19

269 50 2
                                    

Raka tersenyum bangga pada Aruna, "Jadi gimana?"

"Gimana apanya?"

"Gimana rasanya udah berdamai sama masa lalu?"

Aruna menatap ice cream ditangannya, berpikir sejenak. "Emang keliatannya gitu?" ucap Aruna balik bertanya.

"Kalau bukan berdamai, apa dong namanya?"

"Gue ga tau, gue ngerasa belum selesai aja."

"Belum selesai?" Raka mengulang kalimat Aruna dengan tatapan tidak paham.

Aruna tersenyum lalu mengangguk. Tatapannya kini beralih pada jalanan di depannya. "Gue ngerasa bersalah aja.."

"Mungkin kalau pas itu gue lebih care sama Lungguh, dia ga bakalan ngelakuin hal itu," sambung Aruna kembali memakan ice cream-nya yang mulai mencair.

Raka terdiam. Bukan karena kehabisan kata-kata, tapi ia memang sengaja untuk diam sejenak. Membiarkan suara hujan yang semakin besar kini menjadi teman keheningan keduanya.

Beberapa saat yang lalu Aruna keluar untuk membeli ice cream ke minimarket didekat kost-nya. Aruna tau sebentar lagi akan hujan, tapi tidak mengurungkan niatnya untuk membeli es manis itu.

Melihat bagaimana langit yang berubah menjadi gelap dan hilangnya matahari di jam empat sore, sudah dipastikan akan turun hujan sore ini. Di waktu yang tidak disengaja, Aruna bertemu dengan Raka yang sedang membeli beberapa mie dan minuman dingin untuk stok dirumahnya.

Dan sekarang, di depan minimarket itu. Keduanya duduk dan bercerita tentang hari-hari mereka yang lalu. Mulai dari pusingnya Raka pada skripsinya hingga Aruna yang curhat tentang kejadian dua hari yang lalu.

Jika diingat-ingat, bagi Aruna bulan-bulan terakhir ini banyak kejadian dari yang paling ngeselin, aneh, unik, dan lucu selama di kelas akhir ini. Selama ini Aruna hanya saling mengirim pesan satu sama lain pada Raka. Karena memang Raka yang sibuk pada kuliahnya, juga ternyata anak itu baru saja mendapatkan pekerjaan satu minggu yang lalu menjadi tukang cuci motor dan mobil. Tidak apa, Raka tidak pernah malu dengan itu, ia bersyukur bisa mendapat pekerjaan sampingan untuk sementara waktu. Hitung-hitung bisa menambah uangnya, yang penting halal.

"Mau gimanapun sibuknya lo, seharusnya dia tetep support dan ada di samping lo. Bukannya selingkuh," ujar Raka sedikit berteriak karena suara deras hujan yang semakin nyaring.

Raka sedikit khawatir namun bukan tentang dirinya, tapi ia khawatir Aruna tidak bisa pulang akibat hujan yang tidak kunjung mereda ini. Diantara mereka pun tidak ada yang membawa payung ataupun jas hujan.

Aruna menatap sekitar, kemudian melangkah mendekati tong sampah yang disediakan didekat situ. Ia memasukkan kantong plastik bekas ice cream yang sudah berhasil dihabiskannya.

Aruna membalikkan tubuhnya agar bisa menatap Raka. Ia membuat mimik wajah seolah-olah berpikir. "Selain itu, mungkin, dia bosen kali sama gue?" kata Aruna terkekeh.

"Alasan klasik."

Aruna terkekeh sambil melangkah ketempat semula. Pada meja dan kursi yang sengaja ditaruh di didepan minimarket itu.

Raka mengeratkan hoodie berwarna abu-abu polosnya itu, ia menatap Aruna sesaat. "Kalau emang dia serius sama lo, mau secantik apapun cewek diluar sana ga bakal bikin dia berpaling dari lo."

"Masa?" Aruna menaikkan sebelah alisnya tampak ragu dengan perkataan Raka, tapi tak bertahan lama karena gadis itu kemudian tersenyum.

Sebenarnya Raka tak yakin dengan perkataannya barusan, namun itu yang ia rasakan. "Itu berlaku buat gue. Tapi kalau buat cowok yang lain, mah, gue ga tau."

Aruna mengangguk-angguk tanpa menghilangkan senyuman dari wajahnya.

"Kangen tauuuu!"

Kini Raka yang menaikkan sebelah alisnya bingung. "Hah? Sama?"

"Lo."

Seketika senyuman Raka mengembang, "Gue, kan, emang ngangenin.."

"Yeuuu! Pede banget."

"Buktinya lo kangen sama gue."

Aruna menatap Raka sebentar, lalu tersenyum nakal. "Lo pernah ga sih suka sama gue, Kak?"

Jangan tanya kenapa Aruna nanya gitu, itu otomatis keluar begitu saja dari mulutnya. Namun Aruna tidak merasa canggung, toh dia hanya bercanda.

"Mungkin?" kata Raka singkat seraya tersenyum manis dan lebih mengembangkan dari sebelumnya.

Satu kata yang sukses membuat Aruna membeku, padahal masih belum pasti.

Dalam hati Aruna bertanya-tanya, "Yaallah... Boleh geer ga sih?"

 Boleh geer ga sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang