Ia bingung sendiri, apa ada yang salah dengan pakaiannya? Tapi sepertinya semua normal-normal saja sama seperti biasanya, Aretha semakin bertanya-tanya dalam benaknya, tapi ia tetap berjalan dan berusaha mengabaikan tatapan mereka.
Aretha memang belum tahu mengenai foto yang tersebar di WhatsApp dan juga foto unggahan sang suami, akibat kelelahan sepulang dari kampung halamannya, Aretha langsung mengistirahatkan tubuhnya dan tak sempat memainkan handphone-nya.
Aretha memasuki kelasnya, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Hera, tapi sepertinya sahabatnya itu belum datang, hanya ada beberapa orang yang berada di dalam kelas tersebut hingga ia pun memilih mendudukkan tubuhnya di kursi sebelah kiri urutan ketiga dari depan, tapi anehnya beberapa teman sekelasnya juga menatapnya dan hal itu semakin membuatnya bertanya-tanya.
Namun, ia berusaha untuk tetap berpikir positif bahwa tidak ada hal buruk yang ia lakukan dan semua yang melekat di tubuhnya pun sama seperti biasanya, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Hera berjalan cepat di koridor fakultas sambil sesekali menatap jam di pergelangan tangannya, beberapa menit lagi jam mata kuliahnya akan dimulai hingga ia pun kembali mempercepat langkahnya dan sesekali berlari agar lebih menghemat waktu, tapi akibat tak fokus ia menabrak seorang pria yang tengah berjalan di hadapannya.
Bruk!
Buku yang ada di genggaman pria tersebut terjatuh, dengan cepat Hera mengambil buku itu dan memberikan kepada pria yang berdiri di hadapannya.
"Maaf saya tidak sengaja," katanya sambil memberikan buku tersebut kepemilikannya.
"Iya nggak pa-pa, Lo lagi buru-burukan?" tanya pria itu sambil menatap Hera dengan senyuman hangat di bibirnya.
Mendengar suara yang tidak asing di pendengarannya, ia pun memandang pria tersebut.
"Kak Edo!" katanya dengan sedikit terkejut.
Edo mengangguk sambil tersenyum. "Iya ini gue, nggak usah terkejut kaya gitu deh karena mulai sekarang kita akan sering bertemu."
Hera menaikan sebelah alisnya saat mendengar ucapan Edo, ingin merespon perkataan Edo, tapi ia langsung tersadar bahwa mata kuliahnya mungkin sudah dimulai.
