22

255 52 1
                                    

Kembaran Annabelle

LANGITTTTT

Apa?

LO GANTENG DEH

Emang

Ah nyesel gue ngatain lo ganteng..

Gue dari lahir modelnya emang ganteng begini, Na

Tai

Dih

BTW GUE BUTUH LO PLSSSS
MINTA TOLONG BNGT PENTINGGGGGG

IYA APA? KENAPA? ADA APA PACARNYA BANG JEFF??

Anterin Aruna pulang, please..

Hah?

Tolonglah.. Gue pulang bareng Jefri hari ini, masa lo tega ninggalin Aruna?

G
Lo sendiri kenapa tega ninggalin Aruna?

:(
Jarang2 Jefri ngajakin gue jalan, Lang
Biasanya dia sibuk nugas mulu kan
Kali ini aja bantuin gue, entar gue ganti duit bensin lo deh

Langit mendengus menatap layar handphonenya, dengan kasar Langit memasukkan handphonenya ke saku celananya.

Setelah beberapa kalimat keluhan keluar dari mulutnya. Langit mengedarkan pandangannya mencari gadis yang sudah satu bulan ini ia coba hindari. Ah, salah, mungkin lebih tepatnya adalah ia abaikan.

Sebenarnya Langit tidak ingin melakukan ini. Ada rasa gengsi yang tinggi pada diri Langit jika mengingat kejadian saat Aruna menangis dan mengatakan bahwa Langit harus menjauhinya.

Bagi Langit, menjaga seorang wanita adalah suatu kehormatan untuknya. Sama seperti dirinya ketika menjaga Bunda. Aruna salah jika berkata bahwasanya Langit selalu terluka akibat terus berada didekat Aruna. Apalagi Aruna adalah teman pertamanya di sekolah ini. Gadis yang ga takut sama ga tau malunya beda tipis.

Namun, di lain sisi Langit sadar. Ia terlalu ikut campur dan masuk kedalam kehidupan Aruna. Langit merasa bahwa Aruna benar tapi Aruna juga salah. Meskipun begitu, kali ini Langit punya amanah mengantar gadis itu pulang ke rumah.

Setelah menemukan yang ia cari, Langit menyalakan mesin motornya dan menghampiri Aruna.

"Naik."

"Hah?"

**********

Langit masih setia menunggu Aruna yang dari tadi ribut sendiri sama helm nya. Seharusnya ia sudah pulang, tapi karena Aruna jadi lama deh.

"LANGIT! INI GIMANA BUKANYA SEHHHHHH?!"

Langit mengedikkan bahu tak acuh, "Batu sih. Mau dibantuin malah ga mau, tuh ga bisa kan?"

Aruna menghembuskan napas dengan wajah yang ditekuk. Jujur saja, Langit tidak henti-hentinya tersenyum. Dah kek orang gila senyam senyum sendirian.

"Ihhh! Yaudah anuin dong!"

"Anuin apa?" goda Langit.

Aruna menatap Langit memelas, "Bantu bukain.."

Langit tertawa lalu turun dari motornya. "Makanya kalau dikasih tau tuh, nurut," kata Langit sembari membungkuk untuk mensejajarkan tingginya dengan Aruna.

Aruna sedikit mendongak seraya menahan napasnya. Kalian tahu kenapa? DEKET BANGET ANJGGGGG SKSKSKSJALSJSKJSSKHDKSHSH.

Cogan mah beda, diliat dari mana aja tetep ganteng.

"Ngeliatinnya jangan lama-lama, nanti suka," ujar Langit menarik helm-nya dari kepala Aruna.

Denger itu Aruna cuman berdecak. IYA SOALNYA UDAH KEBURU SALTING AWOKAWOKAWOK.

"Makasih ya, Lang."

Langit cuman senyum terus ngangguk dan balik lagi naik ke motornya. Tapi, bukannya langsung pulang, pergerakan Langit tiba-tiba berhenti ngebuat Aruna mengerutkan dahi, di tambah Langit malah ngebuka helmnya lagi.

"Loh? Ga jadi pulang?" tanya Aruna.

Langit menatap lurus kedepan. Aruna ga tau deh, Langit lagi mikir atau ngelamun. Beberapa detik berlalu, Langit kemudian menoleh kembali ke arah Aruna.

"Lo sendirian kan di kostan? Mau ke rumah gue ga?"

Aruna berucap dalam hati, "Lah, nih anak kenapa tiba-tiba ngajak kerumahnya coba? "

"Hah?"

"Mau ga? Dari pada lo sendirian di sini? Ada Bunda gue kok di rumah, tenang aja," tawar Langit kembali.

"Hah?"

"Ngomong 'hah' sekali lagi, gue timpuk helm nih." Langit mengambil ancang-ancang seolah ingin melempar Aruna dengan helm yang berada di tangannya.

"Eh iya iya! Jangan dong! Bentar dulu, kok lo tau gue tau gue sendiri? Atau jangan-jangan.. Anna yang nyuruh lo nganter gue ya?!"

"Sembarangan. Gue liat Anna pulang bareng sama Bang Jeff, makanya gue tau lo pasti sendirian. Bang Jeff ga mungkin cuman ngejemput doang, pasti ngajak jalan sekalian."

"Lah, kok lo tau sama Kak Jefri sih?"

"Ceritanya panjang, tanya Anna aja nanti. Ini, jadi mau apa enggak?! Kalau iya, gue tungguin nih, cepetan!"

Aruna yang ga tau mau jawab apa jadi gelagapan, "Anu— Tapi, aduh gimana yak. Gue takut.."

"Ck! Takut apaan? Bunda gue ga makan orang kali, Run."

"Iya tau, tapi tuh— Ah udahlah ga usah, gue ga apa-apa kok."

"Gue tungguin, ganti baju sana cepet."

"Ih, males ah. Ngapain coba?"

Langit tidak menghiraukan perkataan Aruna. Ia malah menopang dagu dengan kedua tangannya yang bertumpu pada motornya.

"Lang? Ih kok maksa sih?! Langit! Pulang ih, keburu magrib!" usir Aruna.

Masih dengan posisi yang sama, Langit mengucapkan hal yang tidak pernah Aruna bayangkan akan keluar dari mulut laki-laki itu sendiri.

"Jelasin langsung sama Bunda gue, alasan kenapa gue berantem sama mantan lo, satu bulan yang lalu."

"Eh, lebih kali ya?" lanjut Langit.

"Eh, lebih kali ya?" lanjut Langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( ꈍᴗꈍ)

Aruna | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang