39

190 28 1
                                    

Aruna memasang wajah segemas mungkin saat keluar dari mobil. Bagaimana tidak? Bagaikan orang tua yang menunggu anaknya pulang, Anna kini berdiri tepat didepan pintu sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada dengan tatapan menyeramkan.

Melihat itu bukannya takut dan pergi, Langit malah turun dari mobilnya dan tersenyum. Langit berdiri beberapa langkah didepan Anna.

"Lapor komandan! Saya Langit Genandra telah membawa pulang Senjani Aruna Satya dengan selamat!" ucap Langit tegas dengan tangan memberi hormat.

"Pala lu gue ilangin kalau sampai Aruna kaga selamat."

"Galak amat neng," jawab Langit dengan tangan beralih terlipat didepan dada. "Gue tadi mampir dulu ke mushola buat sholat Isya, baru gue anter tuh anak," sambung Langit menjelaskan.

"Lu bawa dia dari jam 10 pagi, Lang," Anna kembali protes.

Lantas Langit menarik Aruna untuk mendekat kearahnya, laki-laki itu memutar tubuh Aruna untuk memperlihatkan bahwa ia mengembalikan Aruna dengan keadaan benar-benar selamat.

"Nih lo liat, ada lecet kaga? Gak ada, Na! Ada lalat nempel dikit di kulit Aruna aja langsung gue bikin meregang nyawa!"

Aruna tertawa, lalu memukul lengan langit, "Udah ih, pulang sana!"

Langit mengusap lengannya dramatis, "Aduh! Aduh! Run, kayaknya tangan gue patah deh, aduh.."

"Alay," kata Anna datar, lalu menarik tangan Aruna untuk segera masuk.

Sebelum benar-benar masuk Aruna melambaikan tangannya sebagai perpisahan. "DADAH LANGITTT, MAKASIH YA! HATI-HATI!!"

Langit mengulum senyum sambil mengusap wajahnya kasar. Ia bisa merasakan ada banyak sekali kupu-kupu berterbangan di perutnya tidak karuan.

**********

"Idih, ada yang lagi seneng banget nih kayaknya," goda Anna melihat bagaimana cara Aruna berpamitan tadi.

"Apaan sih, biasa aja kali!"

"Lo kemana aja seharian sama dia dah? Asli, anteng banget lu di bawa jalan sama dia," tanya Anna keheranan.

Pasalnya yang Anna tau, Aruna adalah tipikal manusia yang menghabiskan hampir seluruh waktunya hanya di rumah. Aruna sangat malas untuk berjalan ke luar, baginya healing ternyaman adalah rebahan sambil nonton drakor ditemani cemilan di atas kasur.

"Jangan bilang lo udah jadian sama Langit?"

"KAGAK KOCAK!"

Anna reflek menutup kedua telinganya, "Eitsss! Santai aja dong! Kan gue cuman nanyaaaa."

"Ya elo! Ngeyel banget dikasih tau.."

"Udah ah, sana mandi!"

Aruna memutar bola matanya malas dan memilih merebahkan diri di kasur.

"Anjir malah tiduran, mandi Run! Jorok banget jadi cewek!" protes Anna.

"Iya bentar kampretttt."

"Btw, gue tadi sore liat story ig Langit," celetuk Anna kembali.

"Ya terus?" kata Aruna tanpa menoleh sedikitpun.

"Lo debut anjir di sg dia!"

"Iya tauuuuuu, gue liat, bodoamat ah, toh juga udah gue paksa hapus dianya ga mau.."

"Kayaknya dia suka sama lo deh, Run."

"Gak."

"Stop denial ege."

Aruna berdecak sebal, "Apaan sih? Geer banget, mana mungkin."

"Run, di dunia ini gak ada yang gak mungkin."

"Diem. Gue gak mau denger."

Anna tertawa sarkas, "Yee terserah lu deh! Gue laper, mending gue makan dari pada ngadepin cewek kalau lo, udah denial, trust issue lagi!"

Aruna membelalakkan matanya tak terima, "LO JUGA KALAU JADI GUE PERNAH KETEMU SAMA COWOK MODELAN LUNGGUH TRAUMATIK ANYINGGGG!"

Aruna mendengus kala Anna pergi meninggalkannya begitu saja, padahal dia memang berkata dengan sejujurnya.

Ting!

Tepat setelah Aruna berteriak, benda pipih disampingnya berbunyi. Tangan Aruna kini meraih handphone disampingnya untuk memeriksa bunyi notifikasi pesan dari siapa yang masuk.

Langit

Run

Apa?
Udah pulang lo?

Belum, masih dijalan

Nyetir yang bener anjir

Iya iyaa, aman

Kenapa lo ngechat gue?

Udah kangen lagi

Sintink

Sintink

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang