15

325 61 5
                                    

Sudah tiga hari ini Aruna benar-benar tidak tahu kabar Langit. Setelah Aruna mengatakan Langit tidak boleh dekat dengannya lagi, sejak itu pula dia tidak mendengar kabar Langit. Langit tidak mengechatnya, begitu pula sebaliknya. Aruna terlalu takut, tapi Aruna juga khawatir.

Aruna mengutuk orang-orang yang mengatakan cewek selalu benar, buktinya sekarang Aruna berada di kondisi serba salah.

"Run!" Raka sedikit menaikkan suaranya bersamaan saat ia memukul meja. "Ngelamun mulu nih anak heran.."

"Allahuakbar! Kenapa sih?!" Aruna tersentak kaget bukan main, dia memegangi dadanya yang berdegup.

"Elo! Lo yang kenapa?!"

"Ya gue enggak apa-apa!"

Raka berdecak, "Lagi ada masalah?"

Aruna menatap Raka seksama, lalu mengusap wajahnya kasar.

"Cerita bego. Gue mana paham," ujar Raka melanjutkan makannya.

Lagi-lagi Samarinda diguyur hujan, Raka sempat mampir untuk membeli sate Mang Ahmad baru ke kost-an Aruna. Lagi ngidam katanya.

Sejujurnya Raka tidak mengerti, setiap kali Aruna sangat menginginkan sesuatu terutama makanan, pasti anak itu akan mengatakan dirinya sedang mengidam dan harus dituruti secepatnya. Aneh memang, terkadang Raka juga masih suka terkejut karena mengira Aruna benar-benar mengidam.

Sebelumnya Anna sudah siap untuk pulang, tapi karena hujan yang tidak henti-hentinya jadi ia terpaksa menginap di tempat temannya.

Tadinya sih niatnya cuman mau ngumpul dan reunian bersama teman-teman alumni SMP nya, tapi malah semuanya jadi menginap. Tenang, tidak ada laki-lakinya kok. Reunian kali ini khusus untuk para gadis-gadis, hahaha.

"Gue enggak tau pastinya. Tapi tiba-tiba si Lungguh mulai ngedeketin gue lagi."

"Lungguh? Mantan yang nyelingkuhin lo itu bukan?" tanya Raka tanpa jeda.

Mendengarnya Aruna lantas menatap tajam Raka. "Bisa ga sih, ga usah diperjelas gitu?"

Raka menahan tawanya lalu cepat-cepat mengangguk. "Iya iyaa, maaf.. Sensi banget kayaknya, lagi ABC ya??"

"Hah? ABC?"

"Allah Bagi Cuti," jawab Raka kemudian tertawa.

Aruna menahan senyum. Dalam hati Aruna tak menyangka Raka bisa memikirkan singkatan seperti itu.

"Yaudah terus gimana? Lo balikkan gitu?"

"Yaallah! Amit-amit dah, jangan sampe lagi kejadian!! Ga mau-mau!" Aruna mengetuk kepala dan meja berulang kali secara bergantian sambil beristighfar.

"Lebay! Gitu-gitu juga lo pernah sayang."

"Ih kan dulu!!"

"Lama ah, lanjutin cepetan.."

Aruna memutar bola matanya malas. "Terus tiga hari yang lalu tuh, terjadi aksi kejar-kejaran antara gue, Anna, sama Lungguh. Si Anna tarik paksa gue, terus Lungguh makin ngejar kita berdua!"

"GILAAA! Gue keliling gedung sekolah cuman gara-gara Lungguh doang!" lanjut Aruna kesal.

"Lah elu ngapain lari-larian coba?"

"Salahin Anna anjir! Dia kok yang narik gue."

"Abis itu gimana?"

"Pas sampe di kantin gue tuh ketemu sama temen cowok gue kan.. Terus temen cowok gue ini kayak sempet debat gitu sama Lungguh. Karena Lungguh udah kesel banget jadi gue di tarik paksa sama dia. Nah, temen cowok gue itu ikutan kebawa emosi jadi mereka berantem.." Jelas Aruna panjang lebar.

Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang