11

362 61 4
                                    

"Langit."

"Hah?"

"Lo pinter ga?"

"Engga."

"Ih?"

"Dih?"

"Serius.."

"Kenapa sih?"

"Mau nanya, boleh?"

"Tumben lo punya adab sama gue."

"LANGIT ANJENG!" teriak Aruna kesal dengan memukul lengan Langit.

Langit membulatkan matanya, "Mulut lo anjir!"

Aruna terkejut dengan ucapannya sendiri, lantas menutup mulutnya. "Maap hilap."

Langit berdecak. "Apa sih apa? Mau nanya apa?"

"Kan, kalau misalnya nih nyamuk ngisap darah kita terus nanti pas nyamuknya ngelahirin itu anak kita juga apa bukan?"

"Lo sengaja bikin pertanyaan gitu biar gue keliatan bego apa gimana?"

"Ih gue mah beneran ga tau, makanya gue nanya ke lo."

"Kenapa ga tanya ke Anna?"

"Gue sama Anna 11-13 begonya."

"Sama aja sih, gue ga tau."

Anna sedari tadi fokus menyalin catatan dari buku Aruna, kini tersenyum senang. Anna menaikkan sebelah alisnya, menatap Aruna dan Langit bergantian. "Cieeeeee.. Udah baikkan nih ceritanya?"

"Enggak," jawab Aruna cepat.

Mendengar itu Langit lantas mengerutkan kening. "Yang seharusnya masih marah tuh gue ya."

"Bacot. Lo nyebelin."

"Lo bawel."

"Tuh kan! Nyebelin!"

"Nyesel bat gue ikutan ngomong," ujar Anna melihat Aruna dan Langit kembali bertengkar.

"Bacot banget asli, diem ga?!" ancam Aruna pada Langit yang kini terus mengejeknya.

"Cerewet, kayak nenek lampir!"

Aruna mencubit kuat lengan Langit, membuat pemiliknya berteriak kencang. Anna reflek menutup telinganya, ia ikut meringis melihat Langit yang sepertinya sangat kesakitan.

"Run! Parah lo gila, anak orang cuy.." kata Anna pada Aruna.

Aruna memukul-mukul tubuh Langit kesal. "BODO AMAT!"

"DUH! NA, RUNA! SAKIT! RUNAA! IYA IYA AMPUN!!"

Anna mengusap dadanya, punya temen ga ada yang bener. Sehari aja ga berantem ga pada tenang hidupnya. "Yaallah..."

"Run! AKHH! RUNA ANJIR SAKIT!" Langit menangkap tangan Aruna, memeganginya dengan erat. "Udahan kenapa sih?!"

"Nyebelin! Langit nyebelin!"

"Sama! Lo juga!"

"Sudah-sudah wehhh.." ucap Anna menggelengkan kepalanya. Jujur Anna sangat terganggu dengan kedua manusia ini. Untung di kelas sedang sepi, karena jam istirahat masih lama. Jika tidak, mungkin orang akan menganggap mereka gila.

"DIEM!!!" teriak Aruna dan Langit bersamaan, membuat Anna terlonjak kaget.

"SETAN!" balas Anna.

**********

"Lo gila ya?!"

"Iya."

Anna memukul bahu Lungguh kuat. Iya sangat geram pada Lungguh sedari tadi, padahal ia sudah mencoba sabar untuk tidak memukulnya.

"Lo macem-macem, gue habisin," kata Anna tegas.

"Kanibal," sahut Lungguh tidak perduli. Anna mengambil ancang-ancang untuk memukul Lungguh kembali, tapi dengan cepat Lungguh menahannya.

"Galak banget sih! Percaya sama gue sekali aja apa susahnya sih, Na?"

"Gue percaya sama Tuhan. Kalau gue percaya sama lo, sama aja musyrik."

"Na... Tolongin gue ya? Please.."

"Gue ga bisa. Lo paham ga sih?"

"Sekali ini aja, Na.."

"Gak."

Lungguh memasang wajah frustrasi, ia sudah tahu ini akan terjadi. Anna tetaplah Anna, 11-12 dengan Aruna yang kepala batu. Namun, hanya ini satu-satunya cara.

"Lo brengsek Lung, lo hancurin Aruna. Belum puas hah?!" Anna menatap Lungguh emosi, laki-laki ini benar-benar tidak tau malu memang.

"Gue cuman pengen ngomong sama Aruna lagi, Na! Emang salah? Gue cuman mau minta maaf-"

"Gue tau! Gue tau niat lo baik, tapi gimana Aruna bisa ngadepin lo lagi? Lo tau ga sesusah apa dia ngelupain lo selama ini bangsat?!"

"Iya Na! Gue brengsek! Gue bego! Gue udah nyia-nyiain orang sebaik Aruna, gue salah.."

Anna menghembuskan nafas kesal, memukul dinding disampingnya untuk melampiaskan amarah.

Pulang sekolah hari ini, tepat setelah Lungguh benar-benar dipindahkan ke kelasnya. Lungguh memaksa Anna menemuinya di taman belakang sekolah. Dan karena Lungguh Anna jadi harus pulang terlambat dan berbohong pada Aruna. Sialan bukan?

"Bagus kalau lo sadar. Dari itu, gue minta tolong sama lo.. Jangan pernah gangguin Aruna lagi."

Anna baru ingin melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Lungguh, tapi lagi-lagi ditahan. Anna dengan cepat menghempaskan tangannya. "Gue mau pulang."

"Na.. Please.."

"Lo kenapa sih? Kenapa ga bilang sama Aruna langsung? Ganggu banget tau ga."

Lungguh terdiam. "Lo sendiri barusan bilang buat gue ga gangguin Aruna lagi. Gue bilang sama lo ini minta izin, Na."

"Gue bukan emaknya."

"Anna.."

"Stop deh Lungguh! Berenti mohon-mohon gitu sama gue. Lo bilang sama gue, jawaban gue tetep sama. Gue ga bisa."

Kali ini Lungguh diam, ia tidak lagi menahan Anna. Ia hanya diam menatap ke tanah.

"Lo udah punya cewek Lungguh, lo seharusnya sadar.." sambung Anna.

"Gue nyesel.. Cewek yang gue pacarin cuman buat pelampiasan gue doang, Na. Gue masih sayang banget sama Aruna."

"Brengsek lo anjing!"

"Brengsek lo anjing!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang