38

216 32 2
                                    

Langit menatap punggung wanita yang berlari menjauh darinya sambil tersenyum. Aruna kini tidak henti-hentinya melirik kesana-kemari saat memasuki area bermain di gedung bertingkat yang selalu banyak dikunjungi banyak orang itu. Ia bingung harus memainkan mesin bermain mana terlebih dahulu.

 Ia bingung harus memainkan mesin bermain mana terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pasalnya sudah hampir dua jam ini mereka mengelilingi Mall dan sekarang Aruna sudah 15 menit berdiri didepan mesin capit tanpa satupun boneka yang didapatkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pasalnya sudah hampir dua jam ini mereka mengelilingi Mall dan sekarang Aruna sudah 15 menit berdiri didepan mesin capit tanpa satupun boneka yang didapatkannya.

"Run, udahan dulu mainnya yuk, kita beli makanan dulu. Gak laper apa lo?"

"Bentar bentar!" Aruna menjawab tanpa sedikit menengok ke arah Langit, membuat laki-laki itu menghembuskan nafasnya.

Untuk kesekian kalinya Aruna kembali kalah memainkan mesin capit berisi puluhan boneka minion didalamnya.

"Udah yuk, nanti lagi mainnya," ajak Langit kembali. Namun lagi-lagi Aruna mempoutkan bibirnya, terlihat raut kecewa dari gadis itu.

"GAK ASIK AH MASA GUE KALAH MULU!" kesal Aruna.

"Nanti gue beliin boneka polar bear segede kostan lo deh, atau mau gue beliin boneka minion sebanyak yang lo mau juga gue jabanin. Tapi kita cari makan dulu ya?"

"Gak usah deh, udah gak mood gue." kata gadis itu sambil melenggang pergi.

"Run! Aelah kemana lagi tu bocah.." gerutu Langit.

Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang