👩‍❤️‍👨 Senior Halalku~6

13K 1.1K 50
                                    

"Aku mencintaimu dalam diamku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mencintaimu dalam diamku."

~ Senior Halalku ~
___________________________

"Kenapa ke gasebo sih? Kan tadi kamu izin ke kamar mandi?" tanya Hera saat Aretha malah menariknya menuju gasebo kecil yang terletak di ujung kolam renang.

"Ra, itu cuma alasan aku aja," ucap Aretha setelah mendudukkan dirinya pada gasebo tersebut.

"Alasan? Kenapa?" tanya Hera dengan raut wajah bingungnya.

"Aku nggak nyaman duduk di sana, apalagi dengan pria yang dijodohkan denganku."

"Nggak nyaman kenapa si Tha? Kamu nggak suka sama tampangnya? Tapi nggak mungkinkan, kan dia ganteng, bukan ganteng si tapi ganteng banget," ucap Hera sambil terkekeh.

Aretha spontan mencubit tangan Hera, "Aaa! sakit Tha."

"Syukurin."

"Ih jahat yah, mentang-mentang udah punya calon suami," ucap Hera kembali sambil terkekeh, tapi perlahan berhenti saat netranya tak sengaja melihat Rez yang tiba-tiba berdiri dan memandang Aretha dari kejauhan.

"Ra, kenapa?" tanya Aretha saat Hera tiba-tiba diam.

"Calon suamimu, menatap wajahmu dari kejauhan," ucap Hera sambil memegang pundak Aretha.

"Serius?"

"Serius Tha, tapi kamu jangan balik dulu ke arahnya." ucap Hera kala Aretha berniat untuk menatap ke arah Rez.

"Biarin Ra, aku mau lihat dia," ucap Aretha sambil melepaskan tangan Hera yang memegang pundaknya.

Aretha menatap ke arah Rez, tapi yang nampak di netranya hanya punggung Rez yang perlahan beranjak menjauh.

💐💐💐

Setelah cukup lama berada di gasebo, Aretha kembali bergabung dengan keluarganya dan keluarga calon suaminya.

Tatapan tajam Rez kini tertuju pada Aretha yang duduk kembali di hadapannya, sementara Aretha hanya menundukkan pandangannya.

"Ya sudah, karena semua pembahasan soal pernikahan sudah selesai, kami pamit undur diri dulu sambil perlahan-lahan mempersiapkan keperluan pernikahan anak-anak kita," ucap Dimas pada Ayah Aretha.

Mendengar ucapan itu membuat Aretha bernapas lega akhirnya ia bisa bebas dari tatapan Rez.

"Baik, biar kami antar ke depan," ucap Doni seraya merangkul pundak Dimas sambil berjalan menuju pintu utama rumahnya.

"Aretha kami pamit dulu yah, Nak."

"Iya Tante," ucap Aretha sambil mencium punggung tangan Gina.

"Kok Tante sih, panggil Mama aja kaya Rez."

"Haa! Iya Tan_, eh Mah." ucap Aretha gugup sementara Rez hanya diam memandang Aretha dan Mamanya berbincang.

Mendengar ucapan Aretha, Gina dan Sella pun ikut tersenyum.

Keluarga Rezvano kini telah meninggalkan halaman rumah Aretha. Begitu pula dengan keluarga Aretha yang masuk ke dalam rumah, sementara Aretha dan Hera masih berada di teras.

Aretha menghirup udara segar, rasanya setelah Rez beranjak pergi, barulah ia merasakan debaran jantungnya berdetak normal kembali.

Ia tak mengerti mengapa jantungnya berdetak tak karuan saat berada di dekat Rez, dan debaran itu membuatnya merasa tidak nyaman, itulah alasannya ia memilih berada di gasebo cukup lama.

Hera menepuk pundak Aretha, "ngelamunin apa hayoo, pasti ngelamunin calon suami yah," ucap Hera sambil terkekeh.

"Iiih so tau kamu," ucap Aretha sambil melangkah meninggalkan Hera.

"Terus kalau bukan ngelamunin dia, lalu ngelamunin apa?" tanya Hera yang masih betah menggoda Aretha.

"Aku nggak ngelamun, Ra."

"Hallaaa, ngeles aja kamu kaya bajai," ucap Hera sementara Aretha hanya tertawa mendengar ucapan sahabatnya.

Aretha merebahkan tubuhnya saat tiba di kamarnya, begitu pula Hera yang juga merebahkan tubuhnya di kasur empuk milik Aretha.

Kedua gadis itu menatap langit-langit kamar tidur tersebut. "Ra, menurut kamu Rez itu baik apa nggak?"

"Mana aku tau Tha, ngobrol sama dia aja nggak pernah, gimana mau tau sifatnya."

Aretha mengembuskan napasnya. "Yah kamu benar Ra."

Tok! Tok! Tok!

"Permisi Non, ada paket untuk Non Aretha."

"Paket?" ucap Aretha sambil bangkit dari tidurnya.

"Iya, Non."

"Taro di atas sofa aja, Bi."

"Baik, Non."

"Terima kasih yah, Bi."

"Iya Non, saya permisi," ucapnya dan Aretha pun menganggukkan kepalanya.

Aretha berjalan menuju sofa, meraih paket yang baru saja diantarkan oleh asisten rumah tangganya.

"Paketan apa, Tha?"

"Nggak tau."

"Emang bukan pesanan kamu?"

"Bukan, aku nggak pernah pesan online."

"Ya udah buka kali aja dari calon suamimu," ucap Hera dengan kekehan khas-nya.

Aretha mulai membuka bungkusan dari paket yang ia dapatkan, membuka bungkusannya secara perlahan dan lagi-lagi Aretha terkejut dengan apa yang netranya lihat.

"Ada apa Tha? Apa isinya?"

Aretha mengangkat benda tersebut, memperlihatkannya ke arah Hera.

"Novel?"

"Yes."

Benda tersebut adalah sebuah novel yang berjudul 'sajak cinta untukmu' dan sepucuk surat yang disisipkan dalam paket itu.

Aretha meraih surat tersebut dan membukanya. Perlahan Aretha membaca bait demi bait isi surat itu.

"Untuk dirimu"

Netraku memaksa untuk menatapmu, namun tubuhku tak mampu melangkah ke arahmu.

Waktu dan jarak yang memisahkan, selalu menjadi penghalang bagi raga ini untuk bertemu.

Aku tak akan lelah berharap, berharap agar waktu dan jarak ini segera berlalu.

Aku mengharapkanmu berjalan di sampingku, menggenggam jemariku melewati sisa waktu kita dalam ikatan halal.

Aretha Khanza Zayna, aku mencintaimu dalam diamku.

Tertanda.

IQ

💐💐💐💐💐

Akhirnya update lagi 😊

Jangan lupa untuk ninggalin jejak vote and coment 🤗

To be continue.....

Senior HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang