"Lo suka banget sama anak kecil ya?"
Langit menghidupkan mobilnya, rintik hujan mulai turun. Untungnya mereka selesai makan tepat waktu. Aruna sudah bilang tidak perlu diantar sampai ke rumah, paling berapa menit berjalan juga akan sampai pada kost-annya. Tapi Langit tetap memaksa dan malah mengomelinya dengan alasan Aruna terlalu bawel.
"Kalau lo kehujanan terus pulang-pulang sakit gimana? Males banget gue di marahin sama Anna."
"Engga-"
"Bawel, cepet masuk."
Aruna greget banget mau nyeburin langit ke got rasanya. Setelahnya Aruna benar-benar masuk duluan ke mobil, sambil menunggu Langit selesai membayar makanan.
Langit kira Aruna bakalan ngambek sama dia, tapi ternyata Aruna engga sebaperan itu.
"Menurut lo?"
"Suka, suka banget malah. Gila. Perasaan dari pertama gue kenal lo, baru kali itu gue liat lo bener-bener senyum mulu."
Langit tersenyum tipis. "Lo merhatiin gue ya?"
"Dih." Aruna seketika menatap jijik Langit yang menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa? Ganteng ya?"
"Apa sih! Pede banget deh. Cepetan jalan ah, kapan pulangnya coba!"
Langit tergelak bersamaan dengan dirinya yang mulai melajukan mobil. "Iya cantik, sabar dong."
**********
"Anna!" Teriak Aruna membuka pintu.
Anna terkejut bukan main, ia kira ada maling karena suara pintu yang terbuka kencang. "JANCUK! SALAM DULU BEGO!"
"Assalamualaikum brader," ujar Aruna sambil cengengesan.
Anna berdecak kesal, masih memegangi dadanya yang berdegup kencang. "Untung ga ada riwayat penyakit jantung, ya Allah.."
"Nih!" Aruna menyondorkan keresek hitam berisi sate yang tadi di beli.
"Apaan?"
Anna membulatkan matanya tak percaya saat menyadari itu adalah sate Mang Ahmad. "Alhamdulilah rejeki anak sholehah."
"Langit tuh yang beliin. Besok-besok jangan di omelin lagi, lumayan dapet makanan gratis tau."
Anna tersenyum bahagia sambil mengacungkan jempolnya.
"Btw, lo sama Langit ke mana aja? Katanya cuman jalan-jalan, taunya seharian." tanya Anna sambil membuka bungkus satenya.
"Jalan-jalan doang, cuman banyak mampirnya. Langit menyebelin banget sumpah!"
Anna menggelengkan kepala, "Kasian."
Aruna mengambil handuk berniat ingin membersihkan diri, namun handphonenya berdering beberapa kali.
"Sibuk banget kayaknya." sahut Anna yang juga mendengar dering notifikasi handphone Aruna.
"6 messages from 2 chats.." kata Aruna membaca notifikasi handphonenya.
"Saha?" (Siapa?)
"Kak Raka sama.. Langit?"
Anna sedikit tersedak, cepat-cepat dirinya mengambil minum. "Hah? Samaan? Berdua gitu? Demi apa? Gue kira operator doang.."
Sedetik kemudian Aruna membelalakkan matanya, terkejut.
Langit
Na
Kalau dipikir-pikir tadi lucu juga ya
Ngebayangin lo jadi istri gue, terus kita jalan bareng sama anak kita
JANGAN DIPIKIRIN!
Apa sih ya Allah
Ngadi-ngadi banget
Terserah gue dong
Ih?
Udah mandi lo? Mandi sana, bauu
Otw
Bacot bener nie anak
Udah sampe rumah belum lo?
Udah
"Stres lo?" Anna menatap aneh Aruna yang sedang senyum-senyum sendiri melihat handphone.
Aruna hanya melirik sekilas, tidak ingin menghiraukan malah dirika kini membuka pesan yang dikirim Raka.
Jika Aruna tau dan bisa memutar balikkan waktu, mungkin ia tidak akan membuka pesan Raka. Ternyata isi pesan Raka lebih menyeramkan dari khayalan Langit.
Kak Rakaa
Runa
Lo di mana?
Tadi gue liat lo jalan sama cowo, pacar lo?
"ANJIR MAMPUS GUE!"
Hayoloh..
Aruna terciduk ueueueueueuue
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna | Mark Lee ✓
Ficção Adolescente❝Lo tuh harusnya hati-hati, entar lo suka sama gue. Mampus lo!❞ ❝Gak dulu, makasih.❞ ©jaayrxs 2021