BONUS CHAPTER

363 26 0
                                    

Aruna kini duduk bersila dengan sebuah kotak di atas meja yang tak terlalu besar berada di hadapannya. Dinginnya hujan tak membuatnya ingin menyelimuti tubuh kali ini. Dirinya lebih penasaran dengan isi kotak di depannya.

Aruna sangat ingin membuka kotak di depannya ini, namun di sisi lain pun dirinya tak siap.

Padahal kamar Aruna saat ini terasa sangat sunyi, hanya di temani suara hujan yang entah kapan mereda.

Kepalanya terasa berisik bersama kenangan yang menyelimuti.

Ucapan Laskara terus menerus terngiang di telinganya.

Kening Aruna mengkerut. "Laskara?"

Laskara mengangguk, "Gue kembaran Bang Langit."

"Hah?"

"Mungkin bang Langit ga pernah cerita ke siapapun makanya lo ga tau. Gue sama bang Langit emang dari kecil udah pisah. Nyokap bokap kita cerai pas umur kita masih 8 tahun. Gue ikut bokap dan bang Langit ikut nyokap. Sejak itu gue ga pernah ketemu dia maupun Bunda."

Lagi-lagi Aruna diam, ia masih mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.

Melihat Aruna yang masih kebingungan, Laskara akhirnya membuka tas yang dibawanya. Menyondorkan sebuah kotak yang tak terlalu besar ke arah Aruna.

"Buat lo."

"Ini apa?"

Laskara diam beberapa detik lalu menaikkan kedua bahunya, "Gue juga ga tau."

"Lah? Gimana ceritanya lo yang ngasih lo juga yang ga tau?"

"Itu dari bang Langit. Dia nitipin itu ke gue buat lo."

Kesal, Aruna menatap Laskara dengan tatapan kesal. "Kenapa ga Langit sendiri yang ngasih? Kenapa harus lewat lo?"

"Karena bang Langit ga bisa—"

"Ya udah ga usah di kasih ke gue!" Tanpa sadar Aruna meninggikan suaranya.

Aruna mendorong kasar kotak tersebut ke arah Laskara. "Buat apa dia ngasih ini ke gue kalau dia sendiri ga mau ketemu sama gue?!"

"Aruna!" Laskara dengan cepat menahan tangan Aruna ketika perempuan itu mencoba pergi.

Bukan Aruna namanya jika tidak keras kepala, perempuan itu menghempaskan kasar tangan Laskara yang mencoba menahannya. Perempuan itu menatap Laskara marah dengan air mata yang membendung di pelupuk matanya.

"Kenapa.. Kenapa dia ga bisa ketemu sama gue.. Kenapa?" lirih Aruna.

"Aruna.. Kita duduk lagi, oke? Gue bakal jelasin semuanya," ujar Laskara membujuk Aruna yang saat ini menangis.

Mendengar itu Aruna menggeleng kuat, "Lo mau jelasin apa hah? Yang seharusnya ngejelasin semua itu Langit! Bukan-"

"Karena bang Langit udah ga ada!"

DEG!

"Bang Langit udah meninggal satu tahun yang lalu! Dia yang dia nitipin ini semua ke gue dan suruh gue buat nyari lo!"

Bagaikan disambar petir disiang bolong, mata Aruna terbelalak bersamaan dengan tubuhnya yang lemas. Aruna menatap mata Laskara, mencoba mencari kebohongan di sana, namun Aruna malah mendapati mata Laskara yang kini ikut berkaca-kaca.

"Bang Langit udah pergi buat selama-lamanya, Run." Laskara menghembuskan napasnya, "Jadi gue mohon.. jangan pergi dulu. Gue harus sampaiin semua titipan bang Langit ke lo."

Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang