41

258 31 0
                                    

Aruna menutup matanya cukup lama, membiarkan derai angin menyapu wajahnya. Aruna membuka matanya kala sang Ibu tercinta membawakan sepiring tempe goreng yang masih hangat bersama sambal colek buatannya.

"Nih dimakan, Mama mau keluar sebentar, jaga rumah ya.. Jangan kemana-mana, awas aja Mama pulang kamu ga ada!" Ancam wanita itu sambil berkacak pinggang.

Melihat itu Aruna hanya tersenyum sambil mengangguk, toh memang Aruna sedang tidak ada rencana untuk keluar rumah hari ini.

Setelah melihat punggung Ibu nya menjauh Aruna mendongakkan kepalanya untuk sekedar kembali menatap langit.

Tak terasa sudah dua tahun Aruna kembali ke rumah ini.

Iya, sudah dua tahun berlalu. Setelah kelulusannya kemarin, Aruna memutuskan untuk kembali ke rumah dimana ia dibesarkan, dan tinggal bersama Mama-nya. Dari dulu Aruna tidak pernah tahu dimana Ayahnya, Aruna memutuskan untuk tidak pernah bertanya dan mencari tahu keberadaan Ayahnya. Menurutnya bersama Mama itu sudah cukup.

"DORRRR!"

Detik itu juga Aruna meloncat dari kursinya, jantungnya berdetak tak karuan karena suara menggelegar yang tiba-tiba mengagetkannya.

"ANNA IHHHHHH!"

"HAHAHAHAHA! MUKA LO LUCU BANGET!"

Tanpa ada perasaan bersalah, Anna tertawa lepas melihat reaksi Aruna yang benar-benar kaget. Aruna sangat ingin membuang Anna ke laut sekarang juga.

"NGAPAIN SIH LO KESINI?!"

Anna melap air mata yang tersisa di pelupuk matanya, "Santai aja dong, emang lo ga kangen sama gue?"

"Yang ada eneg gue ngeliat lo hari-hari ke sini."

"Hehe... Jalan yuk Run, ga bosen lo liburan di rumah mulu?"

"Nggak ah, lagian mau jalan kemana juga? Mau keliling kota 10 kali juga begitu-begitu doang ga ada yang berubah."

"Ish! Ada orang ga mau jalan-jalan."

"Ada, gue."

"Eh iya, nyokap lo mana Run? Gue tadi ketok-ketok di luar ga ada yang nyaut, pintu juga ga dikunci."

"Ga tau gue, tadi cuman pamit keluar doang."

"Hati-hati Run, gue mencium aroma-aroma lo dapet bokap baru."

"Sialan tuh mulut gue robek juga lama-lama."

"Hahahaha, bercanda ihhhh, emosian banget."

Suasana kembali hening beberapa saat, hingga Anna kembali membuka pembicaraan dengan hal yang selama ini coba Aruna hindari.

"Sekarang kabar Langit gimana ya, Run?"

Tak ada jawaban, hanya deheman tak acuh dari Aruna.

"Lo ga kangen apa sama Langit?" tanya Anna kembali.

"Na, bisa bahas yang lain ga?"

"Mau sampai kapan lo bohongin diri lo sendiri?"

"Na.. Please."

"Lo kangen kan sama dia?"

"Annaaa.."

"Aneh ni orang, kangen mah kangen aja kali."

"Berisik ah, pulang sana gih!"

"Lo beneran gak tau sama sekali kabarnya Langit sekarang?"

"GAK TAUUUUU, GAK MAU TAUUU!"

"Rill kah dekk?"

"Rill kakk, rill, no pek-pek."

"Oke, ada satu yang mau gue tanyain sama lo—"

"Ah elahhhh, apaan lagi sihhh???"

"Ish diem duluuu! Lo harus jawab jujur yang ini."

"Gak mau ah."

"Jawab jujur ya, bohong dosa."

Aruna mendengus sebal, mau bagaimana pun dirinya meminta untuk berhenti membahas pasal Langit, Anna akan tetap berbicara semaunya.

"Lo suka kan sama dia?"

"Iya."

"SUMPAHHHHHHHHHHHHHHH???"

"Gue telat Na." Aruna terdiam sejenak, nafasnya terasa tercekat. Dirinya saat ini sedang sangat berusaha untuk tidak meneteskan cairan yang menumpuk di pelupuk matanya.

"Gue sadar setelah dia bener-bener pergi."

"Ternyata gue udah jatuh cinta sama dia."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang