09

348 58 0
                                    

"Assalamu'alaikum!"

Aruna menatap datar Anna yang baru saja pulang. Anak gadis udah jam sepuluh malem baru pulang, kebiasaan banget kalau pacaran ga inget waktu. "Waalaikumsalam."

"Dih? Kok mukanya kayak ga seneng gitu? Di apain Raka lo?" ucap Anna setelah mengganti baju dan masih melihat wajah Aruna yang masam.

"Gue kira lo ga bakal pulang."

"Ya kalau gue ga pulang, gue tidur di mana Jamilah?"

"Lagian lo pacaran ga inget waktu banget, ngabarin kaga juga. Gue pikir juga lo culik sama kak Jefri."

Anna tertawa pelan. "Cieeeee takut gue kenapa-kenapa... Gue sama Jefri jarang ketemuan Run, apalagi mau ngedate. Sekali-kali lah ngabisin waktu lama sama dia."

"Bucin."

"Terserah gue dong, orang gue punya pacar, emangnya elo?"

Aruna berdecak kesal. "Kalau aja lo ga pulang lima menit lagi mungkin gue udah laporin bunda!"

Mendengar itu Anna membelalakkan mata. "ANJ- LO GA NGELAPOR MACEM-MACEM SAMA NYOKAP GUE KAN??!"

"Ya belum sih.. Hampir.. Hehe."

"IH ARUNAAA!!!"

**********

Anna melihat sekeliling waspada, memperhatikan Aruna yang tengah sibuk mencatat hal-hal penting dari penjelasan Pak Surya. Katanya sih minggu depan ada ulangan harian SKI.

Aruna memang bisa dibilang anak yang lumayan pemalas, tapi ia juga tidak ingin nilai ulangannya anjlok walaupun bukan ulangan semester.

"Run."

"Hmm," sahut Aruna tanpa menoleh. Giliran lagi mode rajin aja banyak banget yang gangguin gini.

"Lo denger ga?" tanya Anna menaikkan sebelah alisnya.

"Denger. Gue ga budek."

"Ga gitu maksudnya!" Anna otomatis memukul lengan Aruna, hampir saja Aruna berteriak dan membuat heboh satu kelas jika ia tidak cepat-cepat menutup mulut Aruna.

Aruna mengusap lengannya yang perih sambil menatap Anna sinis. "Apa anjing?!" ujar Aruna pelan sambil menekankan kata 'anjing'nya.

Namun tiba-tiba ada seseorang yang mendorong pelan kepalanya dari belakang membuat Aruna dan Anna menoleh kebelakang dan mendapati Langit yang sedang menatap mereka berdua datar.

"Lagi pelajaran sejarah islam, bisa-bisanya lo ngomong gitu."

"Anna tuh!"

Anna ikut mengusap lengan Aruna, ia membenarkan tubuh Aruna untuk kembali menghadap me depan. "Sorry sorry, kebawa emosi."

"Apa sih? Apa? Mau ngomong apa?"

"Mantan lo."

"Hah?"

"Denger-denger dari kelas sebelah sih, katanya si Lungguh ganti pacar lagi."

"Udah? Itu doang?" ujar Aruna meremehkan. "Ga peduli," sambungnya.

Anna menghembuskan nafas kasar. "Belom selesai gue ngomong ya Tuhan.."

Aruna kembali melanjutkan catatannya, sebenarnya ia juga masih mendengarkan Anna.

Lungguh. Satu-satunya manusia yang sangat ia hindari hamper satu tahun ini. Orang yang selalu mengingatkan Aruna akan kenangan buruk yang ada.

Aruna tersenyum pedih, mengingat betapa bodohnya ia sudah begitu percaya pada Lungguh. Ia sangat ingat dimana Lungguh dengan tidak sengaja ketahuan oleh Anna telah berselingkuh dengan adik kelasnya, dan dari situ juga Lungguh tidak pernah mengabarinnya lagi selama seminggu.

Sekalinya mengirim pesan, ia juga yang minta putus. Lucu sekali bukan?

"Hmm. Lanjut sok atuh."

Anna diam sebentar, "Gue tau banget lo ga suka bahas itu human. Tapi gue ngerasa lo harus tau ini."

"Iyaaa gapapa."

"Lungguh dipindahin ke kelas kita."

"Hah?!!"

Langit kemudian menepuk bahu Aruna. "Udah napa sih, ribut banget. Nanti ditegur."

Aruna berdecak sebal. "Ih apa-apaan coba?!" Aruna sungguh tidak terima, dan tidak akan tenang jikalau Lungguh benar-benar sampai satu kelas dengannya.

Ayo lah, satu sekolah sama Lungguh itu aja udah nyusahin banget! Bukan masalah ga bisa move on nya. Aruna juga tidak benci, namun akan menjadi lebih sulit untuk dirinya benar-benar ikhlas dan melupakan rasa sakitnya..

"Kalau ga niat belajar, mending keluar. Ga usah ikut pelajaran saya!"

Detik itu juga sebuah penghapus melayang ke arah meja Aruna dan Anna. Namun dengan cepat mereka berhasil menghindar dan alhasil mengenai wajah Langit.

Suasana kelas menjadi sangat hening. Pak Surya terkenal orang yang sangat baik, ramah dan mudah bergaul pada murid-muridnya tapi kalau udah dia ngajar. Satu murid ga ada yang berani ngomong.

Langit meringis, menahan sakit pada daerah hidungnya.

"Langit!!" ujar Anna shock, tidak peduli peringatan yang baru saja dikatakan oleh Pak Surya.

Dengan heran Langit mengerutkan kening bingung, memasang ekspresi wajah bertanya kenapa Anna tiba-tiba berteriak kaget seperti tadi. Dan sekarang ia menjadi pusat perhatian satu kelasnya.

Aruna membulatkan matanya ikut terkejut. "Lang, idung lo-"

Benar saja dugaan Langit, darah segar mengalir dari hidungnya.

"Shit."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang