Anna melirik Aruna lalu ke arah Langit. Ia menyipitkan matanya curiga, "Lang, lo suka ya sama Aruna?"
"Orang gue sukanya sama lo."
"HAHHHHH?!" ujar Anna shock bukan main.
Langit terkekeh gemas, "Bercanda, tegang banget sih mbak.."
"Ya elo sih—"
Belum selesai menyahuti ucapan Langit, tangan Anna lebih dulu ditarik untuk sedikit menjauh dari tempat awal. Agar mereka berdua dapat menguping di tempat yang lebih aman.
"Lo pacarnya Bang Jef kan?"
"Hah? Bang Jef?"
"Jangan bilang lo ga tau?" tebak Langit yang diangguki Anna.
"Bang Jefri, Naaa! Masa pacar sendiri ga inget sih?"
"Ohhhh Jefri.. Muhammad Jefri Al Zakhri kan? Eh bentar-- Kok bisa kenal sama Jefri?!"
"Iyalah, orang dia kakak sepupu gue."
"HAHH??"
**********
"Tapi kalau lo suruh gue buat balik lagi, maaf gue ga bisa. Gue udah pernah bilang, kasih gue waktu buat nyembuhin semuanya.. Gue cuman butuh waktu," sambung Aruna.
Lungguh terdiam, ia menatap mata Aruna. Dalam hati Lungguh menertawakan dirinya. "Gue emang cowok brengsek. Seharusnya dari awal gue sadar, cewek sebaik lo itu ga pantes sama sampah kayak gue."
Aruna menggeleng pelan, air mata yang sedari tadi berusaha ia tahan akhirnya merembes membasahi pipinya. "Gue ga benci sama lo, jadi lo ga perlu nyalahin diri lo sendiri. Gue kecewa itu pasti, Lung. Dua tahun bukan waktu sebentar.."
"Gue janji, setelah ini gue ga bakal ganggu hidup lo lagi, Run."
Kali ini Aruna memilih diam, sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara tangisnya.
"Runa, sebelumnya maaf kalau gue kedengaran ga tau diri. Tapi buat terakhir kalinya, boleh gue peluk lo buat terakhir kalinya?" kata Lungguh ragu.
Sedikit ragu, Aruna akhirnya mengiyakan. Lungguh memeluk tubuh mungil Aruna lembut, walaupun Aruna tidak membalasnya Lungguh tidak peduli. Ini saja Lungguh sudah sangat bersyukur. Memang salahnya, Aruna pantas kecewa padanya.
"Gue emang bego banget udah nyia-nyiain lo, Runa.."
Dari kejauhan Anna menghela napas lega. Anna tidak menyangka Aruna memberanikan diri untuk berbicara pada Lungguh. Padahal Anna ingat, Aruna sangat menghindari segala sesuatu yang berhubungan dengan Lungguh.
"Kenapa lo?" tanya Anna sadar akan mimik wajah Langit sejak tadi terlihat sangat datar, terkesan dingin.
Langit melirik pada Anna, kemudian menaikkan bahunya tak acuh.
"Cemburu?" tanya Anna lagi.
"Gue ga punya hak buat cemburu. Emangnya gue siapa?"
"Lo Langit. Langit Genandra."
Seketika Langit menatap sinis Anna.
"Loh? Apa? Bener kan?"
"Lo ga salah, tapi maksud konsep pembicaraan gue ga kesitu."
"Eh? Yahhhhhh-- mau kemana lo belum jawab pertanyaan gueeee.. Langit!"
Langit melangkah mundur. Lalu berbalik untuk pergi. Namun karena jawaban Anna yang belum sepenuhnya dijawab serius oleh Langit, jadi Anna ikut membuntuti dari belakang.
Merasa tak nyaman Langit memberhentikan langkahnya mendadak. "Apa lagi adeknya Elsaaa??"
"Lo suka kan sama Aruna?"
"Kepooo!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.