Aruna menghela napas. Kali ini dia menyerah. Tidak lebih tepatnya Aruna mengalah. Tiga menit yang lalu Raka benar-benar menjemputnya untuk jalan sesuai yang di janjikan kemarin.
Namun sekarang Aruna merasa tidak terlalu nyaman, karena semenjak tadi Raka tidak berbicara sepatah kata pun membuat suasana canggung.
Seperti sekarang, Aruna mencoba memulai topik pembicaraan tapi malah di jawab dingin oleh Raka. Siapa yang kekeuh ngajak jalan, siapa juga yang ngediemin. Gara-gara Raka juga, Langit marah padanya.
Raka menghentikan mobilnya, tepat di depan toko buku. Anak pinter mah beda jalan-jalannya ya. "Temenin beli buku lagi bentaran aja, gapapa ya?"
"Ya, gapapa," jawab Aruna masih sibuk melihat keluar jendela. Iya, Aruna males ngeliat muka Raka. Yang ada dia makin emosi terus nanti malah ngegebuk anak orang.
"Lo marah sama gue nih?"
"Enggak."
"Kalau orang lagi ngomong diliat mukanya, ga sopan gitu tau."
Mendengar itu, Aruna lantas menoleh. Betapa terkejutnya Aruna saat melihat jelas wajah Raka yang hanya tersisa beberapa jengkal dari wajahnya. Senyum Raka menggembang sempurna. Mulai deh ngegodain Aruna lagi, tadi aja dicuekkin.
"Paan sih?!" kata Aruna menepuk pipi Raka agar tidak terus menatap dirinya.
Tanpa ngerasa bersalah, Raka mengacak-acak rambut Aruna gemas bersamaan dengan gelak tawanya. "Gitu dong.."
Aruna menahan napas, ia bener-bener takut kalau suara detak jantungnya sampai kedengeran sama Raka. Gila ya, yang diacak rambut tapi hati malah ikut-ikutan keacak. Ga bener emang.
"Kak Raka ih! Berantakan tau!" protes Aruna.
Raka memasang wajah mengejek dengan menjulurkan lidahnya. Tidak peduli bagaimana memerahnya pipi Aruna sekarang. "Udah ah, yuk cepetan turun nanti kemaleman lagi." perintah Raka lalu keluar dari mobil.
Sedangkan Aruna, ia masih mencoba mencerna keadaan. Aruna mengusap wajahnya kasar. "AKHHHHH! TAHAN RUNA! LO GA BOLEH SALTING!"
**********
Anna berlari kecil kearah mobil. Lagi-lagi turun hujan. Jujur saja Anna tidak terlalu suka dengan hujan. Hujan membuat jalanan menjadi basah dan becek. Belum lagi kegiatan di luar rumah jadi banyak terhambat. Anna tidak suka.
"Udah?"
Anna menoleh pada seorang laki-laki di sampingnya. Ia tidak menjawab, hanya mengangguk pelan.
Setelah Aruna pergi tadi, tidak lama Jefri datang menjemputnya. Sebenarnya Anna bisa sendiri, hanya untuk memfotocopy buku pelajaran yang di pinjam dari temannya. Tapi Anna sudah terlanjur bilang, dan ternyata Jefri mengiyakannya.
"Mau langsung pulang? Atau mampir ke cafe dulu?" tanya Jefri lagi.
"Terserah aja deh, aku ikut."
Jefri dan Anna. Tidak terasa sudah satu tahun lebih mereka menjalin hubungan. Jefri dan Anna sama-sama sibuk karena yang satu ingin lulus yang satu lagi sibuk kuliah, beruntung keduanya sama-sama paham. Jika ada waktu, mereka kadang jalan bareng. Kadang kalau emang lagi ga bisa, paling cuman chattan atau telfonan doang.
"Tadi Aruna kamu tinggal sendiri?"
"Engga, dia juga jalan."
"Kunci kost?"
"Bawa masing-masing kok, tenang aja."
Jefri mengangguk. Hujan turun semakin deras, suara hujan terdengar semakin nyaring. Keduanya terhanyut dalam pikiran masing-masing. Anna tersenyum, sudah lama ia dan Jefri tidak jalan-jalan begini.
Perlahan dirinya teringat saat pertama kali ia mengenal sosok Jefri. Orang yang bener-bener cuek, dan ga pernah peduli sama keadaan orang lain. Anna ingat Jefri saat famous dulu, sangat terlihat sombong dan angkuh. Mungkin sekarang tetap masih sama famousnya, namun sekarang Jefri resmi menjadi hak milik Anna.
Anna juga ingat bagaimana kesalnya ia saat tidak sengaja terjatuh karena tersenggol gerombolan cewek-cewek yang ngejar Jefri. Padahal Jefri tuh anaknya ga pernah senyum, cuman ganteng dikit doang di puja-puja banget. Eh- engga dikit sih, ganteng banget! Hahahaha.
Dan suatu hari, saat Anna tiba-tiba saja tak sengaja keserempet motornya Jefri. Disitu semuanya dimulai. Anna pikir Jefri itu anaknya dingin plus super duper nyebelin, ternyata bucin banget.. Parah!
Jefri menatap Anna bingung, melihat pacarnya itu lagi senyam-senyum sendiri sekarang.
Lagi, suasana kembali hening, sekarang Jefri lebih fokus ke jalan. Ia tidak mau terjadi sesuatu kalau cuman merhatiin Anna mulu. Padahal emang isi pikiran Jefri cuman Anna.
Bila nanti saatnya telah tiba
Kuingin kau menjadi istriku
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan
Berlarian ke sana kemari dan tertawa..
Senyum Jefri kembali mengembang mendengar lagu yang diputar di radio mobilnya. Ia menoleh sekilas pada Anna.
"Na."
"Iyaa sayang?"
"Nikah yuk."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Engga tau, saya ga liat, lagi jadi ikan. Anw, happy sunday!