Langit membalikkan tubuhnya sangat pelan, dirinya takut membuat suara berlebihan dan membangunkan gadis di sampingnya yang sedang tertidur pulas.
Dari jarak yang tidak terlalu jauh ini Langit bisa melihat dengan jelas wajah tenang Aruna saat tertidur. Tanpa sadar, sudut bibir Langit terangkat menimbulkan lengkungan senyuman yang sempurna.
Langit terkekeh pelan dengan suara beratnya, "Cantik banget sih."
"Mamanya Aruna ngidam apa ya sampai anaknya cantik gini?" gumam Langit dalam hati.
"Kepo deh, cara bikinnya gimana ya?" sambungnya masih menatap Aruna.
Tak berlangsung lama, Langit mengusap wajahnya kasar saat menyadari dirinya memikirkan hal yang tidak masuk akal, "Anjing, gue ngapain sih?!"
Setelah puas dengan kegiatan memandangi wajah Aruna akhirnya Langit memutuskan untuk bangun dari ranjangnya karena mendengar suara bel yang menandakan pergantian jam menjadi istirahat.
Dirinya bangun dan melangkah perlahan hingga sampai pada depan pintu UKS. Langit lega karena Aruna tak terbangun namun suara seorang perempuan yang tidak asing di telinganya tiba-tiba memanggil namanya.
"Langit!"
Mendengar itu Langit terlonjak bukan main saking terkejutnya. Perempuan itu menatap Langit heran, pasalnya ia merasa hanya memanggil Langit dengan nada yang biasa dan dirinya pun tidak ada niatan mengagetkan. Tapi, ekspresi Langit yang terkejut berlebihan seperti orang yang baru saja tertangkap basah membuatnya curiga.
"Kenapa lo? Orang gue manggil biasa aja, kenapa kaget banget gitu?"
Langit mengelus dada sambil mengatur napasnya lantas menggeleng, "Gak, Gapapa. Kaget aja."
"Bo'ong lu ya? Orang gue ngeliat lo barusan keluar dari UKS, di UKS kan cuman ada Aruna," ujar Anna bersedekap dada.
"Lah? Emangnya gue ga boleh ke sini? Kan ga ada peraturan kalau gue ga boleh kesini."
"Oh.. Jadi ini alasan lo tadi bolos? Mau ketemu Aruna? Gitu?"
"Kaga. Gue emang mau bolos aja, kebetulan doang gue inget Aruna di bawa ke UKS sama lo sebelum jam masuk pagi tadi."
"Ah masaaaaaaa? Ga dari tadi nih?" goda Anna menaikkan sebelah alisnya.
"Terserah lo kalau ga percaya."
"Terus tadi kenapa senyum-senyum?"
Langit menyerngitkan dahi, "Hah?"
"Lo barusan keluar dari UKS, senyam-senyum sendiri kayak orang salting, abis ngapain?" tutur Anna mengintrogasi.
Langit ingin menjawab tapi mimik wajah Anna yang sengaja menggodanya jadi membuat dirinya gelagapan sendiri. "Kapan? Ngga tuh, biasa aja!"
Anna tertawa renyah, yang Anna tau, Langit memang sangat jarang terlihat salting tapi setelah melihatnya ada rasa lucu tersendiri.
"Lo gak ngapa-ngapain Aruna kan?"
"Ya enggak lah! Gila aja gue berani aneh-aneh sama tuh anak!"
"Kurang-kurangin ngebolos Lang, bentar lagi mau lulus," kata Anna mengingatkan.
"Iya-iya, bawel."
Anna sedikit mendorong tubuh Langit untuk menjauh dari pintu agar dirinya bisa masuk. "Ah terserah deh! Minggir gue mau samperin Aruna."
"Eits!" Langit membentangkan tangannya untuk menghalangi jalan Anna.
"Ck! Minggir, gue mau ketemu Arunaaaa!"
"Duh, bentarr duluuuuu," ucap Langit tak mau kalah.
Anna memutar bola matanya malas, "Apa?!"
"Gue.. Mau nanya."
"Apaan?"
"Makanan kesukaan Aruna apa?"
Tak langsung menjawab, Anna malah menatap Langit dari ujung kepala hingga kakinya. "Tumben nanyain gitu, ke sambet apa lo?" tanyanya curiga.
"Kaga, pengen tau aja."
"Mau tau aja atau mau tau banget??"
"Na, Gue serius."
"Gue juga serius."
Langit menarik napas panjang, "Udahlah ga jadi."
"EHHH! Iya-iya deh, jangan ngambek gitu dong! Ga asik banget."
"Ga ngambek."
Anna tersenyum, "Kenapa sih emangnya? Mau beliin Aruna makanan?"
"Hmmm, bisa jadi."
"Sebenernya yang dia suka banyak sih tapi yang paling Aruna suka itu sama sate. Lo pernah nganter Aruna pulang ke kost-an kan? Lo pasti tau kan di deket situ ada yang jualan sate? Nah Aruna biasa beli di situ, emang enak banget sih sate nya."
"Oh.. Tau tau. Kalau minuman?"
"Emm, apa ya? Ga tau sih gue kalau minuman. Susu coklat atau stroberi, maybe?"
Langit menjentikkan jarinya, "Oh iya gue mau tanya satu hal lagi!"
"Apa?"
"Aruna udah punya pacar belum?"
"Lang, lo kenapa sih?"
Langit berdecak, "Ck! Jawab aja!"
"Suka sama Aruna kah?"
"AH UDAHLAH GA JADI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna | Mark Lee ✓
Fiksi Remaja❝Lo tuh harusnya hati-hati, entar lo suka sama gue. Mampus lo!❞ ❝Gak dulu, makasih.❞ ©jaayrxs 2021