SANDYAKALA AMERTA : 04. MAWAR DAN SURAT

62 13 1
                                    

“Sorry, kalau cara gue terkesan pengecut. Gue cuman takut, kalau apa yang gue rasakan selama ini, cuma rasa sepihak.”

***

Nayla menatap langit-langit kamarnya, kemudian seakan teringat sesuatu, ia segera meraih tas sekolah yang ada di sampingnya. Nayla mengeluarkan sebuah makanan berbentuk persegi panjang. Ia menatapnya lamat-lamat, masih tidak percaya dengan apa yang ada di tangannya. Ingatannya menerawang jauh, pada saat ia menemui Arka.

“Kenapa berhenti? Lo mau bawa gue ke--” ucapan Nayla terhenti saat Arka mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan menyerahkannya pada Nayla.

“Buat lo.” Arka menyerahkan sebatang coklat pada Nayla, perempuan itu tidak langsung mengambilnya, melainkan ia menatap Arka dan coklat yang ada di tangan cowok itu secara bergantian.

Arka tersenyum dan menghembuskan nafas pelan, laki-laki itu menarik tangan Nayla, dan memberikan coklat itu padanya. Nayla masih bingung, kenapa tiba-tiba Arka memberikannya coklat. Seingatnya, ia tidak pernah meminta coklat pada cowok itu.

“Buat gue?” tanya Nayla, mengangkat coklat yang ada di tangannya, dengan ekspresi bingung. Sementara Arka hanya tersenyum dan mengangguk, kemudian Arka menarik tangan Nayla menuju kantin, Nayla hanya mengikuti saja, tanpa ingin bertanya.

Arka menoleh pada Nayla yang masih diam, dengan ekspresi bingung. Ia tersenyum samar, berdehem sebentar sebelum ia angkat suara.

“Jangan mikir yang aneh-aneh, Nay. Gue gak ada niat apa-apa. Kemarin pas gue ke supermarket gue gak sengaja liat coklat itu, dan gue inget sama lo, yaudah gue beli aja buat lo,” jelas Arka menatap Nayla, barulah saat itu Nayla merubah ekspresinya seperti biasa.

Nayla tersenyum lebar mendengar penjelasan Arka barusan, “Makasih, Ka.” Setelah itu tidak ada lagi perbincangan antara mereka.

Mengingatnya, membuat Nayla tersenyum. Ada-ada saja pikirnya, Nayla menggeleng menghilangkan pikiran buruknya. Seharusnya ia tidak seperti itu kan, mungkin benar apa yang Arka katakan, cowok itu hanya sekedar ingin membelikannya tanpa ada terselip niat apapun.

Setelahnya, Nayla bangkit dari tempat tidurnya untuk membersihkan diri. Lima belas menit kemudian ia sudah selesai dengan kaos putih dan juga celana kulot hitam, serta rambutnya yang sedang ia keringkan menggunakan handuk.

Ting!

Satu notifikasi dari ponselnya membuat Nayla melangkah, menuju nakas yang ada di samping tempat tidurnya. Dahi Nayla, berkerut dalam saat melihat satu pesan dari salah satu aplikasi chat. Segera Nayla melihat apa isi pesan itu.

+628228134xxxx

Besok gue jemput

Itulah isi pesannya, Nayla kemudian menekan profil akun tersebut, untuk mengetahui siapa pengirimnya. Mata Nayla membulat sempurna saat ia menyadari siapa yang barusan saja mengirim pesan padanya, di profilnya tertulis username ”Arka Athayya”

Ternyata pesan tersebut dari Arka, Nayla hanya melihatnya saja tanpa berniat untuk membalasnya. Kemudian ia memilih untuk membaca buku pelajaran daripada harus membalas pesan dari Arka. Biarlah cowok itu menganggap dirinya sombong, Nayla hanya tidak mau terlalu welcome pada seseorang, ia takut suatu saat dirinya harus merasakan sakit yang sama.

Sandyakala Amerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang