👩‍❤️‍👨 Senior Halalku~7

12.2K 1K 52
                                    

"Aku tak bisa memastikan apakah hatiku atau hatimu yang akan lebih dahulu berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tak bisa memastikan apakah hatiku atau hatimu yang akan lebih dahulu berubah."

~ Aretha Khanza Zayna ~
___________________________


Surat itu terjatuh dari genggaman Aretha, membuat Hera yang sedang menatapnya merasa heran. Seakan tak mampu lagi menopang tubuhnya, perlahan Aretha mendudukkan dirinya pada sofa tersebut.

Aretha hanya bisa terdiam, sungguh surat itu membuatnya tak mampu berpikir jernih.

"Ada apa Tha?"

Aretha hanya terdiam, hingga perlahan sesuatu yang sedari tadi ia tahan, kini menetes dengan sendirinya. Air di pelupuk matanya tak mampu lagi ia bendung, surat yang selama satu tahun itu tak pernah hadir lagi di hidupnya, kini kembali muncul dengan harapan dan angan-angan yang tak akan mampu diwujudkan.

Salin mencintai dalam diam, membuat kisah mereka semakin jauh, tak ada kepastian hingga waktu mengubah segalanya.

Untuk memperbaiki segalanya, rasanya sudah tak bisa, Aretha telah menerima perjodohan ini, sungguh semua sudah terlambat. Hanya Allah saja yang mampu menjawab bersama siapa ia akan bersatu.

Hera menarik Aretha dalam pelukannya, ia berusaha menenangkan Aretha, meski ia sendiri tak mengerti mengapa Aretha bisa menangis.

Aretha memeluk Hera dengan erat dan menumpahkan semua kesedihan yang ia rasakan, mungkin hari ini adalah hari terburuk yang ia rasakan.

"Are you okay?" tanya Hera dan Aretha pun menganggukkan kepalanya dengan sangat pelan.

"Ra, dia muncul kembali, setelah sekian lama aku berusaha melupakannya."

"Dia siapa Tha?"

Aretha tidak menjawab, ia hanya meraih surat itu kembali lalu memperlihatkannya pada Hera.

Setelah melihat surat itu, Hera menuntun Aretha ke kasur dan merebahkan Aretha di sana.

"Tidurlah, kamu butuh istirahat. Jangan memikirkan sesuatu yang akan membuatmu semakin sedih, biarkan semua ini menjadi urusan Allah." ucapnya sambil memegang pundak Aretha.

"Aku pulang dulu, setelah kamu baikan baru kita cerita masalah ini," ucapnya kembali dan Aretha pun menganggukkan kepalanya.

Perlahan Hera meninggalkan kamar Aretha, ia memberikan waktu untuk Aretha beristirahat dan tak memikirkan semua yang telah terjadi.

Setelah pintu kamarnya tertutup, kini Aretha kembali meneteskan air matanya, entah apa yang sebenarnya ia rasakan hingga butiran air mata itu tak ingin berhenti untuk keluar.

💐💐💐

"Assalamu'alaikum," sapa pria itu sambil berdiri di samping Aretha.

Aretha yang tengah menikmati senja membalikan tubuhnya menatap pria yang sudah ia kenal sejak dulu.

"Waalaikumsalam. Kaka lagi libur kuliah yah, tumben pulang ke sini?"

Pria itu tersenyum lembut menata Aretha. "Iya Kaka lagi libur dan juga ada yang ingin Kaka sampaikan kepadamu."

"Mengenai apa Kak?"

"Mengenai perasaanku kepadamu."

"Maksud Kaka?"

"Aretha apa kamu siap untuk menungguku hingga aku selesai menuntut ilmu dan kembali lagi ke sini untuk melamarmu?"

Aretha membulatkan matanya. "Kak, aku bener-bener nggak ngerti maksud Kaka."

"Aretha Khanza Zayna, aku mencintaimu dalam diamku selama ini dan hari ini aku ingin kamu tahu bahwa aku ingin melamarmu suatu saat nanti, di mana aku telah menyelesaikan pendidikanku." Pria itu terdiam sejenak memberi jeda, sementara Aretha, gadis yang masih duduk di kelas satu sekolah menengah atas itu masih bingung dengan apa yang dikatakan pria berparas rupawan yang kini berada tiga langkah di sebelahnya.

"Aretha apa kamu siap menungguku hingga waktunya tiba nanti?"

Debaran jantung Aretha benar-benar terpacu tak karuan, rasa aneh kini menerpa hatinya, Aretha memang mengangumi pria itu, namun ia tak menyangka jika pria itu menyukainya. Tak ada niat untuk menolak, tapi Aretha yang cukup paham akan agama pun mengerti bahwa ia tak seharusnya memberikan harapan jika ia sendiri belum pasti bisa mengabulkannya.

"Kak, Aretha sangat seneng dengan apa yang Kaka katakan tadi," Aretha terdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan nya secara perlahan, "tapi Kak, Aretha tak bisa memastikan untuk menunggu, karena sejatinya Allah Maha membolak-balikkan hati manusia. Aku tak bisa memastikan apakah hatiku atau hati Kaka yang akan lebih dahulu berubah. Biarkan Allah yang menyusun kisah kita," ucap Aretha yang tetap mengarahkan pandangannya pada langit senja itu.

"Kaka mengerti maksudmu, tapi percayalah bahwa aku akan membuktikan ucapanku."

Aretha tersadar dari lamunannya,  perlahan ia menghapus air mata yang membasahi pipinya. Seseorang yang selama ini berusaha ia lupakan kini hadir di waktu yang tak tepat. Masa lalu itu kini muncul kembali di hidupnya. 

Aretha menatap cincin yang kini terpasang di jari manis tangan kirinya, cincin yang beberapa jam yang lalu di pasangkan oleh Gina sebagai tanda, bahwa dirinya kini menjadi calon istri dari seorang pria bernama Rezvano Arkan Rabbani, pria yang tinggal menghitung hari akan menjadi imamnya.

Imam dalam rumah tangganya kelak, pria yang ia harapkan menjadi imamnya seumur hidup hingga Jannah, meski ia sendiri tak mengetahui sifat pria tersebut.

💐💐💐💐💐

Assalamu'alaikum, penikmat cerita Senior Halalku.

Terima kasih karena telah membaca cerita ini, semoga selalu betah dan jangan lupa untuk ninggalin jejak vote and coment.

Karena vote and coment kalian membuatku semangat untuk terus menulis cerita ini. 🤗😊

See you in the next chapter 🥰

Senior HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang