Aruna menggeleng tak percaya, mencoba untuk memaklumi yang ia lihat sekarang. Dari kejauhan ia melihat seseorang tengah di kerumuni oleh para gadis-gadis centil sehingga membuat suasana kantin jadi semakin ricuh.
Aruna jadi merasa bersalah karena menyuruh Langit yang memesankan makanannya, begitu pun dengan Anna. Ah! Sebenarnya tidak menyuruh sih, lebih tepatnya nitip sekalian, hehe..
"Gila.. Gila.. Perasaan Langit ga ganteng-ganteng amat, tapi kok jadi di rebutin cewek begitu dah?"
Anna mengangguk, "Masih gantengan Hyunjin, padahal! Emang Langit se-famous itu ya sekarang??"
"Lo ngotak dikit dong, masa dibandingin sama Idol Kpop! Eh- tapi bener juga, masih gantengan jodoh gue si Yeonjun.."
"Itu fakta Jamilah! Yakali aja ada yang lebih ganteng dari Hyunjin."
Aruna memutar bola matanya malas. "Tapi emang pada tuh cewek-ceweknya aja sih yang kecentilan, mentang-mentang ada anak baru gantengan dikit aja dipepet gitu. Najis hih," kata Aruna dengan gaya julidnya.
"LAH EMANG LU KAGA APA HAH??"
"ENGGA YA! ORANG GUE MAU TEMANAN DOANG KALI!"
"Ah masa.."
"Ann, lu ngapa sih? Gue cuman friendly, ga maksud apa-apa. Su'udzon mulu ama temen sendiri dah!"
"Ashiyappppppp! Si paling friendly dehhhh."
"IH MAU LO APA SIH NJING!"
Tiba-tiba Langit datang, menyentil kepala Aruna. "Ngomongnya kasar!" ujarnya sambil menyelipkan badan diantara Aruna dan Anna. Membuat keduanya mau tak mau bergeser untuk memberikan wadah agar Langit bisa duduk.
"Heh! Anna duluan, kok gue doang yang disentil sih!"
"Lu mau dapet double hah?" tanya balik Langit dengan ancang-ancang ingin menyentil kepala Aruna lagi.
Dengan cepat Aruna menutup dahinya. "Y-ya.. Jangan!"
"ISH SEMPIT BEGO!!" teriak Anna tak terima harus bergeser dari tempat semula ia duduk.
Langit menghela napas. Seperti hari ini adalah hari sialnya.
"Gue ga mau ditarik-tarik sama cewek-cewek kayak tadi, gue di tengah, biar ga ada yang berani deketin."
Aruna menganga mendengar perkataan Langit barusan, "Lu pikir kita apaan? Badan kita kecil gini kalau dikeroyok juga sama aja bohong kali! Kalau gue sama Anna yang kenapa-kenapa gimana?"
"Bomat. Siapa suruh maksa gue ke kantin, tadi juga gue yang mesenin makanan kalian."
Aruna dan Anna akhirnya sama-sama menghela napas mencoba mengalah pada Langit kali ini. Keduanya sudah tidak peduli dengan tatapan perempuan-perempuan yang menatap sinis ke arahnya karena terpaksa mengapit Langit di antara mereka.
**********
Aruna menatap sinis layar handphone nya, mengetahui bahwa seseorang yang di carinya dua hari yang lalu baru muncul sekarang.
Kak Rakaa
Sbb parah
Gue sibuk banget, maaf Run. Baru sempet bales.
Aruna tidak ada niatan membalas. Ia hanya melihat pesan itu melalui notifikasi chat yang masuk. Sudah terniat dalam hatinya untuk membalas dendam atas kelakuan laki-laki itu. Intinya, Aruna tidak perduli dengan alasan Raka yang benar-benar sibuk atau memang sengaja mengabaikan pesannya.
Aruna tidak akan membalas. Lagi pula jam sudah menunjukkan sebelas malam. Ia bukan tipe orang yang bisa begadang, toh juga besok ia harus sekolah.
"Kenapa lagi lo? Raka?" tebak Anna melihat sahabatnya menatap layar handphone dengan uring-uringan.
Aruna hanya melirik Anna malas. Sangat terlihat jika Aruna sedang badmood saat ini. Tadinya mereka berdua berencana ingin tidur, namun karena mereka sibuk dengan handphone masing-masing alhasil tidak jadi mengantuk.
Aruna mengedikkan bahu, malas menjawab. Sebenarnya tanpa Aruna menjawab pun, ia sudah tau. Siapa lagi yang tukang ghosting kalau bukan orang tua satu itu.
Terkadang Anna tidak bisa mencerna isi kepala Aruna dan Raka. Mereka benar-benar tidak bisa ditebak.
"Ga peduli. Bodo amat. Ga bakal gue bales."
"Sok juga lu, nanti kangen awas aja ngadu gue!"
Aruna mengerucutkan bibirnya, "Jahat banget ih.."
"Lagipula lo tuh suka sama Raka? Apa gimana sih?"
"Engga! Gue ga suka sama dia.."
"Ya terus apa namanya kalau ga sukaa??"
"Sayang.. Hehe."
"Susah sih ngomong sama orang gengsian parah kayak lo, mau gue nasehatin juga ga bakal didenger."
"Nasehatin itu pake sabar. Lah elu? Nasehatin orang pake emosi, itu namanya ngomel!" ujar Aruna kesal.
Beradu argumen dengan Aruna ga bakal pernah ada habisnya, Anna sudah lelah. Ia melempar bantal tepat mengenai wajah Aruna, sungguh puas rasanya.
"Aduh! Sia anying!"
"BACOTT! Gue mau tidur, diem!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.