Terdengar ketukan pintu membuat Rinda berlari kecil menuju ke pintu masuk rumahnya.
"Iya, sebentar!" ujarnya sedikit berteriak.
Senyum Rinda merekah kala pintu rumahnya telah terbuka, memperlihatkan dua orang gadis yang ikut tersenyum.
Dengan cepat Aruna dan Anna mengulurkan tangan untuk menyalimi wanita paruh baya di depan mereka.
"Halo Tante! Assalamualaikum.." kata Aruna.
Rinda tersenyum hangat seraya menarik keduanya kedalam pelukkan. Senang sekali rasanya melihat mereka berdua, mungkin terakhir kali mereka kemari sudah terhitung tiga bulan yang lalu. Waktu yang cukup lama tak bertemu.
"Waalaikumsalam, ayo masuk sayang.." Rinda berucap lembut sembari mempersilahkan Aruna dan Anna masuk.
Anna menatap sekitar mencari seseorang yang menjadi tujuannya kemari, melihatnya Anna yang menoleh sana-sini membuat Aruna ikut-ikutan melirik sekitar.
"Eh iya, ini Tante, saya sama Aruna bawain martabak sama nasi goreng nih." Anna menyerahkan dua bungkusan kantong plastik pada Rinda.
"Astaga, padahal kan Tante niatnya mau masakin kalian makan malem, kok jadi kalian sih yang repot-repot?"
"Ga repot Tante, kebetulan pas kesini satu arah juga sama akangnya jadi sekalian deh," balas Anna.
"Ya udah, makasih ya nak."
"Kak Raka nya mana, Tan?" tanya Aruna yang akhirnya kembali bersuara.
"Ada di atas, di kamarnya. Kalian ke atas aja langsung, tadi sih badannya masih panas, Tante takut soalnya panasnya ga turun-turun.." Sangat terlihat dari mimik wajah Rinda yang begitu khawatir pada putranya itu, kesedihan yang terasa coba di sembunyikan olehnya.
"Udah di bawa berobat belum, Tan?" Aruna jadi ikutan cemas pasalnya Raka anaknya sangat jarang sekali sakit. Namun, sekalinya sakit, pasti akan parah.
"Belum, Tante cuman kasih obat yang di beli dari warung seadanya. Kalau masih aja ga turun, mungkin entar bakal Tante bawa ke puskesmas."
Keduanya hanya mengangguk sebagai respon, karena bingung harus menjawab apa setelahnya.
"Kalau Rima, kemana Tan?" tanya Anna kembali kala tak melihat batang hidung bocah itu. Biasanya jika Aruna dan Anna datang ke sini, dialah satu-satunya orang yang paling heboh. Menurutnya, Aruna dan Anna sudah seperti kakak dan teman baginya. Jadi ia tidak akan sungkan mengoceh untuk curhat atau sekedar bercerita. Memang cerewet, jauh dari sifat Raka-kakaknya-yang terkesan kalem, tenang, dan tidak banyak bicara.
Sebenarnya Aruna ingin sekali melesat lari ke atas untuk melihat keadaan Raka, namun sebagai sopan santun ya basa basi lah bentar.
"Kalau Rima lagi nginep di rumah temennya sekalian ngerjain tugas bareng katanya," jawab Rinda seadanya.
"Oh.. Kalau gitu, Runa sama Anna izin ke atas dulu ya Tante."
"Iyaa, kalau ada apa-apa langsung panggil Tante ya, sayang.."
Kalau bertemu Rinda rasanya Aruna jadi rindu Mama nya, Rinda tipekal ibu yang sangat lemah lembut dalam berbicara maupun perilaku. Sangat berbanding terbalik dengan Mama nya yang terkesan galak dan cerewet. Tapi tak apa, Aruna tetap sayang Mama.
"Siap Tante!" Anna berekting layaknya seorang prajurit yang di beri perintah oleh komandannya, dengan tangan yang memberi hormat serta postur tubuh yang dibuat-buat tegap pada Rinda membuat wanita itu terkekeh lucu.
Setidaknya Rinda jadi tidak terlalu kesepian karena selama putri perempuan nya yang cerewet itu pergi.
**********
Aruna dan Anna berjalan pelan menaiki anak tangga satu persatu, bahkan mungkin mereka sudah seperti orang yang mengendap-endap layaknya maling memasuki rumah orang saking pelannya.
Keduanya sempat berdebat sebentar, karena mereka berdua saling menunjuk siapa yang mengetok pintu Raka.
"Udah cepetan ketok!" Anna berbisik dengan mata yang melotot. Pasalnya sudah tiga menit lebih mereka berdiri di depan pintu ini.
"Kok gue? Elu lah! Masa gue?!" protes Aruna tak terima.
"Ketimbang ngetok doang anj-"
"Ya udah ketimbang ngetok doang, lo aja makanya!"
"Ketok ga? Ya udah ga jadi nyontekin tugas mtk!"
Emang pada dasarnya harus di ancem dulu baru mau. Akhirnya dengan terpaksa Aruna mengetuk pintu kamar Raka, namun tak terdengar jawaban dari dalam. Padahal menurut Aruna ia sudah mengutuk lumayan keras bahkan sambil memanggil nama laki-laki pemilik kamar ini.
"Kak Rakaaaa," panggil Aruna.
Anna ikut mengetuk, tapi tetap tidak ada jawaban. "Kak?"
Akhirnya kedua gadis itu memutuskan untuk langsung masuk dengan Anna memutar knop pintu pelan supaya tidak menimbulkan suara berisik yang berlebih.
"Assalamualaikum, Kak Rakaa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna | Mark Lee ✓
Teen Fiction❝Lo tuh harusnya hati-hati, entar lo suka sama gue. Mampus lo!❞ ❝Gak dulu, makasih.❞ ©jaayrxs 2021