Follow dulu sebelum baca!
Aretha Khanza Zayna. Ikhlas menerima perjodohan yang disusun oleh orang tuanya dengan seorang pria yang sedikit pun tidak ia ketahui.
Rezvano Arkan Rabbani. Hanya nama itu yang Aretha ketahui, sementara wajah dari pria ters...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2740).
_________________
"Pah, aku nggak mau menikah dulu."
"Kenapa Rez?"
"Pah aku belum siap."
"Kamu harus siap."
"Tapi Pah_"
"Rez, mau berapa banyak perempuan yang datang ke rumah ini lagi mencari-carimu?"
"Pah, percaya sama aku, aku nggak pernah punya hubungan sama mereka semua."
"Papa tahu Rez. Tapi sampai kapan kamu akan tahan dengan godaan perempuan-perempuan itu?"
"Pah, aku hanya ingin fokus kuliah, dan ngurusin coffee shop. jika perempuan-perempuan itu mengejar-ngejarku, itu urusan mereka Pah, yang jelas aku nggak ngerespons mereka."
"Rez. Keputusan Papa udah bulat, kamu akan menikah dengan gadis pilihan Papa dan Mama."
"Pah, sekali saja Papa dengerin aku."
"Papa udah sering dengerin kamu, tapi Papa udah nggak tahan dengan kedatangan wanita-wanita yang selalu mencari kamu. Untuk menghindari hal itu terjadi lagi, Papa sudah susun perjodohan kamu dengan gadis bernama Aretha Khanza Zayna, Dia putri dari Om Doni. Papa tidak mau tahu, siap atau tidak siap kamu harus menikah dengan Dia."
"Pah."
"Mah?"
"Mama setuju dengan Papa, kamu harus menikah dengan Aretha, Dia wanita yang sangat baik, percayalah Nak, Papa dan Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu."
Rezvano menggaruk kepalanya yang tidak gatal setelah kedua orang tuanya keluar dari kamarnya, ia merasa pusing dengan nasibnya kali ini.
Terlahir dengan wajah tampan membuatnya dikagumi banyak kaum hawa. Namun anehnya meski ia tak pernah merespons wanita-wanita tersebut, wanita-wanita itu tetap saja datang ke rumahnya, meski hanya untuk memperkenalkan dirinya dan membawakannya makanan.
Namun hal itu bukan membuat Rez merasa senang, tapi malah membuatnya merasa tidak nyaman, karena yang ada dibenaknya, seharusnya ia yang harus berjuang untuk mendapatkan wanita yang ia cintai kelak, dan juga seharusnya seorang wanita tak perlu meredakan dirinya hanya untuk mengejar seorang pria.
Dari sekian banyak wanita yang datang ke rumahnya, tak satu pun dari mereka yang ia tahu nama dan rupanya, sebab Rez memang tak berniat meresponsnya, namun berbeda dengan kedua orang tuanya yang merasa tidak nyaman akan wanita-wanita yang silih berganti mendatangi rumahnya, meski sekedar ingin mengenal putranya lebih dekat.
Namun ketakutan akan putranya yang suatu saat nanti akan tergoda pun, membuatnya memilih untuk menikahkan putranya dengan jalan perjodohan.
Meski putranya mengatakan ia tidak akan pernah merespons wanita-wanita itu, namun tetap saja suatu saat nanti, bisa jadi akan muncul fitnah di antara mereka, karena wanita adalah fitnah terbesar bagi pria.
Sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid. Beliau bersabda.
"Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2740).
💐💐💐
"Mah, Rez pamit keluar dulu yah."
"Mau ke mana? Bukannya kamu masih libur kuliah."
"Mau ketemu Edo dan Edi Mah."
"Di mana?"
"Di coffee shop Mah, sekalian aku mau cek pemasukan Minggu ini."
"Yah udah, pulangnya jangan malem-malem, entar Papa ngoceh lagi."
"Siap bos. Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam."
Rez berlalu dengan mengendarai motor sport nya yang di dominasi warna biru itu, untuk menelusuri jalan raya yang dipadati kendaraan beroda empat dan beberapa kendaraan beroda dua.
Rez tiba di coffee shop miliknya, tempat di mana ia dan kedua sahabatnya selalu menghabiskan waktu senggang mereka.
Edo dan Edi sudah menunggu di dalam, duduk di pojok kanan lantai dua coffee shop tersebut, yang selalu menjadi tempat favorit mereka, karena hembusan angin yang sejuk dan pemandangan yang langsung tertuju pada jalan raya, bisa ia nikmati di tempat itu.
"Hai, Dodi." sapa Rez sambil menepuk pundak Edo.
"Hobi banget sih Lo singkat nama kita berdua."
Rez hanya terkekeh mendengar keluhan Edo. "Kan lebih mudah gue sapa di banding harus manggilin nama kalian berdua, lagian Dodi kan sama aja artinya Edo, Edi."
"Terserah Lo aja, asal hari ini kita makan gratis."
"Iyah, hari ini gratis, tapi besok-besok kalian harus bayar."
"Ihhh, perhitungan banget si Lo sama sahabat sendiri." ucap Edo sambil menatap wajah Rez.
"Bukan perhitungan Do, tapi kalau gratis terus, coffee shop gue bisa bangkrut, terus yang gaji karyawan gue siapa?"
"Iya juga si, yah udah besok-besok kita bayar deh." ujar Edo dengan raut wajah serius, sementara kembarannya Edi hanya menatapnya jengah.
Rez terkekeh menatap keseriusan di wajah sahabatnya, "Do, wajah Lo nggak pantes dengan raut wajah serius. Lagian gue hanya bercanda. Coffee shop gue nggak akan bangkrut jika hanya dua orang yang selalu makan gratis, jadi tenang aja kalian berdua akan selalu makan gratis di sini."
"Beneran bro! Alhamdulillah, jadi uang gue aman." ucap Edo dengan bahagianya, sementara Edi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik kembarnya itu.
Kebahagiaan tersendiri tumbuh di hati Rez, saat memiliki sahabat yang terlahir kembar identik, mungkin jika orang lain yang menatap si kembar tak akan mampu untuk membedakannya, namun berbeda dengan Rez yang mampu membedakan si kembar dari sifat mereka, Edo yang terlahir sebagai adik lebih banyak bicara, dan suka bercanda, sementara Edi, ia lebih pendiam namun tetap nyaman diajak ngobrol.
Setelah memesan makanan untuk kedua sahabatnya, Rez berpamitan untuk mengecek terlebih dahulu pemasukan coffee shop nya, sementara Edo dan Edi masih menunggu pesanan mereka.
Rez masuk ke dalam ruangan kerjanya yang juga berada di lantai dua. Rez membuka laporan keuangan dari orang kepercayaannya, disela-sela kesibukannya membaca laporan tersebut, tiba-tiba ia memikirkan sesuatu yang sedari tadi membebani pikirannya, menikah dengan seorang gadis yang tak ia ketahui dan tidak ia cintai. Apakah itu masuk akal?.
"Apa aku harus menerimanya? Namun rasanya hal itu sangat berat untuk kulakukan."
💐💐💐💐💐
Terima kasih telah membaca cerita ini jangan lupa untuk ninggalin jejak vote and coment 🤗