12

363 55 0
                                    

"GILA GILAAA! KAK RAKA LO KESAMBET APA HAH?!!"

Aruna menangkup wajah Raka begitu gemas. Siapa sangka Raka tiba-tiba datang ke kost-nya membawakan martabak manis rasa coklat kesukaan Aruna. Dan sepuluh menit kemudian Jefri juga ikut datang membawakan martabak telur.

"YAALLAH! GUE SAYANG BANGET SAMA KALIAN!" Aruna memeluk Jefri yang duduk di sampingnya begitu senang. Lalu melahap martabak yang terletak tepat di hadapannya. Anna menggelengkan kepalanya, mulai dah kelakuan si Aruna ngadi-ngadi.

"Pacar orang Run.." kata Raka menarik Aruna untuk menjaga jarak dari Jefri. Sedangkan Jefri hanya tertawa melihat tingkah Aruna yang begitu sedang hanya karena dibelikan makanan kesukaannya.

Sebenarnya Anna tidak keberatan sama sekali jika Aruna memeluk Jefri seperti tadi, toh ia maupun Jefri sudah sangat tahu Aruna bagaimana.

Aruna menatap Raka aneh. "Lah lo juga siapa gue, narik-narik gitu?"

"Temen lo," jawab Raka singkat, apa adanya.

"Ya udah sih, temen doang kok ngatur."

Saat Aruna ingin mengambil kembali terang bulannya, Raka tiba-tiba mengambilnya lebih dulu. "Martabak manisnya gue ambil lagi."

Melihat itu Anna menarik Jefri. "Jangan deket-deket, bentar lagi berantem tuh mereka," ujar Anna seakan-akan tahu. Lagi-lagi Jefri hanya tertawa mendengarnya, melihat Aruna adu bacot bagi Jefri adalah hal biasa. Bahkan menjadi tontonannya sehari-hari jika berkunjung.

"Ih Kakak.. Masa gitu aja ngambek, lo mah ga ikhlas ngasihnya," rengek Aruna.

Raka mengedikkan bahunya tidak peduli. "Biarin. Temen doang kok ngatur."

Jefri menahan senyumnya untuk tidak menertawakan Aruna. "Tapi kan emang bener lo temen Aruna, Ka," kata Jefri pada Raka.

Anna yang tadinya kembali sibuk meng-scroll instagram dan asik bersender dengan nyaman di bahu Jefri itu seketika berhenti, lalu ikut mengangguk, "Iya tuh, kok marah?"

"Siapa yang marah?" tanya Raka balik.

"Kalau ga marah balikkin dong.. Gue baru makan dua, Kak." Aruna mengulurkan tangannya agar Raka mengembalikannya, namun Raka menggeleng.

"Ga, ga. Ga jadi ngasih."

"Kak Rakaaaaa! Ih lo jahat banget parah."

"Bodo amat."

Aruna menatap wajah Raka pasrah. "Iya gue salah, gue minta maaf deh ya.. Jangan gitu dong."

Raka menaikkan sebelah alisnya, "Buat?"

"YA GA TAU! LO TIBA-TIBA NGAMBEK GIMANA BISA GUE TAU?!"

"Ya udah, ngapain minta maaf."

Jefri dan Anna hanya diam, menyimak perdebatan Raka dan Aruna. Jefri melirik ke arah Anna, begitu juga sebaliknya. Kemudian tersenyum.

Jefri mengagumi insting pacarnya itu. Yang dikatakan Anna berapa menit yang lalu terjadi, mereka berdua benar-benar beradu mulut alias berantem.

"Kak Rakaaaaaa sayanggggg..."

"Geli Run, lo ada maunya aja baru begitu."

"Tapi lo seneng kan? Iya kan?"

Raka menatap tajam Aruna, sedangkan Aruna hanya tersenyum tak berdosa. "Apa sih? Pede banget."

Tiba-tiba Raka meletakkan kembali martabak manisnya, membuat senyum Aruna semakin mengembang.

"Bercanda kak, Aruna kan sayang kak Raka.."

**********

Anna menarik tangan Aruna, mereka berdua lagi lari dari Lungguh. Ah ralat, Anna yang menghindari Aruna dari Lungguh.

Sungguh, jika dia bisa membunuh Lungguh, akan ia lakukan sekarang juga. Jam istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu, dari situ juga Lungguh mulai mengganggu Aruna.

Aruna masih bingung, apa yang sebenarnya terjadi pada Anna dan Lungguh sampai-sampai terjadi kejar-kejaran seperti ini.

"Aruna!"

Ah gila! Aruna benci mendengar namanya di sebut oleh manusia itu. Berapa bulan ini hidupnya mulai tenang, tapi malah jadi begini.

"Na! Pelan-pelan kenapa sih?!"

"Ish! Udah ikut aja!"

Jujur saja, Aruna lelah lari-larian di sepanjang lorong. Belum lagi orang-orang yang menatap mereka aneh.

Anna menarik Aruna ke dalam kantin. Sial, Anna benci harus berdesakan seperti ini.

"Loh? Pada kenapa?" Langit mengerutkan dahi kala melihat kedua temannya itu tengah berlari tergesa-gesa. Tapi bukannya menjawab, Anna malah bersembunyi di belakangnya bersama Aruna.

"Kenapa dah? Kek dikejar rentenir lo pada, ngutang apa sih?"

Aruna menarik napas, dadanya turun naik karena berlari sejak tadi. Anna meraup udara sebanyak yang ia bisa, hari ini sungguh melelahkan.

"Dikejar mantan serasa di kejar setan beneran ini mah," kata Aruna masih memegangi dadanya. Langit juga, bisa-bisanya nanya begituan.

Dua detik setelahnya Langit berbalik, dirinya dibuat kaget karena tiba-tiba ada seorang laki-laki yang sudah berdiri di depannya dengan ngos-ngosan. Langit jadi semakin bingung, kenapa dirinya jadi berada ditengah-tengah orang-orang gila ini?

"Run.. Gue.. Mau ngomong.. Bentar aja.." Dalam hati Lungguh menyumpahi Anna yang membuatnya berlarian seperti orang bodoh hanya karena ingin berbicara pada Aruna.

"Apa lagi sih yang perlu di jelasin?" sahut Anna.

"Gue ngomong sama Aruna, bukan lo."

"Kenapa sih kalian?" tanya Aruna.

Aruna memang selalu mencoba menghindar dari Lungguh, ia tidak mau berurusan lagi dengannya, tapi tidak sampai begini juga.

Aruna hampir kehilangan oksigen karena berlari mengelilingi satu gedung sekolah. Kenapa Anna jadi setakut ini sih buat biarin Lungguh bertemu dengan Aruna?

 Kenapa Anna jadi setakut ini sih buat biarin Lungguh bertemu dengan Aruna?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang